Sejarah Panjang dan Asal Usul Bangsa Yahudi di Dunia (Bagian 3)

 Sejarah Panjang dan Asal Usul Bangsa Yahudi di Dunia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah Panjang dan Asal Usul Bangsa Yahudi di Dunia - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Selain surat menyurat antara Hasdai Ibnu Shaprut dan Raja Joseph Ben Aaron, Koestler juga membahas tentang karakteristik bangsa Khazar yang merupakan campuran bangsa Eropa dan Asia. Sebagian besar berkulit putih, tinggi, rambut pirang atau merah, mata kecil (sipit) dan berwarna biru.

Kata ‘Khazar’ berasal dari bahasa Turki, yang artinya pengembara atau nomad. Bangsa Khazar termasuk bangsa yang kuat, tangguh, suka berperang, dan ditakuti oleh bangsa-bangsa lain di sekitarnya.

Tak lama setelah Nabi Muhammad meninggal, terjadi perang antara bangsa Arab dan bangsa Khazar, yaitu pada tahun 642 dan tahun 652. Kedua perang itu dimenangkan oleh bangsa Khazar. Bahkan pada peperangan yang kedua, bangsa Arab menderita kekalahan yang telak. Konon, 4.000 prajuritnya tewas, termasuk pemimpinnya, Abdal Rahman Ibnu Rabiah.

Pada tahun 722-737, di masa pemerintahan Khalifah Marwan II, terjadi lagi peperangan antara bangsa Arab dan bangsa Khazar, yang dipimpin oleh Jenderal Maslamah Ibnu Abdul Malik. Perang kali ini dimenangkan oleh bangsa Arab, dan Khalifah Marwan saat itu menawari raja Khazar untuk masuk Islam.

Tapi karena posisi kerajaannya diapit oleh dua kekuatan besar Islam dan Kristen, raja Khazar saat itu tidak bisa memilih salah satu dari kedua agama tersebut. Kebetulan, di Khazaria saat itu ada komunitas kecil bangsa Yahudi. Setelah diskusi dengan ketiga pemuka agama tersebut, tahun 740 raja Khazar memutuskan untuk memilih agama Yahudi.

Ada kemungkinan, raja Khazar memilih agama Yahudi untuk menjaga netralitas dan taktik politik, karena posisinya yang terjepit di antara dua kekuatan besar Kristen dan Islam.

Pada tahun 740, diperkirakan jumlah penduduk Khazar saat itu 1,4 juta, dan bangsa Yahudi sekitar 50.000 orang. Inilah salah satu jawaban kenapa bangsa Yahudi yang semula sangat sedikit, tiba-tiba jumlahnya mencapai jutaan saat Perang Dunia II, karena mereka sudah bercampur dengan bangsa Khazar.

Koestler juga menceritakan beberapa orang yang pernah mengembara hingga ke Khazaria, misalnya utusan kaisar Romawi Priscus, Al Masudi, Rabbi Petachia, Ahmad Ibn Fadlan, dll. Tapi yang paling menarik adalah kisah perjalanan Ahmad Ibnu Fadlan (Juni 921-Mei 922) yang mendapat porsi lebih banyak di bukunya dibanding yang lain.

Pada saat itu, bangsa Bulgar mengirim surat pada Khalifah untuk meminta diajarkan Islam, dan membangun dinding penghalang antara bangsa Khazar dan bangsa Bulgar, karena bangsa Khazar sering membuat onar dan menganggu bangsa Bulgar. Lalu Khalifah mengutus Ahmad Ibnu Fadlan untuk mengajarkan Islam, dan melindungi Bangsa Bulgar dari serangan bangsa Khazar.

Catatan perjalanan Ahmad Ibnu Fadlan ini menarik untuk disimak, karena mirip kisah Zulqarnayn dan Ya’juj Ma’juj. Ahmad Ibnu Fadlan menceritakan bahwa dia pernah bertemu dengan suku bangsa yang bahasanya sulit dimengerti, bagaikan katak sedang bicara. Juga bertemu bangsa Viking yang memakai hiasan dua tanduk di kepalanya, dan menyaksikan penguburan raja Viking lengkap dengan kapalnya.

