Miris! Sepuluh Negara Ini Tidak Kena Corona, tapi Ikut Kena Dampaknya (Bagian 2)

Miris! Sepuluh Negara Ini Tidak Kena Corona, tapi Ikut Kena Dampaknya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Miris! Sepuluh Negara Ini Tidak Kena Corona, tapi Ikut Kena Dampaknya - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Kapal lain, termasuk kapal tanker bahan bakar dan kapal kontainer, harus menghabiskan 14 hari di laut sebelum masuk pelabuhan.

Dampaknya sangat jelas. Kepulauan Marshall mengkhususkan diri pada ikan akuarium - yang paling populer adalah ikan malaikat api - tetapi ekspor turun hingga 50%, menurut sebuah laporan di AS.

Pengiriman tuna sashimi di pantai turun dalam jumlah yang sama. Industri perikanan lainnya mengalami penurunan 30% sepanjang tahun. Singkatnya, Anda dapat mencegah masuknya virus, tetapi Anda tidak bisa mengalahkannya.

Sophia "berharap" segala sesuatunya kembali normal di negaranya, dan Hotel Robert Reimers, tahun depan. Tetapi jika tidak?

"Maka itu tidak mungkin bagi kami," katanya.

Meski penutupan sejumlah perbatasan membuat negara-negara yang bebas Covid-19 menderita, tidak semua orang ingin perbatasan itu dibuka kembali.

Dr Len Tarivonda adalah direktur kesehatan masyarakat di Vanuatu, dengan jumlah penduduk sebanyak 300.000. Meskipun dia bekerja di ibu kota, Port Vila, dia berasal dari Ambae, sebuah pulau berpenduduk 10.000 orang sekitar 273 km di utara.

"Jika Anda berbicara dengan mereka (di Ambae), sebagian besar dari mereka ingin perbatasan ditutup selama mungkin," katanya. "'Kami tidak ingin ada penyakit, kata mereka - jika tidak, pada dasarnya kami akan dikutuk.'"

Sekitar 80% orang di Vanuatu tinggal di luar kota, kata Dr Tarivonda. "Dan saya mengamati mereka belum tentu merasakan tekanan. Mereka adalah petani subsisten, mereka menanam makanan mereka sendiri - mereka bergantung pada ekonomi tradisional setempat. "

Meski demikian, negara ini akan tetap mengalami dampaknya. Bank Pembangunan Asia, ADB, memperkirakan PDB turun hampir 10% - penurunan terbesar Vanuatu sejak kemerdekaan pada tahun 1980.

Penurunan ini bukan hanya sebagai dampak dari penutupan sejumlah perbatasan. Namun juga akibat badai tropis Harold yang menghantam sebagian besar negara, menewaskan tiga orang dan mempengaruhi lebih dari setengah populasi pada April silam.

"Setiap hari kami menggelar rapat situasi darurat, "kenang Dr Tarivonda. "Pertama kami akan membahas Covi-19, lalu topan Harold. Dua bencana terjadi pada saat bersamaan. "

Namun Covid akan memiliki dampak yang lebih lama. Pada bulan Juli, pemerintah mengumumkan rencana untuk membuka kembali perbatasan pada 1 September.

Tetapi kemudian, banyak kasus berkembang di Australia, dan Selandia Baru, dan rencana tersebut dibatalkan. Dr Tarivonda, yang bertugas di gugus tugas perbatasan bersama para pejabat pemerintah, pariwisata, dan maskapai penerbangan, mengakui bahwa mereka "hampir kembali ke titik awal."

Namun, Vanuatu tidak akan terburu-buru untuk membuka kembali perbatasannya. Dr Tarivonda mengamati Papua Nugini, yang juga bebas dari Covid-19 hingga peningkatan tajam pada akhir Juli, dengan seksama.

"Jika virus datang, mungkin akan seperti api - dan apa yang kami lihat di Papua Nugini adalah cerminan dari apa yang kami khawatikan," katanya.

"Mengingat keterbatasan (perawatan kesehatan) kami, dalam konteks yang kami miliki di Pasifik, taruhan terbaik adalah menjauhkan virus selama mungkin."

Jadi, adakah yang bisa dilakukan negara-negara bebas Covid?

Ada tindakan jangka pendek, seperti pembayaran kepada para pekerja dan pengusaha. Dan ada satu tindakan jangka panjang: menunggu vaksin.

Sampai saat itu, pembukaan penerbangan tetap menjadi harapan terbaik. Namun, seperti yang dikatakan Rommel Rabanal dari Bank Pembangunan Asia, ini terlihat lebih sederhana dari kenyataannya.

"Pengaturan ini memiliki prasyarat," katanya. "Serangkaian standar pengujian, pelacakan kontak, dan fasilitas karantina yang umum, jika terjadi wabah. Hal ini tengah dibicarakan dan mereka sangat berhati-hati.

"Australia dan Selandia Baru telah memperjelas bahwa negara pertama yang akan mereka uji adalah satu sama lain," kata Jonathan Pryke, direktur program kepulauan Pasifik di Lowy Institute.

"Dan sebelum itu terjadi, Anda perlu menghapus transmisi komunitas. Jadi menurut saya prospek perjalanan wisata belum terlihat untuk tahun ini. "

Pryke mengatakan bahwa keputusasaan meningkat di negara-negara Pasifik yang perbatasannya ditutup.

"Bahkan jika perbatasan mereka tetap terbuka, pasar pariwisata utama mereka di Australia dan Selandia Baru tidak akan tbuka, karena mereka telah mengunci perbatasan mereka sendiri," katanya.

"Jadi, Anda akan mengalami yang terburuk dari kedua dunia - krisis kesehatan dan krisis ekonomi. Kita butuh waktu bertahun-tahun untuk mengambil keputusan yang tepat.

"Namun jika melihat ke belakang, tidak ada yang akan meragukan bahwa isolasi adalah langkah yang tepat dilakukan oleh negara-negara Pasifik ini."

Related

News 8749558824134057602

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item