Ini 50 Kesalahan Logika yang Biasa Dilakukan Orang Indonesia (Bagian 2)

Ini 50 Kesalahan Logika yang Biasa Dilakukan Orang Indonesia

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Ini 50 Kesalahan Logika yang Biasa Dilakukan Orang Indonesia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Nihil Logic Error: Kesalahan berlogika karena tidak menyadari kalau yang dilakukan tidak ada hasilnya.

Contoh: Ketika Israel menyerang Palestina, ada gerakan yang mengajak boikot produk Amerika. Ini merupakan gerakan moral-politik yang positif. Tetapi, hasilnya nihil. Sebab, Amerika tetap tidak akan mengubah keputusan-keputusan politiknya.

Objective Logic Error: Kesalahan berlogika karena salah mengartikan tujuan.

Contoh: Banyak orang beranggapan bahwa tujuan kuliah adalah mencari gelar sarjana. Padahal, tujuan kuliah sesungguhnya adalah mencari dan memperdalam ilmu pengetahuan.

Unsignificant Logic Error: Kesalahan berlogika karena sebuah hasil yang tidak signifikan.

Contoh: Sebuah iklan politik di TV mengatakan, pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan. Padahal, dengan APBN lebih dari Rp 1.000 triliun, angka kemiskinan cuma turun kurang dari 1 persen. Sebuah hasil yang tidak signifikan.

Comparative Logic Error: Kesalahan berlogika karena salah menggunakan basis perbandingan.

Contoh: Ada yang mengatakan lulusan UI lebih berkualitas daripada lulusan UGM. Misalnya, Si A lulusan UI, mata kuliah X mendapat nilai 90, sedangkan Si B lulusan UGM dan mata kuliah X mendapat nilai 80.

Orang menilai Si A lebih pandai daripada Si B. Padahal, materi kuliah Si A cuma 100 halaman, sedangkan materi kuliah Si B 300 halaman. Seharusnya, membandingkan sesuatu harus berdasarkan basis yang sama.

Survei Logic Error: Kesalahan berlogika karena hasil survei dianggap 100 persen benar.

Contoh: Hasil survei politik menunjukkan bahwa capres A paling populer. Maka para pemilih pun terpengaruh dan memilih Si A. Padahal, kriteria capres berkualitas tidak cukup dari faktor popularitas saja, melainkan juga faktor kepemimpinan (leadership), prestasi yang pernah dicapai, moralitas, dll.

Personal Logic Error: Kesalahan berlogika karena belum mengenal pribadi seseorang.

Contoh: Dalam kehidupan, sering kita temukan orang menilai tanpa mengenal orang yang bersangkutan. Misalnya, Si A menilai Si B sombong, pelit, sok pintar, dll. Padahal, kenal saja belum.

Factor Logic Error: Kesalahan berlogika karena tidak memperhatikan faktor yang lain.

Contoh: Ketika harga BBM naik, tarif transportasi umum juga naik. Ketika harga BBM turun maka pemerintah memerintahkan tarif transportasi umum juga turun. Artinya, pemerintah hanya melihat naik turunnya tarif transportasi umum hanya dari harga BBM. Padahal ketika harga BBM naik, harga suku cadang, sembako dan setoran naik. Ketika harga BBM turun, harga suku cadang, sembako dan setoran tidak turun

Appeal Logic Error: Kesalahan berlogika karena menganggap sebuah imbauan bisa menyelesaikan masalah.

Contoh: Pemerintah mengimbau agar masyarakat Indonesia menggunakan produk dalam negeri supaya perusahan-perusahaan dalam negeri tidak merugi atau bangkrut. Padahal persoalannya tidak cukup di situ. Kalau produk dalam negeri berkualitas tinggi dengan harga lebih dibandingkan produk sejenis yang diimpor, otomatis masyarakat akan memilih produk dalam negeri.

Popular Logic Error: Kesalahan berlogika karena beranggapan orang yang populer adalah orang yang mampu.

Contoh: Beberapa lembaga survei politik mengumumkan hasil survei bahwa capres Si “A” paling populer. Lantas, calon pemilih beranggapan bahwa Si “A” pasti mampu mengelola bangsa dan negara. Padahal, ukuran mampu atau tidak, tidak terletak pada populer atau tidak populernya seseorang, tetapi pada prestasi-prestasi yang pernah dimiliki capres tersebut.

