Mengapa Ada Orang yang Mendengar Suara-suara di Kepalanya (Bagian 1)

Mengapa Ada Orang yang Mendengar Suara-suara di Kepalanya

Naviri Magazine - Emmanuelle Peters, seorang psikolog klinis dan peneliti dari King’s College London, telah menunjukkan ketertarikan terhadap spektrum pengalaman psikotik sejak memulai karir 25 tahun lalu.

Dia mengatakan bahwa fenomena berhalusinasi, melihat atau mendengar sesuatu yang sebenarnya tak ada, sebagai sebuah gangguan “psikotik.” Nyatanya, gangguan macam ini lazim dialami populasi manusia pada umumnya. Tepatnya, sekitar tujuh persen manusia mengalami ini.

Seorang yang sehat jasmani dan rohani bisa saja mengalami halusinasi visual dan auditory, kata Peters. Malah, apa yang mereka dengar dan lihat sama menyakinkannya dengan apa yang dirasakan pasien gangguan mental.

“Orang-orang yang kita temui tiap hari sering mengalami halusinasi,” terang Peters. “Dan ini tak jadi cuma sesekali, katakanlah setelah kehilangan seseorang yang mereka sayangi. Ada yang mengalaminya sampai rata-rata 31 tahun, namun tak merasakan ada yang salah dengan hal itu.”

Yang membedakan orang-orang ini dengan penderita gangguan mental adalah penilaian mereka akan apa yang mereka halusinasikan. Umumnya, orang-orang normal yang berhalusinasi mendengar suara memiliki prasangka atau penilaian yang sehat terhadap halusinasi mereka.

Bagi Peters, memelajari penilaian sehat macam ini bakal membuka jalan kelahiran metode terapi baru untuk menangani pasien gangguan mental yang kerap mendengar suara-suara imajiner.

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan di The Lancet Psychiatry, Peters dan beberapa koleganya mewawancarai sekelompok penderita gangguan psikotik yang tak memerlukan bantuan klinis, sekelompok penderita gangguan psikotik yang memerlukan bantuan klinis, dan sebuah grup pengontrol.

Lewat serangkaian wawancara, mereka berhasil menemukan bahwa kelompok penderita psikotik yang memerlukan bantuan medis cenderung memiliki intepretasi yang menyeramkan akan apa yang mereka dengar. Kelompok ini menganggap pengalaman psikotik mereka lebih berbahaya, susah dikendalikan, dan umumnya negatif.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya juga sampai pada kesimpulan serupa. Namun, masalahnya bagi Peters, susah memisahkan penilaian dan takaran keparahan sebuah pengalaman psikotik.

Dengan kata lain, bisa jadi seorang penderita mengartikan suara yang dia dengar sebagai sesuatu yang berbahaya lantaran tak stabil, kerap berubah-ubah, dan isinya makin lama makin buruk.

Dalam beberapa makalah terbaru, Peters dan kelompoknya bereksperimen dengan memberi partisipan penelitian sebuah tugas yang “agak tak umum”—seperti meminta mereka ikut eksperimen aneh. Misalnya, dalam sebuah tugas, mereka bermain kartu di mana lawan mereka—bisa manusia atau komputer—seperti bisa menebak kartu yang mereka tangani.

Lewat eksperimen ini, kelompok yang memerlukan penanganan medis lebih merasa terancam dari mereka yang tak memerlukan penanganan medis. Peters mengklaim temuan ini menegaskan teori mereka: pengalaman psikotik diterjemahkan berbeda oleh mereka yang memerlukan penanganan medis dan mereka yang tidak.

“Dari hasil penelitian Emmanuelle Peters, kita tahu bahwa intensitas suara dan didengar seseorang sebenarnya tak terlalu penting untuk menentukan apakan dia terganggu dengan suara itu atau tidak,” ujar psikolog klinis, Lucia Valmaggia.

“Yang penting adalah penilaian yang kamu berikan pada suara-suara itu. Yang penting adalah dari mana menurutmu suara itu berasal. Apakah mereka bisa mengendalikan dirimu atau tidak. Atau apakah kekuatan yang dimiliki suara itu bersifat positif atau negatif.”

Di King’s College London, Valmaggia memanfaatkan teknologi virtual reality untuk mencoba memahami mengapa penilaian atas suara imajiner ini bisa berbeda-beda; kenapa satu orang bisa menilai sebuah kejadian dengan penuh paranoia, sementara lainnya tidak.

"Pasti ada beberapa elemen biologis yang memengaruhi gangguan psikotik yang tak bisa diacuhka begitu saja,” terang Peters.

“Misal kamu mendengarkan suara yang ngomong tak sopan sepanjang hari, ini terjadi karena hal-hal yang bersifat biologis dan kamu kemungkinan besar bakal mengidap gangguan psikotik. Tak ada pilihan lainnya. Cuma, saya pikir, ada unsur budaya dan sosial yang kerap dipandang sebelah mata.”

Lalu, pertanyaaannya: bagaiamana kita bisa sampai memiliki penilaian positif? Menurut Peters, ini bisa dimungkinkan, karena mereka yang memiliki prasangka positif terhadap suara-suara khayali ini tinggal dan dibesarkan di keluarga yang menganggap mendengar suara macam itu sebagai suatu yang lumrah. Beberapa keluarga malah menganggapnya sebagai sebuah mukjizat.

Beberapa orang malah punya penjelasan yang sifatnya spiritual atau supernatural tentang “kemampuan” ini: mereka adalah orang pintar atau dukun yang bisa ngobrol dengan mahluk gaib, arwah atau sejenisnya.

Baca lanjutannya: Mengapa Ada Orang yang Mendengar Suara-suara di Kepalanya (Bagian 2)

Related

Psychology 3038207726323505237

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item