Nasib Wanita di Zaman Korea Kuno: Bisa Dimiliki Raja Kapan Saja

Di Korea kuno, jika Raja ingin menjadikan seorang wanita sebagai selirnya, apakah si wanita boleh menolak?

Permaisuri pertama Raja Sukjong, seperti yang digambarkan dalam drama Jang Ok Jung, Live in Love, adalah Ratu Inkyung, Putri Mahkota sebelum dia menjadi ratu. Setelah dia meninggal, Ratu Inhyung dipilih menjadi permaisuri, langsung naik ke posisi ratu. 

Jang Ok-jung, di sisi lain, adalah selir kerajaan yang dipilih sebagai ratu setelah Ratu Inhyung digulingkan dalam acara Gisa Hwanguk, tetapi Nyonya Jang diturunkan kembali ke pangkat Hui-bin ketika Ratu Inhyung dipulihkan acara Gapsul Hwanguk.

Di Dinasti Josean, ada masyarakat yang sangat hierarkis, di mana Raja adalah kekuatan yang harus ditaati, dan wanita tidak memiliki status yang sama dengan pria.

Seorang gadis sering menikah sejak usia 14 tahun, meskipun pengantin anak semuda 6 tahun diberikan untuk dinikahi, di mana mereka akan bekerja sebagai pembantu di rumah calon ibu mertua sebelum menikah, karena kemurnian dihargai di masyarakat itu.

Sebelumnya, peran wanita hampir sama, karena mereka dapat memiliki atau mewarisi properti, tetapi hal itu berubah setelah 1592 dan semakin memburuk setelah invasi Kekaisaran Jepang.

Diberikan kepada bangsawan atau orang dengan pangkat yang lebih tinggi dianggap sebagai kemajuan bagi keluarga gadis itu, sehingga didukung pada usia berapa pun, tanpa ada kemungkinan wanita tersebut memiliki pendapat atau menolak pengaturan seperti itu, baik sebagai istri, istri kedua, atau selir. 

Ada hierarki bahkan di dalam selir. Beberapa wanita di ujung bawah pada dasarnya adalah budak, baik dari utang keluarga, kejahatan, dan kebangkrutan. 

Ada sedikit pilihan yang bisa diambil oleh seorang gadis atau wanita muda di bawah 30 tahun untuk menghindari dipaksa melakukan pelayanan seperti itu, tetapi tidak semua selir bertunangan untuk menyenangkan para pria secara intim.