Bagaimana Brunei Menjadi Negara Kaya-Raya?

Bagaimana Brunei Menjadi Negara Kaya-Raya?

Naviri.Org - Brunei Darussalam bukan negara besar, namun terkenal kaya-raya. Kenyataan itu sudah diketahui di mana-mana, hingga selama ini orang kerap mengilustrasikan Brunei Darussalam sebagai surga kecil di Asia.

Merujuk laporan The Economist, warga Brunei Darussalam hidup makmur dengan dibebaskan dari pajak penghasilan, menikmati pendidikan gratis (hingga ke universitas), diberi akses untuk kredit rumah murah hingga subsidi bahan pangan, dan para laki-laki mendapat pekerjaan yang nyaman dari pemerintah.

Sang sultan, Hassanal Bolkiah, memberikan itu semua berkat melimpahnya kandungan minyak dan gas (migas) di bumi Brunei.

Menurut catatan Departemen Luar Negeri AS tahun 2011, Brunei memproduksi sekitar 167.000 barel minyak setiap hari (180.000 barel versi laporan IMF tahun 2014), menjadikannya negara penghasil minyak terbesar keempat di Asia Tenggara. Brunei juga menghasilkan sekitar 25,3 juta meter kubik gas alam cair per hari, membuatnya jadi eksportir gas alam terbesar ke-9 di dunia.

Brunei memiliki ketergantungan yang tinggi pada migas. Sebanyak 95 persen komoditas ekspor Brunei adalah migas. Migas pun menyumbang 90 persen pendapatan pemerintah—jauh lebih besar ketimbang pemasukan dari jasa, konstruksi, agrikultur, dan bidang-bidang lainnya.

Dampaknya memang positif untuk menaikkan standar kesejahteraan warga, terutama di era 1990-an dan 2000-an. Prestasinya melampaui negara-negara tetangga dengan luas teritori dan jumlah warga yang lebih besar. Dari segi Indeks Pembangunan Manusia, monarki yang merdeka dari Inggris pada 1984 itu sejajar dengan Singapura yang diklasifikasikan sebagai “negara maju”.

Namun migas, sebagai sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui lainnya, juga bisa habis. BP Oil serta lembaga riset lain menyatakan cadangan “emas hitam” dan gas alam Brunei akan ludes 20 hingga 30 tahun lagi. Jika tak mampu membangun ekosistem yang lebih beragam, ekonomi Brunei terancam stagnan, bahkan kolaps pada tahun 2030.

Brunei sudah merasakan kontraksi-kontraksi ekonomi sejak beberapa tahun terakhir. Faktor utamanya adalah harga minyak dunia yang tak bersahabat, bahkan sempat mencapai rekor terendah. Dalam laporan ASEAN Today, pada November 2017 Brunei telah memangkas sekitar 5 persen dari produksi minyak hariannya sebagai konsekuensi kesepakatan regulasi Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC).

Kontribusi migas terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Brunei turun dari 63,3 persen pada tahun 2014 menjadi sekitar 50 persen pada Januari 2018. Pada tahun 2014 pula Brunei mencatat defisit fiskal, yakni -0.7 persen dari PDB. Setahun kemudian angkanya anjlok lebih menyedihkan lagi: -14 persen dari PDB, atau yang terendah dalam 10 tahun terakhir.

Sultan Bolkiah, yang berkuasa sejak 1967, sebenarnya mengharapkan ekonomi Brunei tumbuh setidaknya 6 persen per tahun untuk periode 2004-2014. Namun kenyataannya Brunei hanya mencatatkan angka kurang dari 1 persen, demikian kembali mengutip Economist. Pertumbuhan ekonomi Brunei pun jadi yang terendah di Asia Tenggara.

Kondisi ini berdampak langsung pada keuangan pemerintahan maupun kehidupan warga. Pada tahun 2017 anggaran belanja negara Brunei dipotong lebih dari $100 juta. Pemerintah mesti melakukan penghematan dengan menjajaki ulang ke mana duit dialirkan. Staf pemerintahan yang jumlahnya dirasa cukup, misalnya, membuat tahun lalu tidak ada program perekrutan pegawai baru.

Salah satu faktor utama yang mendorong pemerintah Brunei untuk memproduksi migas secara besar-besaran adalah demi menopang gaya hidup mewah warga Brunei.

Fenomena yang jadi rahasia umum ini pernah disinggung oleh Menteri Energi Yahya bin Begawan Mudim. Mengutip ASEAN Today, Mudim mengingatkan bahwa jika PDB per kapita jatuh, sulit bagi masyarakat Brunei untuk mempertahankan standar gaya hidup mereka.

Barangkali warga Brunei hanya meniru sultannya. Bolkiah adalah salah seorang terkaya di dunia. Ia tinggal di istana megah yang disebut-sebut sebagai kediaman pribadi terluas di dunia, terkenal gemar mengoleksi mobil mewah, dan punya keluarga dengan gaya hidup serupa—bahkan ada yang lebih glamor lagi.

Baca juga: Brunei, Negara Kaya yang Terancam Kolaps 

Related

World's Fact 970043502309953097

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item