Misteri Paradoks Kehidupan yang Belum Terpecahkan

Misteri Paradoks Kehidupan yang Belum Terpecahkan

Naviri Magazine - Paradoks (paradox) adalah pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. Dalam kasus tertentu, paradoks bisa menjadi pertanyaan serupa teka-teki yang sangat membingungkan.

Beberapa ahli bilang, paradoks merupakan kalimat oposisi yang salah, namun juga benar. Coba liat contoh di bawah ini:

1. Kenaikan dollar berimbas pada penurunan kesejahteraan rakyat.
2. Meski cuaca panas, tapi pikiran harus tetap dingin.
3. Di tengah-tengah terpaan angin puting beliung, hatinya tetap tenang.
4. Kegigihannya mencapai mimpi membuat ia lupa sakit yang ia rasakan.
5. Usianya memang sudah tua, namun semangatnya tak kalah dengan kaum muda.
6. Tokonya ramai dikunjungi konsumen, namun keuntungannya masih sepi.
7. Setelah sekian lama menjanda, tak membuat wanita itu kesepian.
8. Telinganya telah tuli terhadap teriakan-teriakan rakyat.
9. Tubuhnya yang renta tak menyurutkan langkahnya.

Sekarang, yang bakal dibahas adalah paradoks-paradoks tentang teka-teki kehidupan paling bersejarah yang pernah ada, yang jawabannya belum juga tertemukan.

Paradoks Botak dan Tidak Botak

Sebelumnya, kita flashback dulu ke abad ke-4 SM, dimana Eubulides menemukan paradoks pertama kali. Paradoks pertama yang ditemukan adalah:

Jika seseorang memiliki rambut nol di kepalanya, dia botak. Sementara pria yang memiliki 10.000 rambut di kepalanya tidak dianggap botak. Tapi bagaimana jika kita menambahkan satu rambut ke kepala pria dengan rambut nol? Dia pasti masih masuk kategori botak, kan?

Sekarang, kalau seorang pria cuma punya 1.000 rambut, tapi rambutnya rata dan tipis, pria ini masuk kategori botak atau tidak?

Apakah kita anggap satu butir gandum sebagai "tumpukan gandum"? Bagaimana kalau dua butir? Jadi, apa sebenarnya parameter jumlah gandum agar bisa dibilang tumpukan, dan berapa jumlah helai rambut sampai bisa dibilang tidak botak?

Paradoks Terbatas dan Tak Terbatas

Paradoks berikutnya berasal dari seorang pria bernama Zeno, yang hidup sekitar tahun 495-430 SM. Dia punya beberapa pertanyaan yang masih membingungkan sampai hari ini. Contohnya:

Pernahkah kita bertanya-tanya tentang fenomena yang kita lihat di alam, berdasarkan ukuran dari kecil ke besar? Pernahkah kita berpikir bahwa mungkin seluruh alam semesta benar-benar cuma sebuah atom kecil di alam semesta dari beberapa entitas yang jauh lebih besar?

Zeno ingin menunjukkan kalau gagasan tentang sejumlah hal (yang semuanya berdampingan dalam ruang dan waktu) membawa beberapa inkonsistensi logis yang serius. Paradoks ini disebut paradok terbatas dan tak terbatas.

Apakah semua materi selalu bisa dibagi? Atau, jika kita membagi materi menjadi objek yang kecil, akankah kita akhirnya mencapai objek yang sangat kecil, sehingga tidak bisa dibagi?

The Dicotomy Paradox 

The Dichotomy Paradox juga berasal dari Zeno. Dia menarik kesimpulan bahwa semua gerak sebenarnya tidak mungkin terjadi. Seperti Paradoks Terbatas Dan Tak Terbatas, paradoks ini berkaitan dengan pembagian yang tidak pernah berakhir.

Contoh, kalian berjalan ke supermarket, terus beli soda. Ketika sampai di pertengahan jalan, kalian harus mencapai setengah jarak lagi yang lebih kecil berikutnya. Dari titik tengah tadi masih ada titik tengah lain yang lebih kecil, sampai akhirnya tiba di supermarket.

