Gunung Pelée, dan Kisah Letusan Terbesar Abad 20

Gunung Pelée, dan Kisah Letusan Terbesar Abad 20

Naviri Magazine - Pada 8 Mei 1902, Gunung Pelée (Mont Pelée) di Prancis meletus dan menghancurkan kota St. Pierre beserta 40.000 warganya. St. Pierre adalah sebuah desa di Pulau Martinique, Prancis. Gunung berapi dengan ketinggian lebih dari 4.500 kaki itu meletus pada pagi hari, dan merupakan salah satu letusan gunung terbesar yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dalam sejarah, serta dianggap sebagai letusan terbesar abad 20.

Peristiwa itu dimulai dengan letusan kecil beruntun yang hanya mengeluarkan asap, belerang, dan debu.

Sebelumnya, pada 5 Mei 1902, tiga hari sebelum terjadinya letusan itu, Mont Pelée telah menumpahkan aliran lumpur mendidih, menuruni sisi gunung. Banjir lumpur panas itu menelan pabrik gula, membunuh seratusan orang yang sedang bekerja di dalamnya, dan terus menuruni lereng gunung.

Serangan awal yang mengerikan itu telah membuat sebagian kecil penduduk St. Pierre melarikan diri ke luar kota, namun lebih banyak yang memilih tinggal.

Pada 8 Mei 1902, pukul 7.49, gunung api yang telah lama tertidur itu akhirnya benar-benar meletus. Letusan itu mengirimkan badai api yang sangat besar, dengan temperatur 800 derajat Fahrenheit (425 derajat Celcius), berkecepatan 1 mil (kurang lebih 1,5 kilometer) per menit atau 600 mil per jam, dan hanya membutuhkan waktu tiga menit untuk melenyapkan kota St. Pierre yang terletak di bawahnya.

Pada pukul 7.52, St. Pierre dan penghuninya yang berjumlah 28.000 orang telah binasa. Selain kehancuran kota secara total, letusan gunung itu juga menghancurkan 18 kapal yang tertambat di pelabuhan, dan semua kelasi serta muatan mereka terperangkap dalam badai api, dan lenyap.

Satu-satunya orang yang berhasil selamat dari bencana mengerikan itu adalah Auguste Ciparis, seorang narapidana berusia 25 tahun, yang telah dijadwalkan untuk menjalani eksekusi mati keesokan harinya (9 Mei 1902).

Pada waktu bencana itu terjadi, Auguste Ciparis tengah terkurung di dalam sel batunya yang berdinding tebal. Sel itu hanya memiliki sebuah jendela kecil, dan sebuah pintu yang berat. Sel itu begitu kecil dan memiliki atap yang rendah, sehingga hanya bisa dimasuki dengan merangkak.

Sel yang kokoh sekaligus terpencil itulah yang menyelamatkan hidup Auguste Ciparis. Ia terbakar parah di dalam sel itu, dan terkubur dalam selnya bersama puing-puing panas selama tiga hari, namun akhirnya berhasil diselamatkan ketika regu penolong datang dan menemukannya. Ia dibawa ke rumah sakit di Martinique, dan hukuman matinya dicabut selama ia menjalani pemulihan.

Setelah keluar dari rumah sakit, ia bergabung dengan grup sirkus Barnum & Bailey, dan memerankan dirinya sendiri yang terkurung dalam replika selnya, sebagai “Si Beruntung dari Pelée”.

Baca juga: Bisakah Manusia Mencegah Datangnya Bencana?

Related

Insight 4202729794038141052

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item