Fakta-fakta Mencengangkan di Balik Facebook, yang Diungkap Mantan Karyawannya (Bagian 1)


Naviri Magazine - “Ketika kuliah, saya pernah berpikir bahwa internet adalah sesuatu yang menakjubkan karena Anda dapat memperoleh apapun yang diinginkan. Anda dapat membaca berita, mengunduh musik, menonton film, mencari informasi melalui Google, dan memperoleh bahan rujukan dari Wikipedia," terang Mark Zuckerberg dalam acara Die Welt/Welt am Sonntag.

"Sayangnya," lanjut Zuckerberg, "hal terpenting bagi kehidupan manusia, yakni orang lain, tidak ada di dunia internet."

Ketika Zuckerberg berstatus mahasiswa baru di Harvard University, dunia world wide web (www) masih terlalu statis, kaku, yang tak memungkinkan interaksi antarpengguna. Karena tak ingin internet hanya digunakan untuk bermacam kegiatan statis, maka Zuckerberg melahirkan Facebook. 

Sebelumnya, dia berhasil menciptakan Synapse (aplikasi sugesti musik), Course Match (aplikasi yang membantu mahasiswa menentukan kelas yang akan dipilih), Six Degrees to Harry Lewis (aplikasi penghormatan pada Prof. Harry Lewis), dan FaceMash.

Facebook sukses besar. Namun, karena persaingan di dunia teknologi sangat sengit, seperti Friendster yang terhempas oleh MySpace, dan MySpace hancur lebur oleh Facebook, Zuckerberg takut nasib yang menimpa Friendster dan MySpace juga dialami Facebook.

Zuckerberg kemudian menancapkan strategi perang bernama "buy-or-bury." Jika muncul situsweb/aplikasi pesaing yang mungkin dapat menghancurkan Facebook, maka Facebook akan bergegas membelinya. Namun jika situsweb/aplikasi itu tak mau dibeli, maka Zuckerberg memerintahkan anak buahnya membuat layanan serupa.

Melalui strategi "buy-or-bury," Facebook membeli Instagram dan WhatsApp. Snapchat yang tak mau diakuisisi, "diserang" dengan Strories: fitur yang memungkinkan pengguna mengunggah status berupa teks, foto, atau video yang terhapus secara otomatis dalam tempo 24 jam. Strories dirilis Facebook ke seluruh aplikasi miliknya: Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

Selain strategi "buy-or-bury", sebagaimana dipaparkan Sheera Frankel dalam An Ugly Truth: Inside Facebook's Battle for Domination, Zuckerberg juga menjalankan strategi lain, yakni memberi hak akses kepada seluruh teknisinya terhadap data pengguna Facebook, termasuk data lokasi (GPS). 

Strategi ini menurut Zuckerberg dapat mendorong seluruh teknisinya menciptakan fitur baru yang langsung dapat diujicobakan. Tanpa perlu tetek bengek manajerial, tanpa perlu izin dari siapapun, termasuk Zuckerberg sendiri.

Namun, nyatanya banyak teknisi Facebook yang tak bertanggung jawab ketika diberi keleluasaan mengakses data pengguna. Alex Stamos, Kepala Keamaan Digital (Chief Security Officer) Facebook pada 2015-2016, seperti diungkap Frankel dalam bukunya, menemukan fakta bahwa 16.744 teknisi Facebook mengakses data pengguna Facebook. 

Meski mayoritas mengakses data demi kepentingan Facebook, tetapi tak sedikit yang memanfaatkan keleluasaan akses itu untuk tujuan pribadi, seperti memata-matai pasangan hingga menguntit perempuan yang mereka taksir.

Usaha Stamos untuk memperbaiki hal tersebut ditentang banyak petinggi Facebook. Jay Parikh, Kepala Teknisi Facebook, misalnya, menentang keras usaha Stamos membendung akses teknisi pada data pengguna karena dianggap dapat menghambat inovasi. Akhirnya usaha Stamos gagal karena strategi itu telah mendarah daging dalam tubuh Facebook, dalam alam pikiran Zuckerberg.

"DNA Zuckerberg sendiri," terang salah satu mantan teknisi Facebook yang diwawancarai Frankel.

Kebusukan Facebook

Selain dua strategi itu, seperti dicatat dalam seri laporan investigasi The Wall Street Journal berjudul "The Facebook Files", Facebook juga merilis XCheck. Fitur ini untuk melindungi pengguna-pengguna khusus Facebook, seperti politikus, selebritas, hingga jurnalis dari cengkeraman algoritma yang dapat menghapus atau banned unggahan, seandainya mereka dianggap menyalahi aturan untuk ditinjau secara langsung oleh moderator.

Masalahnya, bukan menjadi fitur pengendali kualitas (quality control), XCheck justru menjadi fitur "yang benar-benar melindungi" pengguna-pengguna khusus dari apapun yang diunggah, entah fakta, hoaks, atau perundungan, tanpa tindakan apapun dari moderator. Ini dilakukan karena Facebook ingin para pengikut mereka dari kalangan warga biasa terus memantau Facebook.

Baca lanjutannya: Fakta-fakta Mencengangkan di Balik Facebook, yang Diungkap Mantan Karyawannya (Bagian 2)

Related

Internet 5760655994678636200

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item