Haruskah Unfollow Influencer di Medsos Kalau Sudah Tidak Cocok dengan Kontennya?


Naviri Magazine - Kebanyakan dari kita punya hubungan benci tapi cinta dengan influencer. Kita sering mengkritik tindakan mereka, tapi masih saja mengikuti akunnya dan menonton InstaStory mereka. Namun, daya tarik selebgram dan sejenisnya mulai luntur sejak pandemi. Beberapa muak dengan konten motivasi mereka yang tak lagi relevan, sedangkan lainnya kesal melihat influencer melanggar pembatasan sosial buat jalan-jalan.

Laporan Digital Global menunjukkan, semakin banyak orang di dunia yang menggunakan media sosial — sekitar 4,2 miliar yang setara dengan peningkatan 13 persen pada tahun lalu. Laporannya lebih lanjut menjelaskan, penggunaan media sosial “bertambah secara signifikan” sejak wabah COVID-19 merebak. 

Survei terbaru yang dilakukan oleh perusahaan riset pasar Ipsos menemukan 70 persen responden di Italia mengaku masih menyukai influencer seperti dulu, sementara 18 persennya justru lebih menyukai influencer sejak pandemi. 

Psikolog Marilena Iasevoli di Roma mendalami hubungan manusia dengan jejaring sosial. Menurutnya, kita cenderung menganggap sepele dan meremehkan pentingnya pengalaman di dunia maya, padahal internet telah menjadi bagian penting dalam hidup kita.

“Seperti di kehidupan nyata, penting bagi kita mengelilingi diri dengan orang-orang yang membuat kita senang, yang bisa bertukar energi dengan mereka,” tuturnya. “Kita perlu mengikuti orang yang tidak menguras energi.”

Sayangnya, hal ini sulit diterapkan di media sosial. Kita tak pernah tahu seperti apa kehidupan orang di balik layar, dan tidak bisa memastikan mereka benar-benar seperti yang ditunjukkan dalam konten. 

“Beberapa penelitian telah menunjukkan, mengikuti orang yang tidak dikenal di Instagram dapat menimbulkan atau memperburuk perasaan negatif,” Iasevoli melanjutkan. “Ini benar adanya jika kehidupan yang mereka gambarkan setiap hari tampak jauh lebih baik daripada hidup kita.” 

Walaupun influencer terbukti suka mengedit foto dan telah mengekspos ketidaksempurnaan dalam hidup mereka, rasa minder akibat melihat kebahagiaan orang lain kerap muncul dan menghantui. 

“Instagram dirancang untuk perbandingan sosial yang konstan,” ujarnya. “Kalau kamu melihat influencer hadir di pembukaan eksklusif, kamu akan berpikir mereka mendatangi tempat yang lebih bagus daripada kamu, meski mungkin mereka sebetulnya tidak merasa senang.” 

“Media sosial bagaikan panggung,” kata Iasevoli. “Jika kamu menunjukkan versi ideal dirimu kepada audiens yang besar, itu akan melelahkan dalam jangka panjang. Itu akan menciptakan perselisihan batin—apakah kamu aktor atau orang di balik peran tersebut? Atau mungkin kamu hanyalah campuran keduanya yang tak lagi kamu kenali?”

Iasevoli menyarankan untuk memperlakukan hubungan online layaknya hubungan di dunia nyata apabila orang yang diikuti tak lagi menyenangkan bagimu. Kamu tak perlu melawan perasaan jika merasa bersalah atau sedih karena berhenti mendukung mereka, terutama kalau kamu sudah bertahun-tahun mengikuti mereka. 

“Sepanjang hidup kita, bagaimana dan dengan siapa kita menghabiskan waktu dapat berubah,” terangnya. “Kita cuma belum menerapkan pola pikir ini dalam kehidupan online.”

Related

Internet 7349066575284818403

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item