Tips Hubungan Seks Selama Kehamilan agar Aman dan Nyaman (Bagian 1)


Naviri Magazine - Sebagian wanita hamil merasa takut atau khawatir melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, karena berpikir hal tersebut dapat membahayakan janin dalam kandungannya. 

Selama kehamilan pula, sebagian wanita kehilangan gairahnya, meski sebagian yang lain justru makin meninggi. Biasanya, naik turunnya gairah ini berhubungan dengan trimester kehamilannya. 

Pada waktu trimester pertama, gairah biasanya akan menurun, karena pada masa ini tubuh sedang aktif melakukan perubahan dalam menyambut datangnya si calon bayi, sehingga timbul berbagai macam keluhan, semisal mual, lemas, malas, muntah, dan lain-lain yang menjauhkan pikiran dari keinginan berhubungan seks.

Pada trimester kedua, tubuh sudah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu hamil pun mulai dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan leluasa. Mual, muntah, dan perasaan tidak enak lain biasanya sudah jauh berkurang, dan tubuh pun terasa lebih nyaman. Karenanya, pada trimester ini biasanya gairah mulai timbul atau meningkat kembali.

Pada trimester ketiga, rasa nyaman mulai berkurang, punggung dan pinggul terasa pegal, tubuh bertambah berat, kembali merasa mual, dan napas kadang lebih sesak karena besarnya janin yang mendesak dada dan lambung. 

Karenanya, pada trimester ini biasanya gairah kembali menurun. Namun, meski begitu, jika gairah Anda tetap meninggi pada trimester ini, maka itu tetap wajar dan normal-normal saja.

Seperti yang disebutkan di atas, sering kali kekhawatiran ibu hamil dalam hal melakukan hubungan seksual adalah karena ketakutan jika aktivitas itu mengganggu atau memahayakan janin dalam kandungannya. Padahal, secara medis, tidak ada yang perlu dirisaukan apabila kehamilan tersebut tidak disertai masalah, dalam arti kondisinya sehat-sehat saja.

Yang termasuk disebut “masalah” di atas adalah ancaman keguguran, hipertensi, muntah-muntah yang berlebihan, atau kondisi kesehatan tertentu lainnya. 

Tidak sedikit pasangan yang khawatir bahwa melakukan hubungann seks selama kehamilan bisa menyebabkan keguguran. Namun, sesungguhnya, keguguran tidak berkaitan dengan aktivitas seksual itu sendiri. 

Keguguran pada umumnya berhubungan dengan ketidaknormalan kromosom, atau masalah lain yang dialami janin yang sedang berkembang—jadi bukan pada apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh si pasangan.

Hubungan seksual tidak akan menjangkau atau mengganggu janin dalam kandungan, karena janin terlindung oleh selaput dan cairan ketuban. Ketuban merupakan “peredam kejut” yang sangat baik sehingga aktivitas seksual ataupun kontraksi rahim pada waktu orgasme akan teredam dan tidak mengganggu janin. Begitu pun, ejakulasi yang terjadi juga tidak akan membuat sperma menjangkau janin, karena ada selaput ketuban tersebut. 

Kemudian, selama ini ada semacam anggapan bahwa orgasme dalam aktivitas seks dapat memicu kelahiran prematur karena hal tersebut menimbulkan kontraksi rahim. Penelitian mengindikasikan bahwa apabila Anda menjalani kehamilan yang normal, maka orgasme tidak memicu kelahiran prematur, karena kontraksi pada waktu orgasme berbeda dengan kontraksi yang dirasakan pada saat akan melahirkan.

Karenanya, melakukan aktivitas seksual selama kehamilan bukanlah masalah. Namun, ada kalanya masalah yang timbul dalam hal ini adalah faktor ketidaknyamanan. Karenanya, jika memang itu yang menjadi masalah, Anda bisa membicarakannya dengan pasangan.

Seperti yang telah disebutkan di atas, sepanjang kehamilan berjalan sehat dan normal, maka aktivitas seksual tidak berbahaya. Sebaliknya, jika kehamilan mengalami masalah tertentu, maka perlu kehati-hatian dalam aktivitas satu ini. 

Berikut ini beberapa kondisi yang dapat menyebabkan Anda dan pasangan sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan:

Placenta previa, yaitu kondisi dimana plasenta—baik sebagian atau seluruhnya—berada di bagian bawah rahim, dan menutupi jalan keluar janin. Normalnya, plasenta terletak di atas rahim. Apabila penetrasi menekan mulut rahim, maka dikhawatirkan akan terjadi perdarahan.

Apabila diduga mengalami kelahiran prematur, dimana si ibu hamil mulai mengalami kontraksi reguler sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu, yang menyebabkan mulut rahim mulai membuka. Meski orgasme yang terjadi pada kehamilan normal tidak menimbulkan masalah, tapi orgasme dalam kondisi ini memiliki risiko melahirkan prematur.

Terjadinya perdarahan yang dapat dihubungkan dengan tanda-tanda keguguran. Hubungan seksual sebaiknya dihindari apabila ada kasus perdarahan—kecuali dokter Anda menyatakan bahwa flek atau perdarahan tersebut adalah gejala normal yang kadang terjadi (berhubungan dengan usia kehamilan, kondisi janin, volume flek, juga kondisi Anda sendiri).

Cervix yang lemah. Apabila cervix atau mulut rahim mulai membuka secara prematur, maka hubungan seks dapat meningkatkan risiko infeksi. 

Hamil kembar. Apabila Anda mengandung janin kembar, maka dokter atau bidan Anda mungkin akan menganjurkan untuk tidak berhubungan seksual pada waktu kehamilan memasuki trimester ketiga.

Baca lanjutannya: Tips Hubungan Seks Selama Kehamilan agar Aman dan Nyaman (Bagian 2)

Related

Tips 6111340332804641025

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item