Ini yang Akan Terjadi jika Kita Tak Pernah Tidur Sama Sekali (Bagian 3)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya ( Ini yang Akan Terjadi jika Kita Tak Pernah Tidur Sama Sekali - Bagian 2 )....


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ini yang Akan Terjadi jika Kita Tak Pernah Tidur Sama Sekali - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Namun, secara rata-rata, orang akan mengalami masalah ketika tidak tidur, apalagi sampai berhari-hari. Seperti yang disebutkan Deepak Chopra di atas, tidak tidur selama satu malam—dan terus terjaga hingga keesokan harinya—masih tidak menimbulkan masalah, karena kita tetap dapat beraktivitas. Tetapi kita akan merasa lebih cepat lelah, konsentrasi berkurang, dan tubuh terasa tegang karena adrenalin yang terpicu akibat begadang. 

Ketika kita tidak tidur selama dua hari, kekuatan fisik dan konsentrasi makin menurun. Tidak tidur selama tiga hari akan membuat kondisi di atas makin parah, sulit berkonsentrasi, dan pikiran kita mulai sulit fokus, hingga mungkin kita akan sering melakukan kesalahan selama beraktivitas. Memasuki empat hari tidak tidur, orang biasanya sudah sulit berpikir jernih, kehilangan daya tangkap terhadap realitas, dan kadang sampai berhalusinasi.

Masih berkaitan dengan kebiasaan tidak tidur, ada gangguan medis langka yang disebut Morvan’s fibrillary chorea, atau yang biasa disebut “sindrom Morvan”. Masalah tersebut ditandai dengan otot berkedut, nyeri, keringat berlebihan, penurunan berat badan, halusinasi secara periodik, dan kehilangan tidur (agrypnia).

Ilmuwan Prancis, Michel Jouvet, bersama rekan-rekannya, mempelajari seorang pria berusia 27 tahun yang mengalami gangguan tersebut, dan menemukan bahwa orang itu hampir tidak tidur selama beberapa bulan. 

Selama waktu itu, ia tidak merasa mengantuk atau lelah, dan tidak menunjukkan gangguan suasana hati, memori, atau kecemasan. Tetapi, hampir setiap jam 9 sampai 11 malam, ia mengalami periode selama 20 sampai 60 menit ketika ia mengalami halusinasi pada indra pendengaran, penglihatan, penciuman, dan somesthetic (indra peraba), serta rasa sakit di jari tangan dan kakinya.

Gangguan tidur langka lainnya adalah Fatal Familial Insomnia (FFI), yaitu penyakit autosomal dominan yang selalu berakibat fatal setelah 6 sampai 30 bulan tidak tidur. Kematian biasanya disebabkan kegagalan organ-organ tubuh, dan bukan karena kurang tidur. Proses patologisnya meliputi degenerasi thalamus dan area otak lainnya, aktivitas berlebihan dari sistem saraf simpatik, hipertensi, demam, tremor, stupor (pingsan), penurunan berat badan, dan gangguan sistem endokrin tubuh. 

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa orang sehat—yang tidak mengalami masalah medis apa pun—mungkin bisa tidak tidur sama sekali hingga waktu lama, dan tidak tidurnya sendiri tidak akan mengakibatkan kematian secara langsung. 

Tetapi, karena tidak pernah tidur, tubuh tidak memiliki kesempatan untuk memperbarui diri—sesuatu yang dilakukan ketika manusia tertidur. Karena tidak ada waktu memperbarui diri, tubuh pun lebih cepat aus, yang akhirnya berujung pada masalah kesehatan bahkan kematian. 

Pada waktu malam hari—khususnya ketika tidur—tubuh kita juga bekerja membuang racun-racun yang mungkin telah masuk setelah seharian beraktivitas. Di malam hari itulah, tubuh berupaya keras menetralisir zat-zat adiktif untuk menjaga agar tubuh kita selalu sehat. Karena itu, ketika kita tidak tidur, proses kerja tubuh dalam membersihkan diri pun tidak optimal atau kurang sempurna. Berikut ini jadwal tubuh dalam pekerjaan penting tersebut.

Pukul 21.00-23.00: Tubuh kita melakukan pembuangan zat-zat tidak berguna di bagian sistem antibodi (kelenjar getah bening). Selama durasi waktu itu, idealnya, kita telah membaringkan diri di tempat tidur dengan tenang dan rileks.

Pukul 23.00-01.00: Tubuh kita melakukan pembersihan racun pada bagian hati. Agar proses pekerjaan penting itu dapat dilakukan optimal, kita harus dalam keadaan tidur pulas.

Pukul 01.00-03.00: Tubuh kita melakukan pembersihan pada bagian empedu. Sama seperti di atas, pekerjaan itu pun akan lebih sempurna jika berlangsung ketika kita dalam kondisi tidur.

Pukul 03.00-05.00: Giliran paru-paru yang dibersihkan. Karena pembersihan pada paru-paru itulah yang menjadikan penderita batuk akan mengalami batuk-batuk hebat pada waktu dini hari. Pada waktu pagi, proses pembersihan kotoran pada paru-paru telah mencapai saluran pernapasan, sehingga penderita batuk tidak perlu minum obat di waktu pagi agar tidak merintangi proses pembuangan racun yang secara alami dilakukan oleh tubuh.

Pukul 24.00-04.00: Sumsum tulang belakang memproduksi darah.

Pukul 05.00-07.00: Tubuh melakukan pembersihan di bagian usus besar. Karena proses itulah kita sering kali ingin buang air besar pada waktu pagi. 

Berdasarkan jadwal mahapenting di atas, kita pun melihat alasan mengapa tidur penting bagi manusia. Jadi, apa yang akan terjadi kalau kita tidak pernah tidur selamanya? Jawabannya mutlak—“selamanya” itu relatif. 

Fakta:

Albert Einstein biasa tidur selama 10 jam setiap malam. 

Thomas Alva Edison dapat tidur di sembarang tempat dan tidak pandang waktu—kapan pun ia ingin tidur, ia akan tidur. 

Honoré de Balzac, novelis besar Prancis, biasa tidur sepanjang hari, kemudian bangun hampir tengah malam untuk menulis karya-karyanya. 

John F. Kennedy, presiden Amerika, terkenal sebagai orang yang suka tidur siang. Semua rapat, sepenting apa pun, akan ditunda atau dihentikan kalau sudah masuk jam tidur siangnya. 

Winston Churchill, perdana menteri Inggris, suka tidur sore hari, tak peduli apa pun yang sedang terjadi—bahkan ketika negaranya sedang menghadapi peristiwa genting selama Perang Dunia II. 

Related

Science 5568036547585362035

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item