Kisah dan Sejarah Petualangan Hernan Cortes yang Penuh Darah di Meksiko (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah dan Sejarah Petualangan Hernan Cortes yang Penuh Darah di Meksiko - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Menggerogoti Pinggiran Meksiko, Menaklukkan Aztec

Pada 4 Maret 1519, iring-iringan Cortes berisi sekitar 600 pria, termasuk para budak dari Afrika, deretan kuda, dan artileri, mulai memasuki kawasan Meksiko. Beragam versi memunculkan nama lokasi yang menjadi pendaratan pertama rombongan Cortes. Ada yang menyebut di daerah Veracruz, Cozumal, Cabo Catoche, Yucatan, dan lainnya.

Setelah mengkolonisasi daerah yang menjadi pendaratan pertama, pasukan Cortes kemudian bergeser ke Tabasco. Mereka memulai pertempuran dengan penduduk lokal pada 25 Maret 1519 di lembah Cintla. 

Kekuatan tak seimbang, penduduk asli kesulitan membasmi pasukan Spanyol yang bersenjata dan berseragam besi. Sebanyak 800 orang Tabasco terbunuh, dan hanya berbalas dua orang Spanyol yang mati. Orang Tabasco menyerah dan bersumpah setia kepada Spanyol. Salah satu kepala suku memberi Cortes seorang budak wanita bernama Malinche yang kemudian dinikahinya.

Cortes memanfaatkan Malinche sebagai pemandu lokal sekaligus penerjemah bahasa. Malinche yang fasih bahasa Aztec dan Maya, belajar bahasa Spanyol. Wilayah Tlaxcala jadi target berikutnya. Diketahui bahwa daerah tersebut dalam pengaruh kekuasaan kerajaan Aztec.

Meski kerajaan Aztec punya pengaruh dan kekuatan besar di Meksiko, tak semua daerah Meksiko sepenuhnya tunduk atau suka. Tokoh lokal Tlaxcala, bernama Xicotenga, adalah salah satunya. Mereka berkongsi dan menggabungkan kekuatan untuk pergi menuju ibukota kerajaan Aztec di Tenochtitlan.

Niat Cortes yang hendak menaklukkan kerajaan besar Aztec tak sepenuhnya didukung para prajuritnya. Mereka melihat bahwa Cortes makin jauh melangkah mengabaikan instruksi Velázquez di Kuba. Mengetahui hal tersebut, Cortes menghancurkan seluruh kapal, guna memastikan mereka tak pergi meninggalkan barisan. Langkah ini berhasil. Para prajurit meneruskan perjalanan bersama Cortes ke Tenochtitlan.

Rombongan Cortes tiba di Tenochtitlán pada 8 November 1519 setelah menghabiskan tiga bulan karena sulitnya medan. Tampaknya kedatangan Cortes bertepatan dengan sebuah ramalan kepercayaan Aztec tentang adanya dewa berkulit putih yang datang dari timur. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Raja Montezuma menyambut kedatangan Cortes dengan limpahan hadiah dan mengajak tur ke seantero istana Aztec.

Penyambutan gila-gilaan orang Spanyol di tanah Aztec rupanya memicu kekacauan di kalangan masyarakat setempat. Keadaan makin runyam, manakala Cortes langsung menyandera Montezuma dan menuntut uang tebusan yang besar kepada bangsa Aztec. Sedangkan pasukan Spanyol dikerahkan untuk menguasai kota Tenochtitlan. Malang, Montezuma meregang nyawa di tangan bangsanya sendiri setelah dirajam batu.

Masih dalam suasana pertempuran, seperti diungkap Buddy Levy dalam Conquistador: Hernan Cortes, King Montezuma, and the Last Stand of the Aztecs (2008), Velázquez menerjunkan pasukan untuk menangkap Cortes pada April 1520, karena dianggap telah melanggar perintah. 

Cortes memberikan perlawanan kepada pasukan Velázquez dan berhasil mengalahkan mereka. Ia kembali ke Tenochtitlan dengan keadaan orang-orang Aztec hendak memberontak kepada Spanyol dan mengusir keluar.

Cortes tak hilang akal. Ia mulai mengonsolidasi kekuatan dengan cara menguasai daerah-daerah pinggiran Tenochtitlan dan mendapatkan sekutu. Dengan kekuatan besar ini, Cortes menyerbu Tenochtitlan kembali dan berhasil menguasai kota pada Agustus 1521, setelah tiga bulan pengepungan.

Setelah kemenangan, sebuah pemukiman baru bernama Mexico City berdiri di atas reruntuhan kerajaan Aztec. Cortes hendak menegaskan bagaimana ia bisa menaklukkan peradaban Aztec dan merebut Meksiko di bawah kendalinya. Sesuatu yang sudah ia impikan sejak di Spanyol.

Ambisi Cortes menyebabkan praktik kekejaman besar kepada penduduk pribumi Meksiko. Peradaban Aztec yang eksis sejak tahun 1300, menguasai sekitar 80.000 mil persegi, dan berisi 15 juta orang, harus berakhir di tangan orang Spanyol.

Sebuah wabah mematikan yang menyerang pada tahun 1545 juga turut mempercepat berakhirnya era masyarakat Aztec, karena merenggut nyawa jutaan orang dalam waktu lima tahun.

Pada puncak penaklukan Spanyol, deretan daerah jajahan ini diberi nama Spanyol Baru. Wilayahnya meliputi Meksiko, Amerika Tengah, Amerika Serikat Barat Daya dan Selatan, Hindia Barat Spanyol, Florida Spanyol, Filipina, dan beberapa pulau di Pasifik.

Akhir Perjalanan Cortes

Cortes sempat diberi jabatan sebagai Gubernur Jenderal untuk Spanyol Baru pada 1523. Jabatan ini merupakan suatu kehormatan besar dan puncak karier seorang penakluk (conquistador). Tetapi pemerintah Spanyol khawatir Cortes akan menjadi orang yang terlampau kuat.

Jabatan Gubernur Jenderal dilucuti setelah ia pulang dari ekspedisi ke Honduras pada 1524. Cortes menyempatkan pulang ke Spanyol pada 1528. Ia menghadap raja Charles V selaku penguasa Kerajaan Spanyol saat itu, memohon agar mandat jabatannya dikembalikan lagi. Permintaan Cortes hanya berakhir pada jabatan kapten jenderal, tidak lebih.

Saat kembali ke Meksiko pada 1530, ia tak lagi menjadi orang kuat. Pengaruhnya terbatas, dan aktivitasnya dipantau. Setelah sempat melanjutkan ekspedisi penjelajahannya ke Amerika Tengah, ia akhirnya pulang kampung pada 1540 dengan memendam rasa kecewa. Ia lalu memutuskan pensiun dari dunia penjelajahan yang berujung pada kolonialisme itu.

Di sebuah perkebunan dekat Sevilla, Cortes mengembuskan napas terakhir pada 2 Desember 1547, akibat penyakit paru-paru yang menggerogotinya.

Related

History 5431581029453863077

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item