Fakta-fakta Mencengangkan di Balik Facebook, yang Diungkap Mantan Karyawannya (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Fakta-fakta Mencengangkan di Balik Facebook, yang Diungkap Mantan Karyawannya - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Melalui XCheck, unggahan Neymar yang memajang foto perempuan telanjang yang telah menuduhnya melakukan kekerasan seksual, misalnya, tersebar luas berhari-hari tanpa tersentuh moderator. Juga tuduhan Donald Trump yang menyebut bahwa vaksin berbahaya dan Hillary Clinton adalah seorang pelindung pedofilia, bertengger tak terusik di laman Facebook.

Masih menurut laporan The Wall Street Journal, Facebook meminta BuzzFeed menggenjot penciptaan berita-berita clickbait demi meninabobokan penggunanya yang menarik banyak "like" dan komentar. 

Selayaknya jati diri berita clickbait, hanya sensasi yang diutamakan. Bahkan, tak sedikit konten yang seksis, rasial, menyulut permusuhan. Salah satu konten BuzzFeed yang disukai Facebook, misalnya, berjudul “21 Things That Almost All White People are Guilty of Saying".

Laporan The Wall Street Journal itu dibuat atas andil mantan Manajer Produk di bagian integritas sipil Facebook, bernama Frances Haugen, yang berani mengungkap kebenaran.

Di samping strategi-strategi busuk ala Facebook demi mempertahankan pengguna, keberanian Haugen membocorkan rahasia mantan perusahaannya berhasil mengungkap fakta mengerikan lain dari perusahaan ini.

Meskipun Facebook-Instagram-WhatsApp bermanfaat untuk berkomunikasi, studi yang dilakukan Emily Christofides berjudul “Risky Disclosures on Facebook: The Effect of Having a Bad Experience on Online Behavior” (Journal of Adolescent Research), misalnya, menyebut bahwa Facebook menyebabkan “pengalaman buruk” bagi 26,7 persen dari 256 penggunanya.

“Pengalaman buruk” yang dimaksud sangat beragam, seperti perundungan, pelecehan dari teman dekat, hingga ancaman. Dihubungi oleh orang tak dikenal adalah satu contohnya. 

Lebih jauh, tertuang dalam “Feeling Bad on Facebook: Depression Disclosures by College Student on a Social Networking Site" (Journal of Depress Anxiety) yang ditulis Megan A Moreno. Ditemukan fakta bahwa 25 persen dari 200 pengguna Facebook yang mengunggah status terbaru, terkandung ciri-ciri depresi, yang berbahaya jika dibaca, baik oleh si pengunggah atau teman-teman dalam jaringannya.

Bagi Facebook, awalnya studi-studi yang menyebutkan bahwa Facebook menghasilkan efek negatif hanya dianggap angin lalu. Dibantah dan selalu dibantah. 

Padahal dalam laporan penelitian internal Facebook, termuat kalimat yang menyebut bahwa "32 persen perempuan remaja mengatakan tak percaya diri dengan bentuk tubuh mereka. Instagram membuat mereka merasa lebih buruk.” Lalu, "remaja menyalahkan Instagram atas peningkatan tingkat kecemasan dan depresi."

Namun, alih-alih berbenah, Facebook memilih diam. Membiarkan penggunanya terkubur efek-efek buruk pelbagai layanan Facebook. 

Mengapa? Terang Haugen dalam wawancaranya di acara 60 Minutes: segala pembiaran efek negatif serta strategi-strategi busuk ala Zuckerberg dilakukan karena Facebook "lebih mementingkan keuntungannya, seperti menghasilkan uang melalui iklan", alih-alih memberikan rasa aman dan nyaman bagi para penggunanya.

Atas terbitnya laporan "The Facebook Files" yang sukses mengungkap wajah sesungguhnya Facebook, Zuckerberg memilih membantahnya.

"Banyak klaim [dalam laporan The Wall Street Journal] yang tidak masuk akal. Jika kami ingin mengabaikan penelitian [kami sendiri], mengapa kami membuat program penelitian terkemuka di industri ini untuk memahami masalah sepenting ini?" terangnya.

Dia menambahkan, "jika kami tidak peduli untuk memerangi konten berbahaya, mengapa kami mempekerjakan lebih banyak orang yang berdedikasi untuk menangani masalah ini? Jika media sosial bertanggung jawab atas polarisasi di tengah masyarakat seperti yang diklaim beberapa orang, mengapa kita melihat peningkatan polarisasi di AS, tetapi mengalami penurunan atau bahkan tidak terjadi di banyak negara? Padahal, media sosial digunakan di seluruh dunia, tak hanya di AS."

Related

Internet 7179710110485163702

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item