Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern (Bagian 2)

Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Para Pertapa dari Abad Pertengahan Sampai Zaman Modern - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Para pejabat gereja saat itu—akhir tahun 1990-an—keberatan karena menganggap perutusan jadi biarawan bukan hanya untuk dekat dengan Tuhan, tetapi juga melayani sesama dan gereja.

Tapi keuskupan tidak sepenuhnya berwenang menolak keputusan Withers, karena pada awal 1980-an Vatikan telah mengeluarkan aturan yang mengakui keberadaan hermit, di mana individu mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dalam kesendirian dan doa.

Withers merasa bahwa berada di tengah-tengah massa tidak membuat dirinya merasa mendapat penyegaran batin. Oleh karena itu, ia konsisten pada keinginan jadi pertapa.

Ia menyatakan bahwa aktivitasnya sehari-hari serupa dengan biarawan pada umumnya. Hanya saja, ia punya waktu lebih banyak untuk berdoa, tidak memimpin misa, dan tidak terlibat dalam aktivitas gereja. Ia pun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mengingat gereja tidak memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Biarawati asal Inggris, Rachel Danton, memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menjual jasa pembuatan kaligrafi secara online. Ia aktif di jejaring media sosial seperti Facebook dan Twitter untuk berdagang dan berinteraksi dengan konsumen.

Bagi Danton, menjadi pertapa tidak selalu berarti anti dengan kegiatan sosial. Danton berkisah bagaimana ia rutin mengikuti misa mingguan di gereja tiga bulan sekali, dan menerima ajakan misa dari konsumen setidaknya setahun dua kali. Kepada Guardian, ia juga menuturkan rutin mengontak keluarga satu kali dalam seminggu. Sementara beberapa teman kerap mengunjunginya setidaknya satu bulan sekali.

Menurut laporan BBC, awalnya Danton tinggal dalam biara ordo Carmelite yang fokus pada hidup dalam kesendirian. Namun, ia tetap tidak nyaman dengan hidup komunal di biara. Ia kemudian meminta izin kepada Uskup Nottingham untuk meninggalkan biara dan jadi hermit. Uskup itu tidak mengizinkannya karena merasa tidak familiar dengan konsep hermit.

Danton baru diberi izin untuk melakoni hidup sebagai pertapa setelah ia mengikuti misa khusus pada 2006. Di sana ia mengungkap janji untuk hidup sendiri, sederhana, dan hening.

Ada kalanya orang-orang yang hidup sebagai pertapa menjadi daya tarik banyak orang. Hal tersebut terjadi pada Diego Escobar, biarawan yang hidup di Libanon.

Menurut laporan National Geographic, sejumlah turis yang mengunjungi negara tersebut tertarik untuk datang ke Qadisha Valley, kawasan di Libanon yang dikenal sunyi dan jadi tempat beberapa biara. Meski harus melalui medan yang sulit, para turis ini rela melaluinya demi bisa berjumpa dengan hermit yang tinggal di sana dan berharap untuk menerima berkat.

Turis-turis itu tidak selalu beruntung karena para hermit seperti Escobar hanya keluar dari tempat tinggalnya bila sedang merasa ingin berjumpa dengan orang lain. Escobar mengisahkan aktivitas sehari-harinya adalah berdoa selama 14 jam, 3 jam bekerja, 2 jam belajar, dan tidur 5 jam. Ia hanya menyantap makanan vegan yang dipetik dari kebun di sekitar tempat tinggalnya.

Pada masa lalu, ada pula tempat tinggal hermit yang dijadikan tempat penziarahan, yakni Samaan Citadel, atau yang biasa disebut dengan gereja Santo Simeon di Aleppo, Suriah.

Pada 412 sebelum masehi, Simeon adalah seorang pertapa yang percaya bahwa dirinya bisa lebih dekat dengan Tuhan bila tinggal di menara. Karena itu ia lantas mendirikan menara dari batu setinggi 2 meter, dan tinggal di sekitar menara itu selama 37 tahun.

Menurut laporan Telegraph, Simeon tinggal di sana untuk menghindari kunjungan orang. Satu-satunya orang yang rutin mendatanginya adalah seorang pemuda desa tanpa identitas yang jelas, dan kerap memberinya makanan.

Kini, tradisi pertapaan tidak hanya dilakukan orang-orang religius yang bertujuan untuk berkontemplasi dan mendekatkan diri dengan pencipta. Guardian pernah mencatat orang-orang yang hidup sebagai pertapa di beberapa daerah di Amerika. Dijelaskan bahwa ada orang yang jadi hermit dengan tujuan bersembunyi atau sebagai pelarian.

Sementara di Jepang, hidup hermit jadi tren di kalangan anak muda yang merasa tertekan dengan tuntutan hidup yang dirasa semakin berat. Mereka memilih diam di kamar selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Related

Science 7281573540008768062

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item