Kisah Menakjubkan Burung Alaska yang Bangkit dari Abu
https://www.naviri.org/2018/09/burung-alaska.html
Naviri Magazine - Dalam mitologi, kita mengenal burung Phoenix yang mampu bangkit dari kematian setelah tubuhnya hancur menjadi abu. Hal serupa terjadi di kawasan Alaska, meski dalam bentuk yang sama sekali berbeda.
Pada tahun 2008, bencana erupsi terjadi di Alaska, dan bencana itu menghancurkan habitat sarang burung laut, yaitu Aethia cristatella dan Aethia pusilla. Namun, dalam empat tahun, burung-burung tersebut mampu membangun habitat mereka di lokasi baru. Dengan kata lain, mereka mampu bangkit dari abu kematian yang tela menghancurkan tempat hidup mereka.
Berdasarkan studi terbaru di The Auk: Ornithological Advances, kemampuan kedua spesies burung untuk bangkit kembali mengejutkan para peneliti.
Dikutip dari Sciencedaily, ada sekitar 100.000 sarang A cristatella dan 150.000 sarang A pusilla di Kasatochi, yang diketahui rusak. Sarang burung tersebut berada di celah-celah karang. Saat terjadi erupsi, sarang itu terkubur oleh debu dan bebatuan erupsi.
Ahli geologi dari Amerika, Gary Drew dan timnya, melakukan pengamatan di pulau dan habitat burung laut di Kasatochi, sebanyak dua kali sebelum letusan, dan lima kali dalam delapan tahun pertama sesudah erupsi.
Drew merekam aktivitas kedua burung di dua lokasi di Kasatochi, dengan menggunakan kamera yang diatur secara selang waktu. Sebelas bulan setelah erupsi, Drew masih melihat burung-burung tersebut berada di atas lapisan abu tebal yang menutupi sarang-sarang mereka.
Setelah itu, Drew mendapati jumlah burung yang hinggap di bekas sarang mereka menurun drastis. Pada tahun 2012, Drew dan timnya menemukan habitat baru burung tersebut di sebuah lereng di sebelah utara habitat asli.
Menurut sejumlah survei lainnya, ada indikasi bahwa ada sebagian burung yang pindah ke pulau terdekat.
"Kami terkejut pada kecepatan burung Aethia bergeser dan membangun koloni baru. Burung ini biasanya bersarang di koloni yang sangat besar, sehingga mungkin ada saatnya habitat yang baru berubah dengan cepat dari kepadatan rendah ke kepadatan tinggi," kata Drew.
Drew melanjutkan, adaptasi kedua burung tersebut sangat baik dan mereka tidak khawatir terhadap status burung-burung tersebut. Penemuan ini memberi kita informasi sementara tentang bagaimana Aethia bereaksi saat kehilangan habitat.
Heather Major, ahli burung laut Aleut dari Universitas New Brunswick, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, juga menambahkan bahwa erupsi di Kasatochi pada tahun 2008 memberi kesempatan langka untuk mendokumentasikan respons burung laut kolonial terhadap penghancuran habitat sarang mereka secara tiba-tiba.
"Penelitian ini penting untuk pemahaman kita tentang penyebaran dan pemilihan habitat, dan lebih umum lagi kemampuan kedua spesies untuk menanggapi gangguan besar terhadap koloni sarang mereka," ujarnya.
Baca juga: Mengapa Kelelawar Tidur Terbalik, dan Tidak Jatuh?