Kisah Kobe Bryant dan Kematian Tragis Seorang Legenda NBA (Bagian 1)

Kobe Bryant, Kematian Tragis, Legenda NBA, naviri.org Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - Dunia dikejutkan dengan tewasnya megabintang basket NBA, Kobe Bryant, bersama putri keduanya yang baru berusia 13 tahun, Gianni Bryant, akibat kecelakaan helikopter.

Selain mereka, terdapat pula beberapa korban lain: John Altobelli (pelatih kepala Orange Coast College Pirates) beserta keluarga, Keri dan Alyssa Altobelli, Sarah dan Payton Chester (pemain dalam tim basket yang dilatih Bryant), Christina Mauser (asisten pelatih Kobe di tim basket yang dilatihnya), serta sang pilot, Ara Zobayan.

Helikopter tipe Sikorsky S-76B yang ditumpangi rombongan tersebut sedianya akan membawa mereka ke Thousand Oaks, California. Namun, kabut tebal yang menyelimuti area perbukitan membuat navigasi helikopter rusak sebelum akhirnya terjatuh di Calabasas, California.

Kematian Kobe yang mendadak terasa menyayat bagi banyak orang. Ia adalah seorang legenda basket yang, menurut Chris Herring dari Fifty Thirty Eight, “tak akan pernah tergantikan”. Perpaduan antara bakat, kerja keras yang nyaris tanpa jeda, hingga jiwa kompetitif yang disetel mentok, membuatnya sukses bergelimang gelar: 5 cincin juara NBA, 4 gelar MVP All-Star, 2 gelar MVP final, hingga 1 gelar MVP reguler.

Robert, mantan pelatih fisik timnas basket Amerika Serikat, selalu ingat bagaimana Kobe mempersiapkan diri menghadapi Olimpiade 2012.

Kala itu, dalam sebuah training camp di Las Vegas, Kobe bangun pada pukul empat pagi, mulai berlatih pada pukul setengah lima, berlatih sprint hingga pukul enam, berlatih beban hingga pukul tujuh, dan melakukan 800 tembakan dari pukul tujuh hingga pukul sebelas. Setelah semua selesai, barulah ia bergabung latihan bersama timnas Amerika hingga pukul satu siang.

Dan Kobe melakukan rutinitas itu semua setiap hari.

Sementara itu, dalam salah satu tulisan di The Players Tribune, Devean George, mantan rekan Kobe di LA Lakers, mengingat Kobe lewat cara lain: Kobe, demikian kenang George, adalah satu-satunya pemain Lakers yang bisa menghafal seluruh lirik lagu dalam album terbaru Jay-Z, hanya selang satu hari setelah album tersebut diluncurkan ke pasaran.

Bagaimana caranya? Tidak ada yang tahu. “Itu luar biasa sekaligus tak masuk akal,” kata George.

Adapun Brian Phillips, salah satu penulis olahraga kawakan di Amerika, tak pernah lupa bagaimana etos kerja keras Kobe. Dalam obituari untuk mendiang yang berjudul Kobe Always Showed His Work. So We Have to Remember Him, Too, Phillips menulis:

“Kobe selalu menilai bahwa basket adalah olahraga yang tidak bisa disetir seenak jidat oleh takdir. Bagi Kobe, juara adalah tentang 1.000 repetisi latihan. Dan saat ia mampu terus berjalan di tengah lawan-lawan yang berjatuhan, itu karena kakinya 10.000 kali lebih teruji dari lawan.”

Helikopter: Perihal waktu

Rick Reilly, kolumnis ESPN, mendapatkan kesan yang sama terkait betapa rajinnya Kobe dalam berlatih, ketika mereka pertama bertemu tahun 2009. Ia tahu jarak antara Orange County, kediaman Kobe, ke Staples Center, markas LA Lakers, hanya satu jam perjalanan darat. Ia juga tahu, Kobe punya Ferrari yang bisa membabat jarak tersebut menjadi sepelemparan batu.

Namun, yang bikin Reilly jadi bertanya-tanya: mengapa Kobe kadang-kadang memilih naik helikopter untuk menempuh jarak sedekat itu?

Reilly bertemu Kobe pada hari Minggu, dan hari Minggu, kata sang legenda, sering kali membuatnya merasa khawatir. Setiap hari Minggu, ia seharusnya menghabiskan waktu bersama kedua putrinya, 6 tahun dan 2 tahun, entah dengan menonton kartun atau pergi Disneyland. Sayangnya, pada Minggu itu ia tak bisa, sebab Lakers akan bertanding melawan Clippers, dan Kobe biasa menyambut pertandingan dengan persiapan penuh.

Ia harus keluar dari rumah pada sekitar pukul tujuh pagi, melakukan latihan fisik pukul setengah delapan pagi, berlatih menembak pukul setengah sembilan pagi, berada di hotel pukul dua belas siang, berangkat menuju ke Staples Center pada pukul lima lebih sedikit, dan sesampainya di rumah lagi ia jarang mendapati kedua anaknya masih terjaga.

Maka, jika ia punya kesempatan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan anak-anaknya sekaligus, ia akan memanfaatkan waktu itu sebaik-baiknya, kendati ia harus naik helikopter sekalipun.

“Kadang-kadang,” kata Kobe, “Ada satu-dua yang benar-benar tak boleh Anda lewatkan.”

“Seperti apa?” tanya Reilly.

“Seperti pertandingan sepakbola anak perempuanku. Bagaimana seandainya aku melewatkan gol pertamanya?”

Baca lanjutannya: Kisah Kobe Bryant dan Kematian Tragis Seorang Legenda NBA (Bagian 2)

Related

Sports 2184666774718836655

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item