Menurut Kak Seto, Murid Hanya Perlu Sekolah 3 Hari Dalam Seminggu

 Menurut Kak Seto, Murid Hanya Perlu Sekolah 3 Hari Dalam Seminggu

Naviri Magazine - Pernyataan Kak Seto baru-baru ini mengejutkan dunia pendidikan. Tokoh peduli anak yang pernah memopulerkan tokoh-tokoh boneka seperti Si Komo, Si Ulil, dan lainnya itu pernah melakukan penelitian terkait berapa lama sebaiknya anak berada di sekolah.

Dengan membandingkan dua sekolah yang dikelolanya (sekolah formal bernama Mutiara Indonesia Internasional yang sudah berdiri sejak tahun 1982, dan telah bekerja sama dengan Universitas Cambridge dan home schooling), Kak Seto sampai pada kesimpulan bahwa sekolah rumahan lebih baik ketimbang sekolah formal.

Karena itu, ia menyarankan kepada Menteri Pendidikan, Nadiem Makarim, agar siswa hanya belajar selama tiga hari di sekolah selama seminggu. Dalam satu hari, siswa hanya diwajibkan belajar selama tiga jam. Selebihnya, biarkan anak-anak lebih banyak berada di rumah.

Pernyataan yang disampaikan Kak Seto bukan tanpa dasar, karena ia telah melakukan penelitian selama 13 tahun.

Alasan Kak Seto, dengan lebih banyak berada di rumah, anak dapat lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga. Mereka juga lebih banyak memiliki waktu untuk mengembangkan bakat dan minat terpendam mereka.

Kak Seto kemudian menyodorkan fakta mencengangkan. Siswa-siswa yang ikut home schooling itu prestasinya luar biasa. Mereka diterima di kampus-kampus ternama dan bergengsi di negeri ini.

Ada yang masuk kedokteran di Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada, (UGM) dan Universitas Diponegoro (Undip), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Universitas Sumatera Utara (USU).

Hal itu tidak bisa dilakukan oleh siswa lain yang bersekolah di sekolah formal, yang dikelola oleh Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia ini juga.

Bila dicerna lebih jauh, membiarkan anak mendalami apa yang mereka sukai adalah cara paling baik agar anak mau belajar. Anak yang suka bermain musik, akan sangat bersemangat belajar musik karena ia merasa mampu. Bila pengetahuan tentang musik diberikan kepadanya, suatu saat nanti ia akan menjadi musisi hebat.

Anak yang senang menggambar, bila dibimbing oleh pelukis hebat, pasti akan menjadi pelukis atau komikus atau penggambar yang luar biasa, karena yang fokus dipelajarinya adalah apa yang ia senangi. Maka, ketika ada sekolah yang hanya membuat anak tertekan, tidak ada alasan lain kecuali mengeluarkannya dari sekolah.

Sistem belajar yang memfokuskan pada bakat anak sudah diterapkan di sekolah-sekolah di luar negeri. Sehingga, anak hanya akan masuk ke kelas-kelas yang diinginkannya. Bila sistem pendidikan di sekolah di Indonesia bisa seperti ini, maka tidak ada lagi cerita siswa senang ketika guru tidak masuk atau sekolah diliburkan karena banjir melanda.

Sebaliknya, siswa akan selalu rindu untuk berada di sekolah. Sebab sekolah menjadi tempat yang menyenangkan. Yang bisa membuat mereka berprestasi dan berarti. Sekolah yang membebaskan, bukan mengekang.

Related

News 7402893379618221257

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item