Suram, Ini Pandangan 10 Ekonom Soal Resesi Ekonomi di Indonesia (Bagian 2)

Suram, Ini Pandangan 10 Ekonom Soal Resesi Ekonomi di Indonesia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Suram, Ini Pandangan 10 Ekonom Soal Resesi Ekonomi di Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Jadi saya lagi nunggu dan harus lihat triwulan III, data September tuh biasanya keluarnya Oktober, makanya kita tidak bisa mengandalkan data itu. Makanya kita lihat indikator yang tadi. IKK itu September gimana, kalau konsisten membaik, berarti triwulan 3 tidak terlalu rendah pertumbuhannya.

Bahkan pemerintah sudah bilang negatif kecil, bahkan 0%. Kalau itu terjadi, situasinya tidak menuju resesi tapi perlambatan ke arah pemulihan. Kecuali kalau -5% lagi itu resesi. Kita melihat perbaikan yang terus menerus.

6. Fithra Faisal Ekonom UI

Kalau untuk skenario resesi, most likely akan kita alami juga di kuartal III, karena kuartal II negatif, kuartal III seharusnya punya momentum untuk tumbuh positif, tapi saya rasa agak sulit kuartal III ini akan positif.

Meskipun, ada beberapa tanda-tanda mendukung. Indeks PMI kita kan naik sudah sampai level 50,8. Dan itu progresif, Mei-Juni-Juli dari 28, 39, 46, dan ke 50,8. Berarti sudah masuk ke level ekspansi.

Ini searah juga dari tren ekspor terutama, ketika industri menggeliat, ekspornya juga naik. Kita lihat 2 bulan terakhir, sampai Juli ekpsornya tumbuh secara mtm. Ini sebenarnya berita bagus, tapi itu aja sebenarnya gak cukup.

Kalau kita lihat secara umum, meski mobilitas naik, tapi bisa atau tidaknya untuk menghindari pertumbuhan ekonomi negatif itu tergantung sekali lagi sama variabel kesehatan. Makanya saya rasa sulit di kuartal III ini untuk mencapai skenario positif. Kalau kuartal III udah negatif, berarti udah resesi.

Jadi berdasarkan skenario yang pernah kita bicarakan sebelumnya, di 2020 ini kalau misalnya sampai September belum flat, itu bisa perekonomian kita negatif, forecastnya -0,8%, dan mungkin bisa sampai -2% worst casenya tergantung pandeminya bisa flat atau nggak.

7. Didik J. Rachbini Ekonom Senior INDEF

Resesi sudah keniscayaan, jangan melawan arus besar pandemi. Hindari atau cegah pandemi dulu, baru ekonomi akan jalan.

8. Adrian Panggabean Chief Economist Bank CIMB Niaga

Definisi resesi itu standar, dan teknik perhitungannya sudah baku karena konsep resesi adalah bagian dari konsep business cycle. Kalau memakai definisi standar dan teknik perhitungan baku tersebut, Indonesia sudah dalam zona technical recession sejak kuartal I-2020.

Di kuartal II-2020 kita sudah tiga kuartal berturut-turut bertumbuh negatif secara quarter-on-quarter seasonally-adjusted GDP. Dan menurut saya technical recession ini akan terus berlanjut tiga kuartal lagi sampai kuartal I-2021.

9. Josua Pardede Ekonom Bank Permata

Ya memang kuartal III ini kan data-datanya belum cukup menjanjikan ya. Kalau kita lihat kemarin data IKK dari BI trennya meningkat dari 3 bulan terakhir ini. Dari bulan Juni-Juli-Agustus. Tapi kalau kita lihat di sini, tren dari IKK belum cukup mengkonfirmasi apakah daya beli masy kembali pulih.

Dan juga hari ini adalah survei penjualan juga belum ada perbaikan signifikan. Di kuartal III memang stimulus udah mulai bekerja, tapi memang dampaknya belum signifikan sampai dengan Agustus lalu. Sehingga makanya kuartal III ini masih berpotensi untuk positif kembali.

Sehingga makanya, pada tahun ini Indonesia berpotensi mengalami resesi, karena kuartal II dan kuartal III mengalami pertumbuhan negatif. Perkiraan saya sih masih di kisaran negatif 2-3% di kuartal III dan kuartal IV positif, tapi full yearnya masih negatif 1% untuk keseluruhan tahun 2020.

10. Putera Satria Sambijantoro Bahana Sekuritas

Tidak dapat dipungkiri bahwa kelas menengah Indonesia, yang masih dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi yang tinggi, akan terus menahan diri untuk tidak membeli dan memilih untuk menabung. Selama kasus Covid-19 terus meningkat, tahun 2020 bagi orang Indonesia akan tetap menjadi 'The Year of Spending Cautious'.

Pemulihan yang lamban untuk belanja ritel tersier, terutama untuk barang-barang kelas atas seperti otomotif dan barang-barang rumah tangga, juga harus dipantau secara ketat, mengingat efek penggandanya terhadap investasi dan manufaktur.

Related

News 5164743135270155357

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item