Ibnu Fadlan juga mengisahkan bagaimana dia mengajarkan Islam pada bangsa Bulgar dan bangsa-bangsa di sekitarnya. Ada kisah lucu ketika salah satu bangsa bertanya padanya, “Bagaimana cara masuk Islam?”

Ibnu Fadlan menjawab, cukup mengucapkan ”Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad utusan Allah!”

Jawaban Ibnu Fadlan disambut tawa bangsa itu. Mereka menjawab, “Jika semudah itu, kami akan melakukannya!”

Diceritakan juga bahwa raja Khazar saat itu, yang disebut Great Kagan, punya 25 istri dan 83 selir, dan berbagai kisah lainnya. Pada saat Ibnu Fadlan singgah di Khazaria, raja dan seluruh penduduknya sudah menganut agama Yahudi.

Sementara itu, di sisi lain, Bangsa Viking yang berasal dari Skandinavia, yang juga dikenal dengan sebutan bangsa “Rhos” atau “Varangians”, semakin lama semakin kuat, dan terus menerus memperluas wilayah kekuasaanya.

Pada tahun 833, Kagan Khazar mengirim utusan ke kaisar Roma, Theohilus, untuk minta bantuan membangun benteng di sekitar kerajaan Khazaria, untuk menahan serangan bangsa Viking. Benteng itu terkenal dengan sebutan Sarkel, dan menjadi peninggalan sejarah bangsa Khazar.

Saat Sarkel dibangun, bangsa Viking terus berperang menaklukkan wilayah baru, mulai dari Irlandia, Normandia, sebagian Paris dan Jerman, hingga daerah sekitar Laut Hitam dan Laut Caspia.

Setelah menyebrangi Baltik dan teluk Finlandia, mereka menemukan tempat untuk menetap di Novgorov. Setelah menetap dan berkembang biak, pada abad ke 10 nama Rhos berubah menjadi Rusia. Bangsa ini meniru cara bangsa Khazar dalam menamai rajanya, karena mereka punya raja yang dinamai Kagan Rus.

Pada tahun 965, kerajaan Rusia menyerang kerajaan Khazar, dan bangsa Khazar kalah dalam peperangan itu. Hancurlah kejayaan bangsa Khazar, dan akibat dari perang itu banyak bangsa Khazar bermigrasi ke Hungaria, Polandia, Rusia, dan negara Eropa lainnya.

Selain banyak mengisahkan sejarah bangsa Khazar dan beberapa bangsa lain, yang paling menarik adalah di buku itu Koestler menceritakan seorang Yahudi Khazar pada abad 12 bernama Solomon Ben Duji, yang didukung oleh anaknya, Menahem ben Solomon.

Mereka mengirim surat pada seluruh bangsa Yahudi di sekitarnya, yang menyatakan bahwa saatnya telah tiba. Tuhan akan membimbing Israel untuk menuju Jerusalem. Menahem mengubah namanya menjadi David Alroy. Selain berambisi menggiring bangsa Yahudi kembali ke Jerusalem, David dikenal memiliki kemampuan supranatural. Dia mulai mengumpulkan pasukan untuk menyerbu tanah suci Jerusalem.

Tapi sebagian rabbi tidak setuju dengan David. Suatu malam, David Alroy diracuni oleh mertuanya sendiri. Tapi gerakan yang diprakarsai David ternyata tidak musnah. Ketika Benyamin Tulledo berkelana ke Persia 20 tahun kemudian, kisah David Alroy sering diceritakan di kalangan Yahudi. Konon, symbol bintang yang menjadi simbol bendera Israel saat ini adalah tanda untuk menghormati David Alroy.

Koestler mengakhiri bukunya dengan kalimat, “Saya sadar buku ini bisa menimbulkan salah interpretasi, dan dianggap menolak keberadaan negara Israel. Negara Israel berdiri bukan berdasarkan perjanjian antara Tuhan dan Abraham atau asal usul bangsa Yahudi, tapi berdasarkan keputusan sah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1947 tentang pembagian wilayah Palestina.

“Apakah kromosom rakyatnya mengandung gen dari Khazar atau Semit, asal Romawi atau Spanyol, hal itu sudah tidak relevan dan tidak dapat mempengaruhi hak Israel untuk eksis. Keberadaan Israel sudah tidak bisa diganggu gugat, kecuali dengan genosida!”

Related

History 9131968810178191090

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item