Industri Film Indonesia: Sukses Besar, Lalu Berhenti Total Gara-gara Wabah Corona

Industri Film Indonesia: Sukses Besar, Lalu Berhenti Total Gara-gara Wabah Corona, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Dampak lesunya bisnis bioskop rupanya merembet ke mana-mana. Industri yang paling merasakan pukulan hebat imbas mati surinya bioskop adalah industri perfilman. Maklum, dalam kondisi normal, bioskop bisa menyumbang 90 persen pendapatan dari rumah produksi.

"Aku bisa bilang [pendapatan film dari bioskop] 80-90 persen," ujar sutradara film Joko Anwar.

Joko, atau yang biasa dipanggil Jokan, mengatakan situasi ini membuat grafik perkembangan film lokal turun drastis. Industri film dalam negeri mulai moncer pada 2019. Pada tahun itu ada 50 juta tiket habis terjual. Angka tersebut naik drastis dibanding 2017 yang hanya bisa menjual 38 juta tiket film lokal.

Jokan mengatakan, karena pandemi, diperkirakan ada 140 judul film batal digarap tahun ini. Ia sendiri mengaku sudah berhenti berproduksi sejak Februari.

"Jadi peningkatannya [penjualan tiket film lokal] luar biasa dalam tiga tahun terakhir. Kepercayaan penonton terhadap film Indonesia menjadi tinggi. Saat lagi tinggi-tingginya, sekarang enggak bisa lagi," katanya.

Di sisi lain, penjualan film lewat platform digital pun belum mampu memberikan kontribusi yang cukup. Ia memperkirakan, meski saat ini banyak masyarakat yang beralih ke over the top (OTT) alias layanan media streaming digital, biaya yang dikeluarkan rumah produksi belum bisa tertutupi.

Pendapatan rumah produksi dari bioskop masih jauh lebih besar. "Jadi untuk mengandalkan hanya streaming platform itu enggak bisa balik, enggak bisa menutup biaya produksi film," katanya.

Produksi film dengan kategori low budget membutuhkan biaya Rp3-4 miliar. Sementara jenis medium budget biaya produksinya Rp6-8 miliar. Ada juga produksi film big budget yang membutuhkan biaya Rp8 miliar-20 miliar.

Jokan menyebut rata-rata pengeluaran untuk biaya produksi film di Indonesia termasuk ke jenis big budget dengan nilai Rp8 miliar. Sementara pendapatan dari streaming "paling hanya Rp3 miliar, tapi ada juga yang dibayar Rp750 juta, ada yang dibayar Rp100 juta, bahkan di bawah itu."

Situasi ini tentu membuat pelaku perfilman memutar otak. Jika perusahaan bioskop memilih memangkas ongkos, maka para kru lapangan mengembangkan semacam prosedur standar produksi yang bakal diterapkan saat era new normal—dengan menerapkan segala rupa protokol kesehatan.

"SOP ini yang masih digodok, belum jadi 100 persen. Jadi masing-masing pihak masih memberikan masukan. Mudah-mudahan nanti dengan adanya SOP, produksi bisa mengikuti new normal. Itu pun kalau kita mau produksi lagi," pungkasnya.

Baca laporan lengkap » Semua Hal tentang Virus Corona, di Indonesia dan Dunia.

Related

News 1192657033299062147

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item