Kisah Kim Dotcom, Orang yang Jadi Miliuner dari ‘Kegilaan’ Internet (Bagian 1)


Naviri Magazine - Dulu, di internet ada situs terkenal bernama Megaupload, yang merupakan tempat penyimpanan aneka file. Jadi, kalau kita punya file tertentu, dan ingin menyimpannya di internet, kita bisa menggunakan Megaupload sebagai tempat penyimpanan. 

Dalam hal itu, Megaupload menyediakan layanan gratisan maupun berbayar. Layanan berbayar tentu menyediakan ruang penyimpanan yang lebih besar dibanding yang gratisan.

Seperti yang disebut di atas, Megaupload sangat terkenal, karena pada waktu itu ada banyak link download yang diarahkan ke situs Megaupload. Orang-orang yang mempersilakan siapa pun untuk men-download file miliknya di Megaupload tinggal membagikan link download, dan siapa pun yang tertarik bisa men-download lewat Megaupload. 

Kenyataan itu kemudian menjadikan Megaupload juga terkenal sebagai tempat penyimpanan file-file ilegal, yang menjadikan situs itu lalu ditutup pada 2012.

Megaupload diciptakan oleh seseorang bernama Kim Dotcom alias Kim Schmitz. Saat ini, dia dikenal sebagai miliuner, yang kekayaannya berasal dari kesuksesan Megaupload.

Sebagai pemilik, Kim Dotcom jelas kecewa atas nasib Megaupload. Di banyak kesempatan, Dotcom selalu menolak klaim yang menyatakan bahwa layanan miliknya adalah sarang file ilegal. 

Ia menyanggah dan menyatakan bahwa file yang ada di Megaupload sepenuhnya merupakan tanggung jawab para pengguna, bukan pihaknya. Namun, otoritas AS bergeming, Megupload dianggap merugikan para pemilik hak cipta hingga $500 juta.

Tentu saja tak hanya Megaupload yang jadi pesakitan. Kim Dotcom pun menerima getahnya. Pria Jerman yang sejak kecil telah menunjukkan bakatnya menjadi wirausahawan di bidang teknologi ini mendapatkan kabar terbaru. Pada 20 Februari 2017, Pengadilan Tinggi Selandia Baru memutuskan ia harus angkat kaki dari Selandia Baru, tempat pelariannya untuk diekstradisi ke AS. 

Di AS, Dotcom harus berhadapan dengan 13 tuntutan, termasuk pencucian uang serta pelanggaran hak cipta dengan ancaman bui selama 20 tahun. Dotcom tak tinggal diam. Ia beserta tim pengacaranya tengah menghindari putusan ekstradisi ke AS. 

Dotcom, sebagai pesakitan, tak lantas meninggalkan dunia teknologi. Selain kembali membangun layanan file-sharing serupa bernama Mega di 2013. Dotcom juga merilis ide cemerlang, ia mengklaim tengah bekerja mengembangkan alternatif internet bernama MegaNet. Internet, yang menurut klaimnya adalah “dari masyarakat, untuk masyarakat.”

Internet yang akan diubah Dotcom bukanlah internet dalam pengertian luas, sebagai jaringan terbuka. Dotcom lebih ingin mengubah internet dalam pengertian world wide web (WWW). Tempat bermukim ratusan situsweb di masa kini.

Di awal mula penciptaan, WWW hadir atas HTML, URL, HTTP, serta web server sebagai markas situsweb. Semua, masing-masing, terhubung guna mewadahi segala permintaan dari pengguna internet dunia atas setiap situsweb yang dikunjunginya. Dotcom, ingin mengubah tata-cara ini.

“Internet korporasi saat ini akan digantikan dengan internet yang lebih baik, berjalan pada jutaan perangkat mobile yang sedang berada di posisi menganggur. Menghancurkan net-neutrality akan mempercepat adaptasi jaringan baru ini,” kata Dotcom soal teknologi yang sedang dibikinnya melalui akun resmi Twitternya, @KimDotcom.

Alternatif internet bernama MegaNet itu tercipta atas dua bagian fundamental yaitu desentralisasi dan privasi. Yang menarik, dua bagian fundamental ini terkait erat dengan sepak terjang Dotcom di dunia internet.

Pada 2012, di hari kematian Megaupload, tercatat ada 25 petabyte data yang “hangus” atas tindakan otoritas AS menyuntik mati Megaupload. Data sebesar itu tersimpan ke dalam 1.000 server yang menopang hidup Megupload yang dioperasikan oleh Carpathia Hosting, rekanan Megaupload. 

Tentu, tak semua data digital di server-server Megaupload merupakan data ilegal, seperti yang menjadi muasal matinya layanan. Kyle Goodwin, pemilik situsweb bernama OhioSportsNet, merupakan buktinya. 

Ia membayar $87,49 untuk dua tahun berlangganan Megaupload guna menyimpan rekaman olahraga yang menjadi jualan situsweb miliknya. Ini tentu saja legal. Namun, keputusan otoritas AS yang mengakhir kiprah Megupload, malah jadi mematikan seluruh data-data yang dimiliki Goodwin. 

Kesialan Goodwin karena sistem server terpusat yang diterapkan Megaupload. Megaupload, jelas tak salah untuk kasus ini. Hampir seluruh situsweb yang berjalan di internet kini, menopang hidupnya melalui server. Berjalan persis seperti WWW dirancang. 

Aspek fundamental pertama MegaNet, tercipta untuk menghindari kasus serupa Goodwin di kemudian hari. Ia secara sederhana, berupaya meniadakan server sebagai pusat suatu layanan. MegaNet mendesentralisasi situsweb yang berjalan di atasnya.

“Jika kamu memiliki 100 juta smartphone yang memasang aplikasi MegaNet, kami akan memiliki lebih banyak kapasitas penyimpanan, bandwith, dan kekuatan pemrosesan yang lebih kuat dibandingkan gabungan 10 situsweb terbesar di dunia saat ini,” ungkap Dotocom sebagaimana dikutip dari Mashable.

Baca lanjutannya: Kisah Kim Dotcom, Orang yang Jadi Miliuner dari ‘Kegilaan’ Internet (Bagian 2)

Related

Internet 8065375264682399104

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item