Kontroversi Seputar Kehidupan Winston Churchill

Kontroversi Seputar Kehidupan Winston Churchill

Naviri.Org - Winston Churchill adalah pribadi yang kompleks. Selain dikenal sebagai tokoh militer, pemimpin negara, jurnalis dan penulis yang aktif, ia juga memicu sederet kontroversi. Sebagaimana umumnya tokoh besar lain, ada pihak yang memuja Winston Churchill, namun ada pula yang menilainya secara minor.

Menyimak karier panjang Winston Churchill, baik sebagai tentara, jurnalis, penulis buku, hingga politisi yang menentukan berbagai kebijakan strategis dalam kemenangan Sekutu atas Jerman, ada sejumlah catatan kritis dan kontroversial yang menyelimutinya.

Menurut John Charmley dalam Churchill: The End of Glory, Churchill percaya pada hierarki rasial dengan menyebut bahwa orang Kristen Protestan kulit putih berada di puncak, di atas orang Katolik kulit putih. Sementara orang India lebih tinggi derajatnya dari orang Afrika.

Sebagai seorang tokoh publik, tentu saja pembela Churchill pasang argumentasi. Richard Toye, dalam Empire’s Churchill, menyebut pandangan Churchill tentang ras tidak sebanding seperti apa yang dilakukan Hitler.

"Meskipun Churchill menganggap orang kulit putih lebih unggul, itu tidak berarti dia menganggap baik-baik saja ketika memperlakukan orang non-kulit putih dengan cara yang tidak manusiawi," kata Toye.

Ilmuwan Noam Chomsky pernah mengkritik Churchill karena kutipannya yang mendukung penggunaan gas beracun.

"Saya tidak mengerti dengan mukjizat tentang penggunaan gas ini," tulis Churchill di sebuah memo dalam perannya sebagai Menteri Perang dan Udara pada 1919.

"Saya sangat mendukung penggunaan gas beracun untuk melawan suku-suku yang tidak beradab," lanjutnya.

Sementara Warren Docker, peneliti di University of Cambridge, memberi sanggahan dengan menyatakan bahwa apa yang disebut Churchill bukanlah obat kimia mematikan, melainkan gas lachrymatory, yang pada dasarnya adalah gas air mata.

Dalam hal kebijakan luar negeri, Churchill dikenal menentang gerakan kemerdekaan India. Ia juga kedapatan tidak suka dengan Mahatma Gandhi.

“Sangat mengkhawatirkan dan membuat mual kala menemui Gandhi, seorang pengacara penghasut yang berpose bak fakir miskin, lantas berjalan setengah telanjang menaiki tangga Istana,” kata Churchill pada 1931.

Barangkali yang paling menyita perhatian atas polemik Churchill adalah sikap Barrack Obama ketika masih menjabat Presiden AS, yang memindahkan patung Churchill dari Gedung Putih. Meski klaim kejadian ini pada akhirnya bergulir rumit, terutama tentang status keberadaan patung tersebut.

Ini berkaitan dengan sejarah kolonial Inggris atas Kenya. Kakek Obama, Hussein Onyango Obama, ditangkap pada awal 1949 karena terlibat gerakan kemerdekaan Mau-Mau. Ia disiksa secara fisik dengan cara-cara sadis.

Aspirasi kemerdekaan rakyat Kenya ditentang pemerintah kolonial Inggris, ketika Winston Churchill masih menjabat Perdana Menteri. Pandangan orang Kenya juga berubah menjadi membenci Inggris.

Baca juga: Ketika Para Pemimpin Dunia Saling Mengejek

Related

Insight 8115161221871105024

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item