Ig Nobel, Hadiah Nobel untuk Ide atau Temuan-temuan Unik

Ig Nobel, Hadiah Nobel untuk Ide atau Temuan-temuan Unik

Naviri Magazine - Hadiah Ig Nobel adalah hadiah diberikan kepada orang yang luar biasa karena penemuan, riset dan ide-ide yang luar biasa.

Hadiah Ig Nobel di bidang Kesehatan Masyarakat pernah diberikan kepada Elena N. Bodnar, Raphael C. Lee, dan Sandra Marijan dari Chicago, Amerika Serikat, untuk penemuan mereka yang inovatif, yaitu BH yang bisa difungsikan menjadi dua buah masker gas yang bisa digunakan sendiri dan diberikan kepada orang lain, kalau ada serangan gas beracun.

Di bidang biologi, tahun 2009 hadiah Ig Nobel jatuh kepada Fumiaki Taguchi, Song Guofu, dan Zhang Guanglei, dari fakultas kedokteran Universitas Kitasato, Sagamihara, Jepang; untuk riset yang membuktikan bahwa volume sampah dapur bisa teruai sampai 90% dengan menggunakan bakteri yang diekstraksi dari tinja panda.

Di tahun 2007, hadiah Ig Nobel untuk perdamaian diberikan kepada Laboratorium Angkatan Udara Amerika Serikat, Wright di Dayton, Ohio, untuk proposalnya dalam melakukan riset pembuatan bom-homoseks. Bom ini adalah bom kimia yang bila dijatuhkan di daerah lawan bisa membuat tentara lawan secara homoseksual saling tertarik, sehingga lebih cenderung untuk saling bercumbu daripada perang dan saling membunuh.

Panitia Ig Nobel lupa, kalau ternyata bom itu bisa membuat tentara lawan menjadi sangat birahi terhadap sesama jenisnya, dan memutuskan menyerang lawannya sebagai jalan mencari tawanan perang untuk diperkosa, maka perang bisa berkobar dengan latar belakang mencari sasaran untuk diperkosa. Ini bisa lebih berbahaya. Tampaknya panitia Ig Nobel masih kurang jeli dalam memberikan hadiah.

Untuk bidang psikologi, hadiah Ig Nobel juga pernah diberikan kepada perdana menteri Singapura, Lee Kuan Yew, untuk percobaannya selama 30 tahun tentang “Dampak psikologi 3 juta penduduk Singapura ketika hukuman denda ditimpakan jika mereka meludah, mengunyah permen karet, atau memberi makan burung”.

Lee Kuan Yew adalah orang yang berhasil mengubah pola hidup warga Singapura. Di awal tahun 1970, pola hidup warga Singapura sangat jorok. Meludah di mana-mana (termasuk lantai), buang air besar di toilet umum tidak disiram, kencing di elevator, buang sampah di sembarang tempat, makan permen karet kemudian bekasnya ditempelkan di kursi-kursi bus umum, dan kebiasaan buruk lainnya.

Perdana menteri Lee Kuan Yew menerapkan denda bagi pelaku kebiasaan buruk ini. Di tempat-tempat umum dipasangi kamera dan dipantau. Detektor tinja dipasang di WC umum, detektor urine dipasang di elevator.

Sikap seperti ini adalah sikap mental yang sakit. Denda Sing$ 2000 yang cukup berat untuk pelanggaran yang ketiga, mungkin bisa membuat jera. Sampai-sampai Singapura dijuluki fine city yang punya dua arti, yaitu bisa berarti kota yang berbudaya, bisa juga kota denda karena banyaknya jenis denda.

Setelah Lee Kuan Yew, hadiah Ig Nobel Psikologi jatuh kepada Shigeru Watanabe, Junko Sakamoto, dan Masumi Wakita, dari Universitas Keio, atas keberhasilan mereka melatih burung merpati untuk membedakan lukisan-lukian Picasso dari lukisan-lukisan Monet.

Related

Science 3682532834616979926

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item