6 Mitos Terbesar dalam Sejarah yang Masih Dipercaya Hingga Kini

6 Mitos Terbesar dalam Sejarah yang Masih Dipercaya Hingga Kini

Benarkah Hannibal pernah membawa gajah perangnya ke pegunungan Alpen? Ya, Hannibal melakukannya pada Perang Punisia Kedua, meski beberapa sejarawan sempat menganggapnya sebagai mitos belaka. Hal ini wajar, mengingat fakta sejarah selalu direvisi sesuai temuan baru untuk meluruskan pemahaman kolektif kita tentang masa lalu. 

Namun dalam beberapa kasus, mitos atau miskonsepsi justru dianggap sebagai fakta sejarah yang valid. Dari sekian banyak contoh, berikut enam mitos yang masih dianggap sebagai fakta sejarah sampai kini.

1. Pertempuran negara vs negara di Abad Pertengahan

Selama periode Abad Pertengahan di Eropa, banyak yang mengira kalau konflik di dalamnya bersifat nation vs nation (negara melawan negara). Nyatanya, gagasan berjuang untuk negara sangat modern. Mereka datang bersamaan dengan identitas "nasional" yang baru dimiliki banyak orang di awal abad ke-20. 

Pada Abad Pertengahan, Inggris misalnya, masih menjadi kumpulan kerajaan kecil. Banyak konflik terbesar yang terjadi di antara faksi saingan seperti Wessex dan Mercia. Dalam kasus-kasus seperti ini, sering kali ada dua kelompok tentara bayaran yang berjuang untuk bertarung di kedua belah pihak. Belum ada nasionalisme pada saat itu.

Sebagaimana dilansir dari Encyclopædia Britannica, di masa sebelum ada konsep nation-state (negara-bangsa), nasionalisme sama sekali bukan sesuatu yang penting. Pada saat itu, hanya ada uang bayaran dan kesetian pada mahkota.

2. Perbudakan di Mesir kuno

Sejarawan Yunani kuno, Herodotus, pernah menggambarkan para budak telah membangun piramida. Hal ini membuat para egiptologi mengatakan mitos yang sama, yang kemudian hari disebarkan film-film Hollywood.

Juga, banyak dari kita yang mengira piramida dibangun oleh para budak Yahudi. Lagi pula, siapa yang dapat menyelesaikan proyek pembangunan besar itu selain sekelompok orang asing yang kekurangan gizi dan membutuhkan makan untuk keluarganya? 

Namun, menurut kepala arkeolog Mesir, Zahi Hawass, piramida dibangun oleh para pekerja yang dibayar sebagai pekerja, bukan budak Yahudi. Amihai Mazar, profesor Arkeologi di Universitas Ibrani Yerusalem, mengatakan, mitos piramida dibangun oleh budak berasal dari mantan perdana menteri Israel, Menachem Begin, yang berkunjung ke Mesir pada tahun 1977.

"Tidak ada orang Yahudi yang membangun piramida, karena orang Yahudi tidak ada di Mesir pada periode ketika piramida dibangun," kata Mazar seperti yang dilansir dari Guardian. Mazar menambahkan jika orang Ibrani pernah membangun sesuatu, maka itu adalah kota Ramses (Pi-Ramesses) seperti yang disebutkan dalam Kitab Keluaran (Exodus).

3. Wild West di Amerika

Sudah jadi gambaran umum kalau "Wild West" adalah tempat yang kacau dan penuh kekerasan. Memang, wilayah ini bisa saja kejam, tetapi tidak lebih "kasar" atau "semrawut" daripada wilayah mana pun di zaman modern.

Gambaran Old West (perbatasan paling barat Amerika) sebagai tempat yang gersang dan sulit untuk mencari nafkah di masa awal pembangunannya, mungkin berkontribusi pada mitos kalau di sana adalah tempat tanpa hukum dan penuh tindakan kriminal. Namun, adakah bukti valid kalau di sana adalah tempat yang penuh kekerasan? Tidak juga.

