Peranti-peranti Canggih untuk Dapur Masa Depan

Peranti-peranti Canggih untuk Dapur Masa Depan

Naviri.Org - Kehidupan manusia saat ini adalah kehidupan yang bersentuhan erat dengan peranti canggih. Tidak usah jauh-jauh, lihat saja ponsel yang biasa kita gunakan. Kurang canggih apa, coba?

Hanya dengan ponsel, yang ukurannya segenggaman tangan, kita bisa menghubungi orang yang jauhnya berkilo-kilo meter. Dengan ponsel, kita bisa berkirim teks, dari yang paling pendek sampai panjang. Dengan ponsel, kita bisa memotret apa pun yang ingin kita potret. Dengan ponsel pula, kita bisa mengaskses internet, eksis di media sosial, dan lain-lain. Jelas, ponsel adalah peranti yang canggih.

Kini, kenyataan semacam itu terus merambah ke bagian lain kehidupan kita. Televisi di zaman sekarang, misalnya, jauh lebih canggih dibanding televisi zaman dulu. Selain bentuknya lebih tipis dan layarnya lebih jernih, televisi sekarang juga bisa dihubungkan ke komputer atau peranti lain.

Lalu di dapur. Orang zaman dulu menanak nasi dengan panci dan dandang. Kini, dengan rice cooker, orang bisa menanak nasi dengan jauh lebih mudah dan lebih praktis. Bahkan, menanak nasi dengan rice cooker bisa ditinggal pergi tanpa khawatir nasi menjadi hangus, karena rice cooker akan mati sendiri setelah nasi telah matang.

Di masa depan, bukan hanya peralatan semacam rice cooker yang akan masuk ke dapur kita, tapi juga berbagai robot dan peranti-peranti lain yang lebih canggih.

HapiFork, misalnya, yang diproduksi oleh Slow Control. Alat ini punya pengukur waktu, yang bisa mengetahui kecepatan kita makan. Saat kamu makan terlalu cepat, atau dianggap terlalu banyak, maka alat ini bisa berbunyi. Data-data untuk piranti ini bisa tersambung dengan laptop atau ponsel pintar.

Bagi beberapa orang yang baru belajar memasak, alat-alat ini sungguh membantu. Bahkan untuk merebus telur sekalipun. Alih-alih memakai stopwatch seperti biasa, kini ada peralatan bernama Egg Time. Tujuannya memastikan telur rebus matang sesuai pilihan: lembut, sedang, keras.

Dua peralatan itu memang terkesan sepele. Tapi di masa depan, akan ada aneka macam peralatan lain yang bisa membuatmu geleng-geleng kepala. Dapur seperti menjelma jadi dunia tersendiri. Mulai dari oven yang bisa mengetahui seleramu, pemanggang yang memasak sesuai pilihanmu dan bisa dikontrol melalui iPad, mesin yang bisa menumbuhkan tanaman yang dibutuhkan bagi dapur, lebih cepat ketimbang ditanam di kebun, hingga pengolah air yang bisa mengubah air kotor jadi air bersih. Semua tersambung dan bisa dikontrol dari satu gawai saja.

Para perusahaan teknologi juga menyadari gerak maju piranti dapur. Tanggal 10 dan 11 Oktober 2017, dihelat ajang Smart Kitchen Summit yang ketiga. Ajang ini pertama kali diadakan oleh Michael Wolf, analis di sebuah perusahaan teknologi. Ia berpikir bahwa ada hubungan antara makanan yang kita konsumsi dengan teknologi yang terus berkembang. Sama seperti seminar, akan ada diskusi, obrolan, juga pameran inovasi peralatan dapur di sini.

Tahun ini pengisi ajang Smart Kitchen Summit merentang mulai Tyler Florence dari Food Network, Victoria Spadaro Grant dari Barilla, dan Michiel Bakker, Direktur Food Program di Google. Yang mengikuti acara mulai dari perusahaan pembuat piranti keras dan lunak, pekerja di perusahaan teknologi, hingga anak-anak muda yang punya perusahaan rintisan.

Salah satu pembahasannya, antara lain, semakin tak relevannya buku resep. Florence, pembawa acara dan penulis buku masak, dengan nada ironi mengatakan di masa depan buku resep akan benar-benar ditinggalkan, sama seperti koran atau majalah di era digital. Bisa jadi Florence benar. Sekarang, kita bisa mengakses resep dari situsweb atau aplikasi di gawai.

Cookpad, misalkan. Aplikasi yang dibuat oleh Akimitsu Sano pada 1997 sekarang sudah punya lebih dari 60.000 resep. Bayangkan jika semua resep itu dicetak, perlu berapa ribu lembar kertas. Video resep singkat seperti yang diproduksi oleh Tasty ataupun Food Network juga semakin digemari, terutama karena ringkas dan praktis.

Dunia masak memasak memang akan selalu dinamis. Perkara masuknya mesin di dapur tak lepas dari kritik, memang.

Michael Pollan, seorang penulis dan juru masak profesional, salah satu yang terdepan dalam mengkritik robot dan segala macam mesin pintar yang ada di dapur. Menurutnya, kehadiran robot yang bisa menggantikan manusia memasak, akan mencerabut manusia dari akarnya. Walau kita harus mencatat, Pollan juga mengkritik tak hanya perkara mesin atau robot dalam perkara lidah dan perut, tapi juga makanan industrial seperti makanan beku atau cepat saji.

Terlepas dari kritik itu, perusahaan robotik ataupun perusahaan pembuat alat masak pintar masih harus berjuang di ranah paling dasar: harga. Saat ini harga alat-alat masak pintar itu teramat mahal, apalagi robot memasak. Statista, pada 2014, pernah merilis data tentang negara yang warganya paling banyak menghabiskan waktu di dapur.

India ada di peringkat pertama, rata-rata warganya menghabiskan 13,2 jam per minggu di dapur. Diikuti oleh Ukraina (13,1 jam), Afrika Selatan (9,5 jam), Indonesia (8,3 jam), dan Italia (7,1 jam). Negara-negara pusat teknologi seperti Amerika Serikat, Inggris, atau Jepang malah tak masuk dalam 10 besar.

Dengan kata lain, mesin memasak atau robot memasak ini mungkin hanya akan laku di negara-negara dengan penduduk yang jarang memasak. Mungkin ada yang terjual di Indonesia, Afrika Selatan, atau India, tapi jumlahnya jelas tak akan banyak.

Baca juga: Robot, dari Khayalan Menjadi Kenyataan dan Ancaman

Related

Technology 5221727171415933211

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item