Kisah 9 Aksi Memaafkan yang Paling Menyentuh dan Menakjubkan (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah 9 Aksi Memaafkan yang Paling Menyentuh dan Menakjubkan - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Paus Yohanes Paulus II memaafkan pria yang ingin membunuhnya

Pada 13 Mei 1981, Yohanes Paulus II hampir tewas ketika ditembak oleh Mehmet Ali Agca, seorang ekstremis Turki. Kala itu, Sri Paus sedang memasuki Lapangan Santo Petrus untuk bertemu umat.

Dalam ambulans yang membawanya, di antara hidup dan mati, Sang Paus sudah memaafkan penembaknya itu.

Kata maaf ia sampaikan secara terbuka pada 17 Mei 1981, empat hari setelah upaya pembunuhannya yang gagal. Paus bahkan mengunjungi Agca di penjara pada 1983.

Keduanya bercakap-cakap beberapa lama. Setelah pertemuan itu, Paus kemudian berkata, "Apa yang kami bicarakan harus merupakan rahasia antara dia dan saya. Ketika berbicara dengannya, saya anggap ia saudara yang sudah saya ampuni, dan saya percayai sepenuhnya."

Ayah yang mengampuni orang yang membuat putranya celaka

Saat Connor Hanifin (19) diadili dalam kasus kelalaian lalu lintas yang menyebabkan kematian sahabatnya, Francis Duddy, ayah korban tak hanya memberinya maaf. Tapi juga dukungan.

Francis Duddy tewas pada 8 Februari 2014, saat Honda Civic keluaran tahun 2006 yang dikemudikan Hanifin dalam kondisi mabuk, menabrak pohon.

Hanifin akhirnya divonis 3,5 tahun penjara. Dalam sidang putusan, sesaat sebelum vonis dibacakan, ayah korban, Dan Duddy Sr, bicara pada terdakwa.

"Kau, Connor, harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan. Namun, atas nama semua orang dalam hidupmu, kami memaafkanmu. Francis ingin kau terus hidup, Connor. Itu juga yang kami inginkan.”

Perempuan yang memaafkan remaja penembak wajahnya

Pada tahun 1990, Debbie Baigrie menjadi korban penembakan dalam insiden percobaan perampokan. Kala itu, ia sedang keluar dari sebuah restoran di Tampa, Florida. Peluru menerjang wajahnya.

Butuh waktu lama, yang menguras fisik dan emosi, untuk pulih dari cideranya. Baigrie mengetahui bahwa orang yang menembaknya adalah Ian Manuel, yang saat itu berusia 13 tahun.

Kemarahannya yang menggelegak berangsur menjadi simpati. Terbesit pertanyaan dalam dirinya, "Bagaimana bisa bocah semuda itu menjadi pelaku kejahatan kejam?" Ia memutuskan untuk mencari tahu.

Berdasarkan penelusuran yang ia lakukan, Baigrie mengetahui bahwa ibu Manuel adalah pecandu narkoba. Sejak kecil, remaja itu kerap ditinggal sendirian di rumah. Kondisi itu yang mengubahnya menjadi pelaku kriminal di usia dini.

Setahun setelah penembakan, ada panggilan telepon dari dalam penjara. Manuel, yang dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa jaminan, meminta maaf. Baigrie pun luluh, dan berterima kasih atas telepon itu.

Ibu yang memaafkan anak yang mencoba membunuhnya

Warga Glendale, Arizona, Sarah Benson, memaafkan putranya sendiri, Isaac William Benson, yang mencoba membunuhnya pada Januari 2015.

Isaac dipenjara setelah membanting ibunya ke tanah dan mencekiknya. Perempuan itu pingsan. Saat sadar, Sarah menemukan putranya dalam kondisi berdarah-darah di bak mandi akibat luka tusuk. Ia cepat-cepat menghubungi 911.

Meski diserang 2 kali, Sarah bersikukuh putranya adalah sosok yang baik. Masa kecil yang traumatis dan kekerasan yang dialaminya yang membuat Isaac 'kesetanan'.

Tukang roti memaafkan istri yang menusuknya dengan pisau

Julie Ballans (54) dituduh melukai suaminya sendiri, Dennis Ballans, pada 21 Oktober 2014. Pria yang berprofesi sebagai pembuat roti itu menderita luka sedalam 1 inci di bawah tulang rusuknya. Juga ditemukan luka dalam di bagian perut.

Di muka pengadilan, Dennis Ballans mengatakan, ia telah memaafkan istrinya, dan mengharap perempuan itu kembali dalam hidupnya.

Wanita Iran memaafkan lelaki yang telah membuatnya buta

Ameneh Bahramil, asal Iran, buta akibat serangan cairan kimia berbahaya yang dilakukan pria yang ia tolak lamarannya. Seharusnya, penyerangnya, Majid Movahedi, mengalami nasib serupa. Mata dibayar mata. Namun, Bahramil memaafkannya.

"Aku merasa sangat baik. Senang rasanya bisa mengampuninya. Selama 7 tahun saya berusaha agar ia menerima hukuman retribusi. Namun, saya memutuskan untuk mengampuninya. Ini adalah hak saya, namun korban yang lain mungkin tak akan melakukan hal yang sama."

Bahrami meminta kompensasi finansial, alih-alih membutakan Movahedi—pilihan yang sebelumnya dia tolak untuk mempertimbangkannya.

Bahrami menerbitkan buku di Jerman, berjudul Eye for an Eye, berdasarkan kisah nyata dan penderitaan yang ia alami sejak mendadak menjadi buta.

Related

Inspiration 1036074131696197305

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item