Melansir dari laman Independent, beberapa sejarawan justru terbagi ke dalam dua pilihan, yakni apakah Perbatasan Barat Amerika sangat berbahaya, atau justru tidak berbahaya sama sekali. Tentunya, pilihan tersebut sangat bergantung pada perspektif mereka dalam melihat masa lalu: melihatnya persis seperti dulu atau melalui lensa modernitas.

4. Bom atom memakan lebih banyak korban dari kampanye bom konvensional

Di dalam buku-buku sejarah, dijelaskan kalau bom atom yang jatuh di Kota Hiroshima dan Nagasaki membunuh lebih banyak orang daripada kampanye pemboman "tradisional" selama Perang Dunia II. Serangan di Hiroshima mengakibatkan antara 90.000 dan 146.000 kematian, dan serangan di Nagasaki menghasilkan hingga 80.000 kematian. 

Apakah ini serangan paling dahsyat selama Perang Dunia II? Melalui satu perangkat, ya. Apakah ini adalah cara baru yang menakutkan dan memakan banyak korban pada masanya? Ya. Apakah ada lebih banyak kematian dalam serangan atom di kedua kota Jepang daripada pemboman tradisional sebelum dua serangan tersebut? Tidak sama sekali. 

Seperti dilansir dari History, pemboman Kota Tokyo pada 9 Maret 1945 menelan korban antara 80.000 sampai 130.000 warga sipil Jepang, dan karenanya lebih dari satu juta warga sipil kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban dari peristiwa ini melebihi jumlah total kematian Nagasaki dan mungkin lebih tinggi dari Hiroshima. 

5. Rommel adalah seorang anti-Nazi

Siapa yang tidak tahu Erwin Rommel, seorang perwira militer yang genius serta dikenal memiliki sifat ksatria dan ambivalen (atau bahkan bertentangan) dengan Hitler dan Ideologi Nazi. Memang, mitos ini terlihat sangat benar sampai dapat dihitung sebagai fakta sejarah.

Lagipula, narasi ini bukanlah kebohongan yang keluar-masuk tanpa sebab, tapi lebih merupakan romantisasi sejarah yang telah disebut oleh beberapa sejarawan sebagai Rommel Myth (Mitos Rommel). 

Melansir laman Focus, Bundeswehr (angkatan bersenjata gabungan Jerman saat ini) tampaknya telah sepenuhnya menerima mitos ini, khususnya setelah menamai bangunan mereka dengan nama "Field Marshal Rommel Barracks" di Kota Augustdorf.

Faktanya, meskipun "The Desert Fox" tidak pernah menjadi anggota Partai Nazi, ia menunjukkan dukungan yang cukup kuat untuk militer dan ekspansionisme Nazi Jerman (Lebensraum). Kita juga cukup mengetahui kalau Rommel bekerja di lembaga-lembaga Nazi sebagai penghubung antara Wehrmacht dan Hitler-Jugend. 

Memang, tidak ada keraguan kalau Rommel tidak pernah menyukai SA (kemudian SS), tetapi ini tampaknya lebih merupakan ketidaksukaan Rommel dengan taktik mereka yang brutal daripada perselisihan tentang tujuan bersama mereka. Singkatnya, Rommel sudah "layak" disebut sebagai seorang Nazi, meskipun ia bermain politik dua kaki pada masa itu.

6. Einstein gagal dalam pelajaran matematika dan sains di sekolah

Kita semua mungkin tahu (atau diberi tahu) kalau Albert Einstein pernah gagal di pelajaran matematika dan sains selama duduk di bangku sekolah. Pertanyaannya adalah, berapa kali kalian mendengar mitos ini? Faktanya, klaim ini sama sekali tidak benar dan juga cukup liar. 

Sebagaimana dilansir dari Washington Post, Albert Einstein adalah siswa yang luar biasa dan unggul di bidang yang benar-benar diharapkan darinya. Einstein bahkan membaca buku-buku pelajaran tingkat tinggi tentang fisika. ketika dia masih berusia 11 tahun. Jadi, pada kenyataannya Einstein memang sudah jenius sedari dini. 

Related

History 2302528836471152483

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item