Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern (Bagian 1)

Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Hidup menjadi pertapa dipandang sebagai cara menenangkan diri dan berkontemplasi. Awalnya dipraktikkan kaum agamawan yang ingin menyepi dari dunia luar.

Sejarawan seni asal Inggris, Janina Ramirez, sepakat bahwa dalam masa pandemi seseorang patut mencontoh Julian of Norwich, biarawati asal Inggris yang hidup pada abad pertengahan. Julian memilih jadi pertapa (hermit) atau orang yang mengisolasi diri dari kehidupan sosial dan tinggal di tempat sunyi.

Akhir maret lalu, Ramirez yang juga penulis Julian of Norwich: A Very Brief History (2016), berkata pada jurnalis BBC bahwa situasi hidup Julian pada masa itu relevan dengan situasi dunia sekarang. Ini karena sebagian besar masa hidup Julian berlangsung di tengah wabah, salah satu yang terbesar adalah Black Death.

Ramirez meyakini pilihan Julian untuk mengisolasi diri bertujuan agar dirinya bisa hidup dengan tenang di tengah kekacauan, dan tetap bisa memiliki hidup yang berkualitas. Namun, yang perlu diingat ialah Ramirez melakukan isolasi diri bukan atas dasar kemauannya sendiri. Akhir bulan lalu, ia mengalami sejumlah gejala penyakit yang memaksanya diam di rumah.

“Ini adalah hal yang harus dialami sebagian besar orang, dan aku ingin kita tetap bisa positif menghadapinya,” kata Ramirez. Dan salah satu referensi hal positif menurut Ramirez ialah menulis buku selama masa isolasi, seperti yang dilakukan Julian.

Dalam masa pandemi seperti sekarang, kisah hidup pertapa dipandang sebagai salah satu cara yang bisa membantu menginspirasi seseorang untuk bisa tenang. Dan pada awalnya, praktik hidup sebagai pertapa memang biasa dilakukan para biarawan dan biarawati.

Kisah Julian of Norwich dan Cuthbert

Beberapa catatan tentang kisah hidup para pertapa muncul pada abad pertengahan. Julian of Norwich adalah salah satu pertapa yang tersohor lantaran ia rutin menulis catatan yang kemudian dibukukan pada 1670, dan diberi judul The Revelation of Divine Love—buku pertama yang ditulis biarawati Inggris.

Isinya adalah pendapat dan refleksi Julian terhadap diri dan ajaran-ajaran agama. Contohnya tentang kasih sebagai nilai utama dalam ajaran Katolik. Dalam bab tersebut, Julian menuliskan bahwa setiap pemberian Tuhan dilakukan atas dasar kasih abadi.

Dalam bab lain, ia menjelaskan betapa keyakinannya terhadap Tuhan akan membuat segala sesuatunya baik. Dalam permenungannya, Julian mendengar suara Tuhan yang menyebut bahwa ia dan segala umat manusia akan selalu ada dalam lindungan-Nya.

Buku ini adalah jejak nyata yang ditinggalkan Julian karena tidak ada catatan resmi yang menjabarkan soal kisah hidup si biarawati. Tak hanya soal informasi asal-usul Julian yang sangat terbatas, sejumlah pertapa yang hidup pada abad pertengahan atau sebelumnya, seperti Cuthbert, juga sukar ditemui.

Cuthbert adalah biarawan dan pertapa populer pada abad ke-7. Pada masa itu, daerah tempat tinggalnya, Northumbria, dilanda wabah dan ia rutin mengunjungi penderita wabah untuk membantu proses penyembuhan. Kabarnya, para warga Northumbria merasakan mukjizat setelah berjumpa dengan Cuthbert.

Di samping itu, ia juga memberi makan kaum papa yang kelaparan, mendoakan orang-orang, sembari melakukan aktivitas dakwah.

Di masa tua, Cuthbert memutuskan sepenuhnya hidup sebagai pertapa. Ia memilih tinggal di dalam gua dan mengisi hari dengan berdoa sehingga bisa betul-betul merasa dekat dengan Tuhan. Pada masa itu, ia tetap melakukan peran sosial sebagai biarawan seperti menerima kunjungan orang yang meminta berkat atau saran.

Perjalanan Cuthbert menjadi pertapa terbilang tidak mulus. Pada masa muda sebenarnya ia sempat melakukan pertapaan, tetapi para pejabat gereja meminta Cuthbert untuk menghentikan aktivitas itu dan melakukan pelayanan. Saat itu Cuthbert tidak bisa menolak perintah para pejabat gereja, dan mengakhiri masa hermit-nya. Tak lama kemudian, ia ditunjuk sebagai Uskup Northumbria.

Dari sana, nama Cuthbert semakin populer, terlebih karena orang-orang mendengar kisah bahwa ia tidak hanya memulihkan penyakit manusia, tetapi juga hewan-hewan.

Izin hidup hermit

Keputusan para biarawan atau biarawati Katolik untuk hidup sebagai pertapa memang tidak selalu mudah. Mereka harus mendapat persetujuan dari keuskupan daerah sebelum bisa menjalaninya

Tantangan itu sempat dialami Richard Withers, biarawan dari Philadelphia, Amerika Serikat. Ia bercerita kepada New York Times bahwa di tempat tersebut tidak ada biarawan yang memutuskan jadi hermit. Ia sendiri sempat beberapa kali ditolak Keuskupan Philadelphia ketika meminta izin jadi pertapa.

Baca lanjutannya: Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern (Bagian 2)

Related

Science 3731766788804551179

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item