Perubahan Iklim Ubah Venus Jadi Planet Neraka, Bumi Juga Bisa Seperti Itu


Dahulu kala, Venus adalah planet dengan permukaan berbatu dan inti cair. Planet ini menyimpan air, bahkan mungkin ramah bagi kehidupan. Tapi perubahan iklim ekstrem kemudian mengubahnya menjadi neraka seperti yang kita kenal sekarang. Bumi akan seperti itu juga?

Dalam perkembangannya, Venus menjadi makin panas. Atmosfernya dipenuhi gas yang memerangkap panas. Air menguap ke atmosfernya, kemudian hilang ke luar angkasa.

"Perubahan iklim yang dikibatkan oleh manusia tidak akan pernah seburuk itu," kata Giada Arney, ilmuwan planet di NASA Goddard Space Flight Center, dikutip dari Washington Post.

Tapi, kisah transformasi Venus dari planet yang berpotensi mirip Bumi, menyimpan pelajaran penting bagi kita di Bumi, yang saat ini sedang menavigasi dunia yang terus memanas.

Selama 4,6 miliar tahun terakhir, Bumi telah menjaga keseimbangan iklimnya melalui proses yang dikenal sebagai siklus karbon. Seiring waktu, sebagian besar karbon di atmosfer diambil oleh lautan, kemudian dikunci menjadi batuan dalam bentuk kalsium karbonat, atau batu kapur.

Pergerakan lempeng tektonik menarik batuan itu ke bagian dalam Bumi, tempat karbon dapat disimpan selama ribuan tahun sebelum dilepaskan kembali ke atmosfer oleh gunung berapi.

Siklus karbon menjadi termostat Bumi, karena menjaga suhu agar tidak berayun terlalu jauh ke arah yang ekstrem. Ketika gunung berapi sangat aktif, karbon menumpuk di atmosfer, memerangkap panas seperti yang terjadi pada efek rumah kaca.

Namun, kenaikan suhu dapat menyebabkan lebih banyak hujan yang mengikis batuan, yang melepaskan bahan untuk membuat kalsium karbonat dan mengunci karbon dalam bentuk kulit kerang, batu kapur dan batuan lainnya serta mendinginkannya kembali.

Ketika Venus menjadi neraka

Para ilmuwan menduga, Venus pernah memiliki termostat sendiri. Pesawat ruang angkasa yang dikirim untuk menyelidiki atmosfer planet kembaran Bumi itu menemukan sisa-sisa molekul air.

Ini bukti bahwa pada satu titik, planet ini mampu menjaga suhunya tetap terkendali. Namun ketika planet menjadi terlalu panas, air menguap dan membentuk awan di atmosfer yang memantulkan sinar Matahari kembali ke angkasa. Jika planet ini memiliki lempeng tektonik, seperti yang diperkirakan beberapa peneliti, sistem itu akan membantu memodulasi karbon.

Tapi Matahari, seperti semua bintang katai kuning, tumbuh lebih terang seiring bertambahnya usia. Pencerahan bertahap ini terlalu lambat untuk menjelaskan perubahan iklim yang dialami Bumi pada abad terakhir, tetapi telah membuat radiasi dari Matahari sekitar 40% lebih intens dibandingkan 4 miliar tahun lalu.

Pada titik tertentu, mungkin pada setengah miliar tahun yang lalu, Venus tidak bisa lagi menangani panasnya. Awannya menjadi terlalu tebal dan mulai menangkap lebih banyak radiasi daripada yang dipantulkan. Kondisi menjadi begitu hangat sehingga semua air di planet ini berubah menjadi uap, yang kemudian dipecah oleh radiasi Matahari.

Kehilangan air mungkin juga telah mengganggu tektonik Venus (jika memang ada), karena air dianggap sebagai "pelumas" penting untuk pergeseran lempeng tektonik. Tanpa mekanisme daur ulang ini, karbon di atmosfer terakumulasi menjadi ekstrem.

"Pada saat itu permainan berakhir. Planet itu tidak memiliki cara untuk melepaskan diri dari energi panas dari bintang," kata Paul Byrne, ilmuwan planet di North Carolina State University.

Sekarang Venus menjadi contoh efek rumah kaca yang tak terkendali, sebuah bukti bagaimana sebuah planet dapat berubah ketika siklus yang menyeimbangkan iklimnya terputus.

Suhu di permukaannya lebih dari 450 derajat Celcius. Tekanan yang menghancurkan dari atmosfer yang tebal dengan awan asam sulfat sama kuatnya dengan yang kita alami jika berada di setengah mil di bawah lautan di Bumi. Jika itu tidak cukup belum cukup membunuh kalian, gambaran lainnya adalah jika kita menghirup udara yang terdiri dari 96% karbon dioksida.

"Pencerahan bertahap Matahari yang mengubah Venus menjadi sangat panas, suatu hari bisa terjadi juga pada Bumi, setidaknya dalam kurun waktu beberapa miliar tahun lagi," kata Arney.

Karenanya, perubahan iklim membutuhkan perhatian mendesak. Seperti halnya Matahari yang memanas kemudian merusak sistem kontrol suhu Venus, manusia telah mengganggu siklus alami Bumi dengan membakar bahan bakar fosil.

Karbon yang terkubur dari organisme purba yang seharusnya tetap terkunci di bawah permukaan Bumi, sekarang dilepaskan 60 kali lebih cepat daripada proses alami.

Kita memang tidak akan melihat planet kita menjadi seperti Venus dalam waktu dekat. Namun perubahan iklim menjadi sorotan dalam satu dekade terakhir untuk mencegah terjadinya skenario terburuk pada Bumi kita.

"Sistem planet dijaga dalam keseimbangan yang sangat baik. Penting bagi manusia untuk menyadari bahwa tidak perlu banyak hal untuk mengubah keseimbangan dan benar-benar mengubah banyak hal secara mendasar," kata Byrne.

Related

Science 8405594277401850179

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item