Ibadah Dikenai Pajak, Gereja di Jerman Kini Makin Sepi Ditinggalkan Jemaat


Ada aturan pajak khusus bagi umat Kristen dan Yahudi di Jerman. Setiap bulan, mereka wajib membayar sekitar 8-9 persen dari pajak penghasilan ke tempat ibadah masing-masing. 

Selama nama mereka terdaftar sebagai anggota atau pernah dibaptis saat masih kecil, warga Jerman yang terlahir memeluk agama Kristen Protestan, Katolik dan Yahudi dituntut mendanai gereja atau sinagoge. Jarang beribadah bukan alasan untuk mangkir bayar Kirchensteuer (pajak gereja) atau Kultussteuer (pajak ibadah).

Katakanlah kamu tinggal di Berlin dan menghasilkan pendapatan kotor per bulan sebesar €3.500 (Rp57 juta). Jika dihitung berdasarkan pajak penghasilan, yang bervariasi antara 14-45 persen tergantung tempat tinggalmu, kamu harus menyisihkan €46 (Rp747 ribu) untuk “disumbangkan” ke gereja. Totalnya bisa mencapai €550 (Rp8,9 juta) dalam setahun.

Pada 2020 silam, gereja Katolik dan Protestan hanya meraup €12 miliar atau setara Rp194 triliun, berkurang sekitar €800 juta (Rp13 triliun) dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh banyaknya orang Jerman yang meninggalkan gereja, sebagian untuk menghindari pajak yang telah diberlakukan sejak 1919.

Sepanjang 2019 saja, lebih dari setengah juta orang berhenti sebagai anggota gereja, penurunan yang drastis bagi agama Protestan dan Katolik. Laporan tahun 2021 menunjukkan, sepertiga umat Kristen di Jerman melepas keyakinan mereka supaya tidak perlu bayar pajak lagi.

Andrea, 26 tahun, mantap keluar dari gereja Protestan sekitar dua tahun lalu, setelah merayakan natal bersama keluarga besar di kota kecil Gütersloh, Jerman barat. Kala itu, neneknya bertanya kapan terakhir kali dia pergi ke gereja. Andrea sudah tidak pernah beribadah di gereja sejak 2014. 

“Nenek kecewa mendengar saya sudah lama tidak ke gereja,” kenangnya. “Nenek bilang akan mendoakanku. Dari situlah saya memutuskan untuk keluar.”

Sejujurnya, dia sudah bertahun-tahun mempertimbangkan untuk keluar, terutama sejak melanjutkan studi di Hamburg. Tapi dia tak punya nyali untuk mewujudkannya. “Sebagian karena malas dan tidak tahu, sebagian lagi karena tidak mau mengecewakan nenek,” ungkap Andrea.

Carsten Frerk, humanis dan pakar keuangan gereja, menjelaskan, teorinya umat Kristen di Jerman baru wajib membayar pajak setelah mereka mengonfirmasi untuk menjadi anggota gereja. Namun dalam praktiknya, siapa saja yang telah dibaptis di suatu gereja mau tak mau harus ikhlas jika gaji bulanan mereka dipotong Kirchensteuer.

Untungnya, melepaskan keanggotaan gereja di Jerman tidak sulit-sulit amat. Kamu dianggap memenuhi syarat jika berusia di atas 14 dan memiliki paspor atau KTP yang sah. Namun, yang menjadi masalah, setiap negara bagian di Jerman memiliki peraturan dan regulasinya masing-masing. 

Warga Berlin, Brandenburg, North Rhine-Westphalia dan Thuringia wajib hadir di pengadilan jika ingin keluar dari gereja. Di tempat lain, mendatangi kantor dukcapil sudah cukup. Praktik pungutan biaya juga ditemukan di sejumlah daerah. Satu hal yang melegakan adalah kamu tidak wajib memberi alasan ingin keluar.

Kamu akan menerima sertifikat setelah membayar biaya administrasi. Jangan sampai sertifikatnya hilang, karena ini satu-satunya bukti legal kamu tak lagi berkewajiban membayar pajak. Kamu perlu menunjukkan sertifikat kalau tiba-tiba mendapat tagihan dari gereja.

Meski tidak harus memberi alasan, gereja akan menerima kabar kamu sudah berhenti menjadi jemaat.

Related

International 71520145944294421

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item