Kapitan Pattimura Ternyata Bernama Asli Ahmad Lussy? (Bagian 2)

Kapitan Pattimura Ternyata Bernama Asli Ahmad Lussy?

Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kapitan Pattimura Ternyata Bernama Asli Ahmad Lussy? - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah Kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyak kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-Raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan Maluku. 

Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan satu agama saja. Penulis buku 'Menemukan Sejarah' yang menjadi best seller ini juga mengkritik M Sapija yang menyebut gelar kapitan adalah pemberian Belanda. 

Mansyur Suryanegara menjelaskan bahwa leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap suatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. 

Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti. Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai suatu peristiwa yang mulia dan suci. 

Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan “Kapitan” melekat pada diri Pattimura itu bermula. 

Perjuangan Kapitan Ahmad Lussy 

Untuk diketahui, perlawanan rakyat Maluku terhadap pemerintahan kolonial Hindia Belanda disebabkan beberapa hal. Pertama, adanya kekhawatiran rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah seperti yang pernah dilakukan pada masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie). 

Kedua, Belanda menjalankan praktik-praktik lama yang dijalankan VOC, yaitu monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi. Pelayaran Hongi adalah polisi laut yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. 

Ketiga, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. 

Akibat penderitaan itu, rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya, yang bernama Van den Bergh, terbunuh. 

Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya. Perlawanan rakyat di bawah komando Kapitan Ahmad Lussy itu terekam dalam tradisi lisan Maluku yang dikenal dengan petatah-petitih. Tradisi lisan ini justru lebih bisa dipertanggungjawabkan daripada data tertulis dari Belanda yang cenderung menyudutkan pahlawan Indonesia. 

Ketika Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, saat itu pula Belanda mendapat pukulan berat. Akhirnya Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. 

Belanda pun semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan ditangkap pasukan Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy dan kawan-kawannya menjalani hukuman gugur di tiang gantungan. 

Nama Pattimura sampai saat ini tetap harum. Namun, nama Thomas Mattulessy lebih dikenal daripada Ahmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut Mansyur Suryanegara, perlu upaya meluruskan sejarah. 

Referensi Sejarah Mengenai Kepahlawanan Pattimura: 
  • Verhuel Herinneringen van een reis naar Oost Indien (1835-1836) - JB Van Doren (1857)
  • Thomas Matulesia, Het Hoofd Der Opstandelingen Van Het Eiland Honimoa - PH van der Kemp (1911)
  • Het herstel van het Nederlandsche gezag in de Molukken in 1817 - M Sapija (1954)
  • Sejarah Perjuangan Pattimura, Penerbit Djambatan - Ben van Kaam (1977) 
  • Ambon door de eeuwen - M Nour Tawainella (2012)
  • Menggali sejarah dan kearifan lokal Maluku - Mansyur Suryanegara (2009)

Related

History 6534465652335914387

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item