Kontroversi George Soros, dan Kiprahnya di Balik Ekonomi Dunia (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kontroversi George Soros, dan Kiprahnya di Balik Ekonomi Dunia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Aktivitas Filantropi

Lazimnya para superkaya, Soros mendirikan yayasan—dan dari sanalah segala mitos Soros berkembang. Para pengkritik Soros mengklaim, ia mendalangi krisis di suatu negara dengan cara spekulasi, atau dengan cara memanfaatkan jejaring politiknya. 

Ketika pelantikan Donald Trump dihujani protes, media-media pendukung baron lahan yasan (real-estate) itu mengeluarkan laporan tanpa verifikasi yang mencantumkan sederet gerakan anti-Trump yang diduga didanai Soros.

Soros sendiri terkenal dekat dengan para elite Partai Demokrat AS. Menjelang pilpres 2004, ia mengucurkan $27 juta ke kas kelompok-kelompok pendukung John Kerry guna menghentikan kebijakan perang Irak di bawah rezim Bush. Pada pemilihan primary 2008, ia mengalihkan dukungan dari Hillary Clinton ke Barack Obama. Pada pemilu terakhir, ia menyumbang lebih dari $25 juta untuk kampanye Clinton. 

Kaufman mencatat, antara 1994 dan 2000, kontribusi Soros ke yayasan-yayasannya mencapai lebih dari $2,5 miliar, “bergerak dari $300 juta ke $574,7 juta pada 1998 dan sekitar $570 juta pada 1999.”

Pada 1970-an, Soros mulai mengucurkan proyek-proyek kemanusiaan melalui jejaring yayasan-yayasan di negara-negara Eropa Tengah dan Timur, Uni Soviet, dan Afrika. Yayasan Soros beroperasi di 60 negara dan dikelola oleh Open Society Foundations. Ketika Uni Soviet bubar pada 1991, Soros memasok komputer ke sekolah-sekolah dan mendanai pelbagai macam inisiatif pro-demokrasi di Eropa Timur, Asia, termasuk Indonesia.

Open Society, nama yayasan Soros, diambil dari buku sang guru, Karl Popper, yang terbit pada 1945.

Open Society and Its Enemies, judul buku Popper, menawarkan visi tentang masyarakat yang memiliki lembaga-lembaga dengan komitmen memecahkan masalah-masalah sosial dan politik dengan pendekatan pragmatis. Masyarakat model ini, menurutnya, hanya ditemukan dalam demokrasi liberal. 

Ancaman terhadap masyarakat terbuka ini datang dari ideologi “holisme” atau pandangan politik yang sejak awal mengklaim lengkap, membawa misi sejarah, tidak bisa dibuktikan salah, dan akhirnya utopis. Bagi Popper, rezim fasis dan sosialis adalah contoh rezim yang mempraktikkan holisme ini.

Dalam konteks Perang Dingin hingga dekade 1990-an, gagasan Popper menjadi amunisi untuk mempromosikan demokrasi liberal dan pasar bebas di seluruh dunia, khususnya di Blok Timur dan negara-negara yang baru merdeka pasca-Perang Dunia II.  

“Popper berpandangan bahwa kebenaran empiris tidak dapat diketahui secara mutlak,” tulis Soros dalam “General Theory of Reflexivity” (2009). “Hukum-hukum saintifik pada dasarnya hipotetis dan kebenaran mereka tetap perlu diuji. Ideologi yang mengaku menyimpan kebenaran tertinggi sesungguhnya sedang membuat klaim-klaim palsu.”

Titel buku yang awalnya melekat pada Popper kini jadi milik Soros seiring gencarnya operasi yayasan Soros.

Usai krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an, Soros mulai gencar menulis buku tentang rapuhnya pasar finansial. Sasaran kritiknya berubah, dari rezim-rezim otoriter abad 20 ke fundamentalisme pasar yang melanggengkan ketimpangan dan mengancam demokrasi liberal itu sendiri, dengan kemunculan politisi-politisi populis sayap kanan. 

Namun, Soros bukannya tak percaya pasar bebas—ia tetap mengimani kebijakan deregulasi di seluruh negara. Bagi Soros, politik adalah arena moral; orang dipersilakan untuk bersolidaritas dan mengorganisir pelbagai macam inisiatif publik, mengusahakan distribusi pendapatan, dan membuat regulasi untuk melindungi yang lemah. Namun, dalam ekonomi, semua adalah binatang. 

Dalam kritik-kritiknya terhadap fundamentalisme pasar, Soros terlihat sedang memperbaiki sebuah sistem tempat dia terlibat bahkan menjadi pemain utama. Ia bak seorang peretas yang menguji ketahanan Microsoft dengan cara membobolnya, lalu merilis informasi tentang letak kelemahan sistem tersebut. Ironisnya, ia bisa berada di posisi Bill Gates dan si peretas sekaligus.

Related

International 2190614569831116464

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item