Crazy Rich RI Buka-bukaan: Kita Butuh Waktu Satu Tahun untuk Pulihkan Ekonomi (Bagian 1)

Crazy Rich RI Buka-bukaan: Kita Butuh Waktu Satu Tahun untuk Pulihkan Ekonomi naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Pelemahan daya beli masyarakat jadi perhatian utama saat ini, kendati pemerintah sudah melonggarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tatanan normal baru pun jadi harapan ekonomi bisa bangkit lagi.

Hal ini disampaikan Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD), Sudhamek. Sebagai negara yang kontribusi pertumbuhan ekonominya disumbang dari konsumsi rumah tangga, maka dari itu, kata Sudhamek, pemerintah harus lebih menggenjot belanja pemerintah sebagai trigger membangkitkan kembali perekonomian.

"Karena memang kita ini ekonomi domestik, ekonomi konsumsi yang memang harus di-trigger, supaya pasarnya bangkit kembali," katanya.

Tak bisa dipungkiri, hampir semua sektor usaha terdampak pandemi, termasuk industri consumer goods. Sudhamek bahkan memperkirakan, perekonomian akan kembali pulih seluruhnya atau full recovery pada semester kedua 2021 mendatang. Artinya, perlu waktu sekitar setahun lagi ekonomi bisa normal seperti sebelum pandemi.

Dalam situasi yang berat ini, hampir semua pengusaha kelimpungan mengelola arus kas. Krisis Covid-19 ini dinilainya berat. Karena itu, stimulus pemerintah berupa pemberian modal kerja juga harus digenjot agar roda ekonomi bergerak lagi.

Sudhamek adalah salah satu orang terkaya di Indonesia. Pada tahun lalu, Forbes menempatkannya sebagai crazy rich nomor 42, dengan kekayaan bersih US$ 745 juta atau setara dengan Rp 10,43 triliun (kurs Rp 14.000/US$).

Berikut ini petikan wawancara dengannya:

Risiko resesi semakin besar, Singapura bahkan sudah resesi. Seberapa kuat Indonesia bisa bertahan?

Saya melihat, kita tidak bisa membandingkan Indonesia dengan Singapura, karena Singapura negara yang kecil, bergantung kepada industri jasa dan perdagangan. Sedangkan kita adalah market yang besar dan utamanya lagi, Indonesia ini domestic based economy.

Sehingga, Indonesia memiliki kekuatan sendiri untuk bangkit, dan ini yang diyakini oleh pemerintah seperti yang terjadi di China, saya melihat bangkit juga karena utamanya di-drive dari ekonomi dalam negeri. Tetap masih ada harapan, kalau dikatakan Agustus mulai fully reopening dalam artian kegiatannya ya, tapi ekonominya tidak serta merta kembali normal.

Mungkin atau tidak Indonesia reopening economy-nya Agustus dengan kondisi Covid-19 masih cukup tinggi?

Menurut saya me-manage pandemi dan ekonomi harus dilakukan secara paralel dan dinamis. Nah, kalau memang dilakukan secara ketat eksekusinya, menurut saya ekonomi memang sebaiknya dibuka kembali, tentu dengan tetap mempertahankan protokol kesehatan, memperhatikan daerah-daerah tertentu yang masih red zone, itu harus diberikan perlakuan yang khusus.

Apa tidak sebaiknya di awal 2021 kita bisa akan fully reopening economy?

Kalau dari dunia usaha, pandangannya sudah pasti lebih cepat lebih baik. Bisnis itu seperti orang naik sepeda, kalau disuruh berhenti walaupun dikendalikan tetap akan jatuh, jadi nggak mungkin kalau suruh nahan sampai 2021.

Daya beli masyarakat masih cukup rendah, pandangan anda?

Konsumsi dalam situasi sekarang tidak bisa terlalu diandalkan sebagai panglimanya, menurut saya yang masih bisa berbuat cukup proaktif adalah dari pemerintah, government spending harus dikeluarkan. Seperti contoh, anggaran pemerintah Rp 19 triliun tapi baru keluar 1,5% sampai Juni 2020, menunjukkan ada keterlambatan yang luar biasa. Kalau dikeluarkan akan jadi sebuah stimulus.

Karena memang kita ini ekonomi domestik, ekonomi konsumsi yang memang harus di-trigger, supaya pasarnya bangkit kembali.

Kerja sama pemerintah di bidang keuangan menurut pengusaha, apakah sudah cukup bergerak cepat, atau masih perlu ada stimulus lain?

Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan saya kira sudah cukup bagus, seperti misalnya relaksasi kredit itu sudah mulai jalan, walaupun tetap, catatannya government spending harus di-boost. Bank Indonesia mengawal nilai tukar dengan baik sekali, sangat konservatif, sangat berhati-hati menjaga ini, sehingga Rupiah tidak sampai mengalami keterpurukan, stabil di angka Rp 14.000-an lebih.

Bagi pengusaha, ini sangat membantu karena terlalu rendah juga itu memukul bagi yang orientasinya ekspor, terlalu tinggi juga memukul bagi yang orientasinya impor, yang paling diperlukan pengusaha adalah stabilitas.

Dampak yang signfikan terhadap Garudafood, seperti apa?

Secara keseluruhan, consumer goods utamanya dalam hal ini food and beverages dalam hal ini adalah industri yang terdampak tapi yang paling ringan. Kalau ada bisnis yang tidak terdampak, saya kira nyaris tidak ada, kalaupun ada tidak sampai 10%.

Secara keseluruhan terdampak, otomotif jeblok luar biasa, consumer itu juga dilihat dulu jenisnya seperti apa. Kalau untuk makanan dan minuman yang non-durable goods, terdampak, tapi paling sedikit.

Ada strategi khusus di tengah daya beli yang melemah?

Pertama, dalam kondisi sekarang ini mau industri apapun, termasuk makanan dan minuman, golden rule yang mengatakan cash is the king itu relevan sekali, sehingga harus mengelola cashflow dengan sebaik-baiknya.

Kedua, dalam kondisi yang tidak normal seperti ini, kita tidak bisa di Garudafood bekerja dengan cara bisnis as usual, dalam situasi seperti ini. Setiap pemain, di-drive untuk mengerahkan kemampuan kreativitasnya dan tentu saja inovasinya agar bisa menyikapi situasi tidak normal ini dengan cara-cara baru.

Baca lanjutannya: Crazy Rich RI Buka-bukaan: Kita Butuh Waktu Satu Tahun untuk Pulihkan Ekonomi (Bagian 2)

Related

News 294211629127278666

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item