Kumpulan Mitologi Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia (Bagian 3)

Kumpulan Mitologi Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kumpulan Mitologi Bencana Air Bah dari Seluruh Dunia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ikan itu kemudian memperingatkannya bahwa air bah akan terjadi dalam waktu seminggu, yang akan menghancurkan seluruh kehidupan. Karena itu, Manu membangun sebuah kapal yang ditarik oleh ikan itu ke puncak gunung ketika air bah datang, dan ia selamat bersama sejumlah "benih kehidupan" untuk membangun kembali kehidupan di muka bumi.

Indonesia

Dalam tradisi Batak, bumi dipikul oleh seekor ular raksasa, Naga-Padoha. Suatu hari, ular itu lelah akan bebannya, dan karenanya melemparkan Bumi ke dalam laut. Namun, Batara Guru menyelamatkan anak perempuannya dengan mengirimkan sebuah gunung ke laut, dan seluruh umat manusia merupakan keturunannya.

Bumi kemudian diletakkan kembali di atas kepala ular itu. Sejumlah cerita di daerah Maluku, misalnya pulau Seram, dianggap termasuk bagian catatan air bah dari suku-suku bangsa Polinesia.

Polinesia

Ada beberapa cerita air bah yang dicatat di antara bangsa-bangsa Polinesia. Namun tak satu pun yang mendekati ukuran air bah di Alkitab.

Rakyat Ra'iatea mengisahkan tentang dua sahabat, Te-aho-aroa dan Ro'o, yang pergi menangkap ikan, dan kebetulan membangunkan dewa samudera, Ruahatu, dengan mata kail mereka. Dalam kemarahannya, ia bersumpah untuk menenggelamkan ke dalam laut.

Te-aho-aroa dan Ro'o memohon ampun, dan Ruahatu memperingatkan mereka bahwa mereka dapat lolos hanya dengan membawa keluarga mereka ke pulau kecil Toamarama.

Mereka kemudian berlayar, dan di malam hari pulau itu tenggelam ke dalam laut, dan baru muncul kembali esok paginya. Tak satu pun yang selamat kecuali keluarga-keluarga ini, yang mendirikan marae (kuil-kuil) suci yang dipersembahkan kepada dewa Ruahatu.

Sebuah legenda serupa terdapat di Tahiti. Tak ada alasan yang diberikan untuk tragedi ini, tetapi seluruh pulau itu tenggelam ke dalam laut, kecuali Gunung Pitohiti. Sepasang manusia berhasil melarikan diri bersama binatang-binatang mereka dan selamat.

Dalam sebuah tradisi di kalangan suku Ngati Porou, sebuah suku Maori di pantai timur Pulau Utara, Selandia Baru, Ruatapu menjadi marah ketika ayahnya, Uenuku, mengangkat adik tirinya, Kahutia-te-rangi, melewatinya.

Ruatapu memikat Kahutia-te-rangi dan sejumlah besar orang muda dari keturunan bangsawan, masuk ke kanonya dan membawa mereka keluar ke laut, dan di sana ia menenggelamkan mereka. Ia memanggil para dewa untuk menghancurkan musuh-musuhnya, dan mengancam akan kembali sebagai gelombang-gelombang besar pada awal musim panas.

Sementara ia bergumul untuk mempertahankan nyawanya, Kahutia-te-rangi membaca mantra yang memanggil ikan paus bungkuk selatan (paikea, dalam bahasa Maori) untuk membawanya ke pantai. Karena itu, ia diubah namanya menjadi Paikea, dan merupakan satu-satunya orang yang selamat (Reedy 1997:83-85).

Beberapa versi cerita Maori tentang Tawhaki mengandung episode di mana si pahlawan menggunakan air bah untuk menghancurkan desa, dari dua saudara iparnya yang iri. Sebuah komentar dalam Polynesian Mythology karya Grey dapat memberikan kepada orang-orang Maori, sesuatu yang tak pernah mereka dengar sebelumnya; sebagaimana dikatakan oleh A.W Reed, dalam “Polynesian Mythology".

Grey mengatakan bahwa ketika leluhur Tawhaki melepaskan air bah dari langit, bumi tenggelam dan seluruh umat manusia musnah; dengan demikian orang Maori memperoleh versinya sendiri tentang air bah universal (Reed 1963:165, dalam catatan kaki). Pengaruh Kristen telah menyebabkan munculnya silsilah di mana kakek Tawhaki, Hema, ditafsirkan kembali sebagai Sem, anak Nuh dari kisah air bah dalam Alkitab.

Di Hawaii, sepasang manusia, Nu'u dan Lili-noe, selamat dari sebuah banjir di puncak Mauna Kea di Big Island (Pulau Besar). Nu'u mempersembahkan kurban kepada bulan, yang disangka telah menyelamatkannya. Kane, sang dewa pencipta, turun ke bumi dengan menggunakan pelangi, menjelaskan kekeliruan Nu'u, dan menerima kurbannya.

Di Seti, di Seram Utara, percaya bahwa batas-batas tanah mereka adalah batas setelah kering ke-2 (akibat Banjir Besar). Sementara kapata-kapata (pantun-pantun yang sudah mendarah daging dan menjadi simbol budaya setempat) berbicara tentang sesorang bernama Nuhu, berlayar di pinggir suatu pulau (hasa-hasa e), melihat tanjung (tanjong e) dan sebagainya.

Namun karena alasan-alasan tertentu, beberapa kapata tersebut terpaksa jarang dituturkan di Maluku.

Di Marquesas, dewa perang yang agung, Tu, marah ketika mendengar komentar kritis dari saudara perempuannya, Hii-hia. Air matanya merobek lantai surga hingga ke dunia di bawahnya, dan menciptakan hujan lebat yang menghanyutkan segala sesuatu yang dilaluinya. Hanya enam orang yang selamat.

Related

Mistery 7048903490670133696

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item