Gara-gara Tak Berjilbab, Siswi SMA di Sragen Diteror oleh Anggota Rohis

 Gara-gara Tak Berjilbab, Siswi SMA di Sragen Diteror oleh Anggota Rohis

Naviri Magazine - Kasus dugaan intoleransi yang dialami seorang siswi SMAN 1 Gemolong gara-gara tak pakai jilbab, ternyata tak hanya sebatas diteror saja. Siswi kelas X berinisial Z itu juga sempat menerima ancaman lewat pesan-pesan spam.

“Ada ancaman juga. Seperti salah satu pesan yang bunyinya, ‘ingat jangan bawa masalah ini ke sekolah’. Dan kalimatnya itu di-bold (ditebalkan). Lha, anak saya ini di sekolah. Kalau gak dibawa ke sekolah mau dibawa ke siapa? Saya jadi heran. Karena nggak tahan, sama anak saya diblok. Tapi semua pesan sudah saya suruh screenshoot semua,” papar orangtua Z, Agung Purnomo (46) kepada media.

Agung mengaku terpaksa angkat bicara, karena teror yang dikirimkan oleh Rohis sekolah itu sebenarnya sudah berlangsung lama.

Salah satunya, ada pesan WA yang bernada menghujat dirinya sebagai orangtua dianggap tidak tahu aturan dan tidak paham dalil agama Islam.

“Lalu ada pesan juga bilang, ‘berarti wong tuwane ora bener. Nek anake nggak mau pakai jilbab, ya tinggal ditunggu saja nanti di akhirat kayak apa’. Itu yang saya pikir sudah berlebihan dan nggak pantas diomongkan seorang siswa," ujarnya.

Dirinya sempat mengajak ketemu untuk mengklarifikasi apakah ia sebagai orang tua atau anaknya punya masalah, tapi si pengirim pesan menolak bertemu.

“Malah WA-nya ‘nggo opo ketemu karo wong tuwo ora mudeng dalil agama tiwasan debat kusir’. Akhirnya saya minta anak saya scrennshoot semua pesan itu, dan saya bawa ke sekolah,” terangnya.

Saat diklarifikasi ke sekolah, di hadapan Kepsek, pihak Rohis juga mengakui bahwa pesan-pesan spaming bernada intimidasi dan teror itu memang dikirim oleh mereka.

“Kami melihat ini sudah bahaya. Mereka anak-anak sudah memakai teknologi, bisa mengirim pesan spam yang tidak ada pengirimnya. Saya kemarin sempat mengingatkan juga, ini sebenarnya bisa melanggar UU ITE lho ya. Tapi ya sudah lah, saya juga alumni situ, saya masyarakat juga.

“Saya hanya berharap ini jadi perhatian semua, kita punya kewajiban membina adik-adik dan anak-anak kita. Saya berharap dukungan sekolah agar hal-hal ini bisa diperhatikan,” terangnya.

Agung mengaku memberanikan diri mendatangi sekolah, karena sudah prihatin keluh kesah putrinya yang terus menerus mendapat teror dari kelompok rohani Islam (Rohis) sekolah setempat, karena tidak mengenakan jilbab.

Terpisah, Kepala Cabang Disdikbud Wilayah Jateng VI, Eris Yunianto, mengaku sudah menerima laporan itu, dan bahkan juga hadir di pertemuan klarifikasi di SMAN 1 Gemolong dengan orangtua siswa, Rohis, dan pihak sekolah.

Ia menegaskan, secara prinsip tidak dibenarkan memaksa seseorang untuk memakai jilbab di sekolah. Menurutnya, hal itu adalah hak asasi yang dilindungi.

“Siapa pun punya hak yang sama. Setiap anak punya hak yang sama. Untuk satu hal itu (keyakinan), kan pilihan hidup masing-masing. Toleransi itu nomor satu yang harus dikedepankan,” paparnya.

Eris mengatakan, saat ini kasus itu masih ditangani di level internal sekolah. Ia mengaku sudah berkoordinasi dan berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait, baik sekolah, orangtua siswi, maupun rohis.

“Ini masih dalam tataran pembinaan. Makanya saya klarifikasi lebih lanjut, kita akan lihat lebih lanjut teknisnya kegiatan pembinaan di situ seperti apa, apa yang harus kita benahi. Kemarin kami juga sudah diskusi, itu termasuk dengan orangtua siswa. Nanti kita review kembali SOP-nya untuk kegiatan pembinaan siswa seperti apa,” tandasnya.

Related

News 70223797369047355

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item