Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi

Sejarah Kebangkitan dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi

Naviri Magazine - Pemerintahan Romawi bertahan selama 500 tahun (27 SM–476 M), yang bermula pada awal puncak perang saudara, yaitu Perang Actium yang dilakukan Oktavianus, putra angkat Julius Caesar, dengan Mark Antony dan Cleopatra, yang dimenangkan oleh Oktavianus.

Kekuasaan Oktavianus menjadi tak tergoyahkan, dan pada tahun 27 SM Senat Romawi secara resmi memberinya kekuasaan penuh dan gelar baru, Augustus, yang secara efektif menandai berakhirnya Republik Romawi.

Dua abad pertama kekaisaran ditandai dengan periode kemakmuran dan kestabilan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dikenal sebagai Pax Romana atau "Perdamaian Romawi".

Setelah kemenangan Oktavianus, luas kekaisaran meningkat secara drastis. Setelah pembunuhan Caligula pada tahun 41, Senat berkeinginan untuk memulihkan kekuasaan Republik, tetapi Garda Praetorian memproklamirkan Claudius sebagai kaisar.

Di bawah pemerintahan Claudius, kekaisaran melakukan perluasan besar-besaran pertama sejak Augustus. Setelah penerus Claudius, Nero, memutuskan bunuh diri pada tahun 68, kekaisaran mengalami masa perang saudara singkat, dan terjadi pemberontakan besar di Yudea, ketika empat jenderal legiun berbeda menyatakan diri sebagai kaisar.

Vespasianus berhasil meraih kemenangan pada tahun 69, dan mendirikan Dinasti Flavianus, sebelum digantikan oleh putranya, Titus, yang membuka Colosseum tak lama setelah meletusnya Gunung Vesuvius. Masa jabatannya yang singkat diteruskan oleh saudaranya, Domitianus, yang memerintah selama 15 tahun, sebelum akhirnya dibunuh pada tahun 96.

Senat kemudian menunjuk kaisar pertama dari Lima Kaisar Baik. Kekaisaran Romawi mencapai masa kejayaan di bawah pemerintahan Trajanus, kaisar kedua dari dinasti Nerva-Antonine.

Periode peningkatan kekacauan dan kemerosotan dimulai pada masa pemerintahan Commodus. Terbunuhnya Commodus tahun 192 memicu terjadinya Perang Lima Kaisar, yang dimenangkan oleh Septimius Severus.

Pembunuhan Alexander Severus pada tahun 235 memicu Krisis Abad Ketiga, saat 26 pria dinyatakan sebagai Kaisar oleh Senat Romawi, selama lima puluh tahun.

Kekaisaran berhasil distabilkan pada masa pemerintahan Diokletianus dengan diperkenalkannya Tetrarki, yang ditandai dengan empat kaisar memerintah Romawi secara bersamaan. Kebijakan ini pada akhirnya gagal, menyebabkan pecahnya perang saudara yang kemudian dimenangkan oleh Konstantinus I yang mengalahkan saingannya, dan menjadi penguasa tunggal kekaisaran.

Konstantinus kemudian memindahkan ibu kota Romawi timur ke Bizantium, yang kelak berganti nama menjadi Konstantinopel, untuk menghormati sang kaisar. Konstantinopel tetap menjadi ibu kota Kekaisaran Timur sampai tahun 1453. Konstantinus juga menetapkan Kristen sebagai agama negara.

Setelah kematian Theodosius I, kaisar terakhir yang memerintah kekaisaran bersatu, kekuasaan kekaisaran perlahan melemah akibat penyalahgunaan kekuasaan, perang saudara, invasi dan migrasi bangsa barbar, reformasi militer, dan depresi ekonomi.

Penjarahan Roma pada tahun 410 oleh suku Visigoth dan tahun 455 oleh bangsa Vandal semakin mempercepat keruntuhan Kekaisaran Barat, dan pelengseran Kaisar Romulus Augustus pada tahun 476 oleh Odoaker dianggap menandai akhir Kekaisaran Barat.

Kekaisaran Romawi Timur tetap bertahan selama seribu tahun berikutnya, sebelum akhirnya jatuh ke tangan Turki Utsmani pada tahun 1453.

Related

Insight 8260714632892844046

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item