Kini Ada Teknologi yang Bisa Mengedit dan Menghapus Kenangan (Bagian 3)

Kini Ada Teknologi yang Bisa Mengedit dan Menghapus Kenangan

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kini Ada Teknologi yang Bisa Mengedit dan Menghapus Kenangan - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Meski kedua kelompok binatang ini tak bisa menciptakan memori jangka panjang, tikus dalam percobaan tersebut bisa kembali menggerakan ungkitan dalam urutan yang benar—seakan-akan mereka merekam memori secara alamiah. Monyet juga melakukan tugasnya dengan benar, dengan bantuan memori yang telah diproses oleh perangkat Berger.

Dalam sebuah presentasi beberapa tahun lalu, Berger, yang meraih gelar Ph.D dari Harvard pada 1976, sering mengatakan tak percaya riset tak berkembang pesat setelah melakukan eksperimen pada tikus dan monyet. Kompleksitas otak naik seiring naiknya eksperimen dalam tangga spesies.

"Makin besar hewannya, makin kompleks otaknya. Jadi modelnya makin rumit," ujar Berger.

"Dulu saya sering disangka gila," ujar Berger, seperti yang dikutip oleh MIT Technology Review pada 2013.

Johnson mengaku bahwa skeptisisme yang dihadapi Berger lazim ditemui di bidang yang digelutinya. Ini wajar karena mereka tahu betul betapa lambannya perkembangan pemahaman kita akan kerja otak. "Ini bidang ilmu yang sangat hati-hati," tutur Johnson.

Johnson punya sudut pandang berbeda. Sebagai orang baru di bidang ilmu syaraf yang datang sebagai seorang pengusaha alih-alih ilmuwan, Johnson percaya dirinya memiliki "level optimisme yang tak dimiliki orang lain. Saya tidak sedang berada dalam ilusi—menurut saya, hal ini bisa dilakukan, dan kita memang harus mengerjakannya."

Dalam satu unggahan blognya tentang perjalanan menghadiri festival Burning Man, Johnson menulis bahwa dia khawatir ia terkesan "terlalu konservatif dan terlalu menutup diri" untuk bisa berbaur dengan yang lain. Sejatinya, Johnson mungkin sedikit kurang rapih dibanding pengunjung Burning Man lainnya.

Namun, gayanya yang konservatif tak terlihat dalam cara berbisnisnya yang radikal. Johnson berhasrat ingin meningkatkan kecerdasan manusia agar tak terseok-seok mengejar kecerdasan mesin yang kita buat. "Saya lihat kecepatan perkembangan kecerdasan buatan, lalu saya tengok perkembangan kecerdasan manusia, saya tak suka perbedaaan antara keduanya."

Johnson bukan tipe orang yang risih dengan kecerdasan buatan. Lebih jauh, Johnson tak khawatir mesin bakal memburu manusia. Namun, Johnson percaya bahwa mendongkrak kecerdasan manusia harus jadi prioritas global. Alih-alih menggunakan otak kita yang mulai ketinggalan zaman untuk membuat alat baru, Johnson memilih untuk meng-upgrade-nya.

Johnson sudah memimpikan karirnya saat ini sejak umur 21 tahun, tepat setelah kembali dari sebuah misi perjalanan ke Ekuador. "Saya kembali ke Amerika Serikat dengan hasrat membara untuk meningkatkan kehidupan orang lain," ucap Johnson.

Dia memilih bidang kecerdasan manusia, karena menurutnya itu sumber daya paling penting dalam kehidupan manusia. "Jika saya mensurvei dunia di sekitar saya, dan memasukkan hitungan kelangkaan waktu dan sumber daya, lalu bertanya: apa tujuan yang paling menantang bagi saya? Itu orientasi saya."

Kernel adalah hasil dari dua pemikiran ini: Mengerjakan sesuatu yang menantang, dan melakukan sesuatu untuk meningkatkan kecerdasan manusia.

Johnson dan Ramirez mengungkapkan tentang siapa yang harusnya menikmati teknologi editing atau peningkatan memori. Tapi keduanya tak memiliki kesamaan pendapat.

"Kalau hal ini benar-benar bisa terwujud," kata Ramirez, "idealnya kita membatasinya di ranah medis, khususnya dalam konteks gangguan otak. Jika Anda kebetulaan seorang psikiater yang baik, Anda tak akan meresepkan prozac untuk seluruh populasi Massachusetts—Anda bakal cuma memberikan prozac bagi penderita depresi."

Logika yang sama, bagi Ramirez, harusnya berlaku bagi penggunaan teknologi editing memori yang tengah dia teliti. Meski metode edit memori bakal berguna bagi penderita PTSD atau beberapa gangguan psikologis, "Anda tak akan memberikannya pada seseorang yang tak bisa move on dari mantannya."