Jadi, kapan kalian bakal melewati titik tengah terakhir, ketika akan sampai ke supermarket?

Achilles and The Tortoise 

Pertanyaan lain berasal dari Zeno ada dalam bentuk Achilles dan the Tortoise, yang mirip The Dichotomy Paradox.

Dalam teka-teki ini, Achilles akan melakukan lomba lari dengan seekor kura-kura. Demi keadilan dan kesejahteraan kura-kura, Achiles sengaja memberi jarak 100 meter titik start dirinya dengan kura-kura tersebut.

Begitu perlombaan dimulai, Achilles dengan cepat mendekati kura-kura yang gerakannya lambat. Dalam waktu singkat, Achilles sudah melewati jarak 100 meter (328 kaki).

Bersamaan dengan itu, kura-kura telah menempuh jarak 10 meter (33 kaki) lebih dari titik start. Jadi, Achilles masih belum melewati kura-kura. Tapi, sekali lagi, Achilles akan dengan cepat menyusul jarak 10 meter (33 kaki) tadi. Selama kurun waktu ini, kura-kura tersebut telah menempuh jalan lain sejauh 1 meter (3 kaki).

Dengan logika ini, Achilles tak pernah bisa benar-benar menyusul kura-kura. Tiap kali dia mendekat, kura-kura itu melangkah lebih jauh.

The Paradox of Inquiry 

Paradoks Penyelidikan (Paradox of Inquiry) lahir karena Plato kurang mendapat jawaban yang menjanjikan ketika diskusi dengan Socrates. Diskusi ini hasilnya malah mengarah pada pertanyaan aneh bin ajaib, melebihi jalan pikiran mereka.

Pertanyaannya, bagaimana kita belajar? Jika kita tidak tahu apa yang tidak kita ketahui, bagaimana kita tahu apa yang harus dicari?

Dengan kata lain, jika kita ingin tahu sesuatu yang kita tidak tahu, bagaimana kita tahu apa yang harus ditanyakan? Bahkan, jika kita kebetulan menemukan apa yang tidak kita ketahui secara kebetulan, kita tidak akan mengetahuinya, dan tidak akan tahu untuk menanyakannya.

Jika kita tahu jawaban atas pertanyaan yang kita tanyakan, bagaimana kita belajar sesuatu dari bertanya?

The Double Liar Paradoks 

Paradoks ini, tidak seperti paradoks sebelumnya, ditemukan di zaman modern. Pertama kali ditemukan oleh matematikawan P.E.B. Jourdain, dan isinya seperti ini:

Take a flash card or a piece of paper. On one side, write: “The sentence on the other side of this card is true.” Now flip it over and write on the other side: “The sentence on the other side of this card is false.”

If the second sentence is true, then the first sentence is false. (Flip the card.) Here, you end up moving into an indefinite changing of sides—side A to side B on the card. But if the sentence you first wrote is false, as the second sentence claims, then the second sentence would also be false. Thus, both sentences are right and wrong at the same time. Have fun with that one.

Ada yang bisa mengerti?

The Barber Shop Paradox 

Paradoks modern lain dipopulerkan oleh filsuf Bertrand Russell, dikenal sebagai Russell's Paradox, dan variasinya disebut The Barber Paradox.

Teka-tekinya begini: Tukang cukur mengatakan bahwa dia akan mencukur orang yang tidak mencukur dirinya sendiri dan semua pria yang tidak mencukur dirinya sendiri juga.

Pertanyaannya adalah: apakah tukang cukur akan mencukur dirinya sendiri?

Jika dia melakukannya, maka dia tidak lagi mencukur semua orang yang tidak mencukur dirinya sendiri, karena dia mencukur dirinya sendiri. Jika dia tidak mencukur dirinya sendiri, maka dia tidak mencukur semua orang yang tidak mencukurnya sendiri.

Baca juga: Kisah Persaingan Nikola Tesla dan Thomas Edison

Related

Science 6554855587700348464

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item