Mengenang Hasan Minhaj dan Patriot Act yang Pernah Menghiasi Layar Netflix (Bagian 1)


Hasan memulai semuanya dari awal. Dalam sebuah aksi stand-up, ia pernah berujar, “Aku tak percaya bahwa suatu hari aku akan jadi lebih dari bintang iklan komersial”. Benar, kesempatan besar itu akhirnya datang. 

Pada 2014, Hasan bergabung dengan The Daily Show sebagai koresponden. Waktu itu ia dipekerjakan oleh Jon Stewart. Ia makin dikenal lewat lelucon-leluconnya ketika berpidato di White House Correspondents Dinner, sebuah acara gala dinner untuk jurnalis yang bertugas di Gedung Putih, pada 2017. 

Saat itu, ia bercanda soal alternative facts karena diundang sebagai imigran sekaligus Muslim. Ia berpidato ketika Paman Sam makin tak ramah kepada minoritas.

Tahun itu pula, Netflix menawari Hasan stand-up spesial Homecoming King yang membuatnya memperoleh Peabody Awards pertama pada 2018. Ia lalu meninggalkan The Daily Show pada Agustus 2018 untuk memulai komedi mingguannya sendiri, Patriot Act with Hasan Minhaj.

Program ini tayang sejak Oktober 2018 dalam enam volume. Seri yang dibuat oleh Prashanth Venkataramanujam dan Hasan itu ditujukan untuk memberi perspektif baru terhadap lanskap politik, current affairs, dan budaya pop yang dibungkus komedi satir ala late night show. 

Selama kurang dari 30 menit, Hasan Minhaj bermonolog diiringi grafik, data, cuplikan berita, dan potongan video terkait isu yang sedang ia bahas. Hasan sendiri menyebutnya sebagai “Woke TED Talk”.

Jika isinya adalah monolog dengan grafik, data, dan cuplikan berita, apa bedanya dengan show kebanyakan? Ini dia, Hasan tak cuma ngomong dan mengomentari isu di permukaan. 

Episode “Arab Saudi” misalnya berhasil membuat sebuah komando angkatan bersenjata AS (CENTCOM) meminta maaf secara langsung lewat pernyataan pers karena salah satu dokumennya menyebut orang Arab Saudi memiliki "darah negro".

Episode yang sama juga bikin pemerintah Arab Saudi kebakaran jenggot karena Hasan memaparkan kemungkinan terlibatnya putra mahkota Saudi, Mohammad bin Salman, dalam kematian jurnalis Jamal Khashoggi. Pemerintah Arab Saudi bahkan menghapus episode tersebut dari negara mereka.

Hasan juga membuat onar di kampung halaman orangtuanya, India, lewat episode “Indian Elections” pada Maret 2019. Dengan gamblang ia mengkritik Perdana Menteri Narendra Modi dan partai penguasa Bharatiya Janata Party (BJP). 

Tak hanya itu, ia juga mewawancarai oposisi Modi, Shashi Tharoor, yang merupakan anggota parlemen dari partai Indian National Congress. Mereka mendiskusikan persoalan seperti ultra-nasionalisme Hindu, konflik di Kashmir, dan pembunuhan masal terhadap Muslim dan minoritas Dalit. Episode itu sukses menyulut keributan antara pendukung dan oposisi Modi.

Indonesia dalam kepala Hasan tidak eksotik. Lihatlah episode “The Ugly Truth of Fast Fashion” pada November 2019. Episode itu memaparkan dampak buruk industri yang memproduksi pakaian dalam jumlah besar dan waktu singkat terhadap lingkungan, yakni Sungai Citarum. 

Korbannya tentu saja warga yang tinggal di sekitar Citarum. Salah seorang balita dilaporkan terkena gangguan liver karena keluarganya bergantung pada aliran air Citarum.

Hasan juga sering diolok-olok. Orang-orang di internet menyebutnya Bollywood Bitch! “Kuharap kamu mampu mengubah tayangan tengah malam, dasar kamu Bollywood Bitch!” atau “Hasan Minhaj: Bollywood Bitch yang presentasi pakai power point”.

Idenya soal membawakan topik-topik reaktif juga membuatnya dipandang sebelah mata. Bagaimana mungkin pelawak membawakan isu yang berat? Lalu presentasi lewat layar? 

Bukankah pelawak talk show semestinya duduk di kursi dan bercengkrama dengan bintang tamu, atau mengomentari cuplikan berita seperti yang banyak kita jumpai lewat The Daily Show with Trevor Noah, Last Week Tonight with John Oliver, The Late Show with Stephen Colbert, Late Night with Seth Meyers, atau The Tonight Show Starring Jimmy Fallon?

Tapi, Hasan berhasil membawa angin segar untuk late night show yang lama kelamaan hanya diisi pria kulit putih dengan potongan rambut sama. Seri pertama Patriot Act berhasil mendapat rating 100 persen dari Rotten Tomatoes. Website tersebut menilai Patriot Act berbeda dari komedi sejenis lainnya berkat keberhasilan Hasan Minhaj dan tim di balik layar yang berhasil memadukan pemikiran, perasaan, kritik, dan katarsis. 

Baca lanjutannya: Mengenang Hasan Minhaj dan Patriot Act yang Pernah Menghiasi Layar Netflix (Bagian 2)

Related

Entertainment 7211207537998074973

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item