Johnson punya simpulan berbeda. Meski teknologi ini pada awalnya akan digunakan sebagai solusi terapi bagi pasien dengan gangguan kognitif, Johnson berharap penggunaannya bakal melampaui itu.

"Tujuan yang ingin saya capai di Kernel adalah menbuat teknologi ini bisa diakses semua orang" ujar Johson.

Pada akhirnya, dia berharap alat pembuat memori buatan seperti yang tengah dikembangkan Berger bisa tersedia bagi semua orang yang ingin kemampuan mentalnya meningkat. Walau hasratnya terhitung tinggi, setidaknya rencana untuk memasarkan alat itu dalam sepuluh tahun terdengar masuk akal, sikap Johnson tentang hal ini masih cukup membumi.

Johnson bisa mempresentasikan rencana dan idenya dengan ketepatan analisa yang luar biasa "setidaknya, sekarang sudah ada upaya peningkatan kemampuan kognitif," ujar Johnson.

"Jika seseorang memilih memasukkan anaknya ke sekolah swasta yang berkualitas alih-alih ke sekolah negeri yang semenjana, ini sudah masuk peningkatan kemampuan kognitif. Menyewa tutor pribadi juga usaha meningkatkan kemampuan kognitif."

Bagi Johnson, meningkatkan kemampuan kognitif lewat teknologi bukan edukasi masih usaha yang serupa. Tingkatnya saja yang berbeda.

Dan dia percaya, di masa depan orang-orang akan mengerti sudut pandangnya. "Coba bayangkan skenario dimana kognitif saya ditingkatkan, tapi orang lain tidak," katanya, "atau kognitif anak saya ditingkatkan, tapi anak lain tidak—situasi semacam ini tidak akan bisa diterima."

Untuk mengatakan bahwa semua orang akan berkerumun demi meningkatkan otak mereka, mungkin terdengar berlebihan—tapi ingat bahwa masyarakat di luar sana sering kali menenggak Adderall untuk meningkatkan produktivitas, dan Xanax untuk menenangkan rasa cemas. Penduduk manula juga kerap bermain teka-teki silang dan Sudoku untuk mencegah kepikunan.

Melihat ayah tirinya yang mengidap Alzheimer mengalami penurunan kondisi—sesuai kata Johnson, "melihatnya kehilangan kemanusiaannya"—cukup memotivasi Johnson untuk bekerja dengan Kernel.

Biarpun ada kecemasan tentang kemungkinan penggunaan teknologi untuk memanipulasi ingatan, sulit untuk membantah bahwa teknologi semacam ini akan sangat berguna ketika berhadapan dengan berbagai penyakit kelas akut.

Lebih dari sepuluh tahun lalu, ketika ide peningkatan memori masih hanya sekadar mimpi belaka, ahli filosofi dan penulis Michael Sandel menulis "The Case Against Perfection" di Atlantic.

Ketika membicarakan etika peningkatan memori, memang ada "kekhawatiran soal akses bagi semua orang," dan kesenjangan kelas yang akan terjadi ketika sebagian orang mempunyai daya kognitif yang lebih maju.

Namun sesungguhnya ada kekhawatiran yang bahkan lebih mendasar lagi: "Apakah skenario ini mengkhawatirkan karena kaum miskin tidak akan merasakan keuntungan bioteknologi, atau karena mereka yang kaya akan berkurang 'kemanusiaannya'?" tanyanya.

Bayangkan saja apabila Anda bisa scrolling semua ingatan Anda seperti melihat feed Instagram, dan bisa mengingat secara sempurna segala hal yang pernah Anda pelajari. Bayangkan Anda bisa masuk dengan mudah ke setiap kompartemen dari sejarah hidup Anda. Anda akan menjadi makhluk yang sangat efisien dan berwawasan tinggi. Pertanyaannya adalah: apakah Anda masih manusia?

Pada Februari 1975, sekitar 140 ilmuwan, ahli filosofi, jurnalis, dan pengacara, berkumpul di sebuah pusat konferensi di Asilomar State Beach di California. Mereka tengah menciptakan semacam pedoman untuk sebuah teknologi baru—eksperimen rekombinan DNA.

Konferensi tersebut diatur oleh Paul Berg, seorang ahli biologi molekuler yang dengan sukarela menunda riset setelah beberapa rekan kerjanya khawatir dia akan menciptakan sebuah virus gabungan E.coli, yang akan menyebar keluar dari lab dan menyebabkan wabah.

Baca lanjutannya: Kini Ada Teknologi yang Bisa Mengedit dan Menghapus Kenangan (Bagian 4)

Related

Technology 2482216420764905466

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item