Accurate Logic Error: Kesalahan berlogika karena tidak teliti membaca kalimat.

Contoh: Si A pernah menulis di koran. Dia mengusulkan agar tujuh kata perlu dituliskan di belakang kata “Ketuhanan yang Maha Esa” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Kewajiban Melaksanakan Syariat Agama bagi Para Pemeluknya”.

Lantas Si B mengatakan bahwa Indonesia bukan negara Islam. Si B tidak teliti membaca kalimat, sebab di dalam tujuh kata yang diusulkan, tidak ada kata Islam. Yang ada adalah kata agama.

Similar Logic Error: Kesalahan berlogika karena menganggap semuanya sama.

Contoh: Si A memesan teralis untuk lima jendela yang ukurannya kelihatan sama. Tukang las datang, dan hanya mengukur satu jendela saja. Setelah selesai, ternyata empat teralis lainnya tidak bisa dipasang karena terlalu besar atau terlalu kecil, terlalu panjang atau terlalu pendek. Ini akibat tukang las menganggap semua jendela ukurannya sama persis.

Symbolic Logic Error: Kesalahan berlogika karena ingin dihargai orang lain, karena memakai gelar.

Contoh: Banyak orang Indonesia memakai gelar sarjana atau gelar haji, dengan harapan ingin dihargai orang lain (sebagai status sosial). Padahal, kalau ingin dihargai orang lain syaratnya bertingkah laku dan bermoral baik.

Analogy Logic Error: Kesalahan berlogika karena salah menggunakan analogi atau perbandingan.

Contoh: Si A berpendapat bahwa semua umat beragama di dunia sebenarnya menyembah batu. Buddha menyembah patung Buddha Gautama, Kristen menyembah patung Yesus, Shinto menyembah matahari, dan Islam menyembah batu yang ada di dalam Ka’bah. Tentu itu merupakan analogi yang salah.

Apa yang dilakukan oleh agama Buddha, Kristen dan Shinto adalah sebuah simbolis, dan dibalik simbol itu ada Yang Maha Kuasa. Sedangkan umat Islam shalat menghadap kiblat/Ka’bah bukan menyembah batu, tetapi merupakan simbol persatuan, kesatuan dan satu tujuan yang sama, yaitu menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Other is Me Logic Error: Kesalahan berlogika karena menganggap keberhasilan orang lain sebagai keberhasilan dirinya.

Contoh: Parpol A mengklaim bahwa swasembada beras adalah hasil kerja kerasnya, padahal yang benar partai B yang melakukannya, sebab menteri pertaniannya berasal dari partai B. Pemerintah mengklaim bahwa cadangan devisa besar karena usahanya, padahal itu hasil kerja keras para TKI, eksportir, dan para pelaku bisnis wisata.

Deficit Logic Error: Kesalahan berlogika karena menggunakan APBN/APBD defisit.

Contoh: Pemerintah yang menggunakan APBN/APBD defisit, akan terbebani utang terus-menerus hingga puluhan/ratusan tahun. Hal ini karena cara berlogika yang salah, yaitu “APBN/APBD disusun sesuai dengan kebutuhan”. Padahal logika yang benar adalah kebutuhan harus disusun berdasarkan kemampuan APBN/APBD tanpa defisit.

Performance Logic Error: Kesalahan berlogika karena menilai seseorang hanya dari penampilannya.

Contoh: Si A menjalin kerja sama bisnis dengan Si B yang berjilbab dan Si C yang berpecil. Tidak ada perjanjian tertulis. Si A menganggap Si B dan Si C orang baik-baik. Belakangan, Si A baru sadar kalau dia ditipu oleh Si B dan Si C.

Start Logic Error: Kesalahan berlogika karena membuat perbandingan dengan kondisi start yang tidak sama.

Contoh: Pendukung Presiden A mengklaim bahwa pemberantasan korupsi di era Presiden A jauh lebih baik dibandingkan presiden sebelumnya, yaitu Presiden B. Tentu, ini merupakan perbandingan yang tidak fair karena di era Presiden B, Komisi Pemberantasan Korupsi baru dibentuk, sedangkan di era Presiden A komisi tersebut sudah menjalankan tugas-tugasnya.

Baca lanjutannya: Ini 50 Kesalahan Logika yang Biasa Dilakukan Orang Indonesia (Bagian 3)

Related

Science 7858647434824453854

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item