Penanganan Kasus Corona di Indonesia yang Membingungkan (Bagian 1)

Penanganan Kasus Corona di Indonesia yang Membingungkan, naviri.org, Naviri Magazine, naviri

Naviri Magazine - COVID-19 pertama kali muncul Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok, pada Desember 2019. Virus ini menyebabkan batuk, flu, demam dan gangguan pernapasan akut parah (SARS-Cov-2) yang menyebabkan kematian.

Di Hong Kong, pendatang wajib melewati thermal scanner dan thermo gun, serta memakai masker, dan diberi buku kecil alur penanganan COVID-19 oleh petugas bandara.

Pihak bandara juga melakukan pencegahan dengan menyemprotkan disinfektan selama dua jam sekali di sudut ruangan. Mereka membersihkan lebih sering tombol lift dan pegangan eskalator.

Di Bandara Internasional Kuala Lumpur, pengawasan ketat hampir serupa. Bedanya, penumpang masih ada yang tidak menggunakan masker. Bagaimana dengan bandara-bandara di Indonesia?

Data Badan Pusat Statistik Nasional per Januari 2020 menyebut 796.934 wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia melalui 32 bandara internasional. Bandara Internasional Ngurah Rai di Denpasar menjadi pintu masuk tertinggi (526.823 orang), berikutnya Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang (173.453 orang), Bandara Internasional Juanda, Surabaya (17.047 orang), dan Bandara Internasional Kualanamu, Medan (19.327 orang).

Adita Irawati, juru bicara Kementerian Perhubungan, berkata pengawasan penumpang luar negeri sudah diterapkan sejak Februari lalu. Namun, ia mengakui pengetatan pengawasan bandara baru dijalankan setelah Indonesia mengumumkan ada dua pasien positif Corona pada 2 Maret lalu.

Lemahnya pengawasan bandara berdampak pada terpaparnya korban positif Corona di Indonesia. Dua warga Indonesia dinyatakan positif COVID-19 pada 2 Maret lalu oleh Presiden Joko Widodo. Panularan terhadap pasien 01 dan 02 terkait kasus ke-24 Malaysia, yang dinyatakan positif Corona pada 27 Februari lalu setelah pulang dari Indonesia.

Kasus warga negara asing positif Corona setelah pulang dari Indonesia bukan kali pertama terjadi. Ada delapan kasus lain. Warga negara Tiongkok asal Wuhan positif COVID-19 setelah berkunjung ke Bali selama seminggu. Ia dinyatakan positif pada 4 Februari.

Lalu warga Jepang berusia 60 tahun positif Corona pada 22 Februari, setelah berkunjung ke Bali selama tiga hari. Tiga kasus lain, yakni warga negara Singapura dan Myanmar, positif Corona setelah tiga hari berkunjung ke Batam. Pasien 101 Singapura dinyatakan positif pada 25 Februari; pasien 103 dan 104 dinyatakan positif pada 1 Maret lalu.

Kasus warga Singapura lain, atau disebut pasien 107, positif Corona setelah berkunjung ke Jakarta selama empat hari. Perempuan 68 tahun itu dinyatakan positif pada 2 Maret oleh Kementerian Kesehatan Singapura.

Selandia Baru mengonfirmasi kasus pertama virus Corona pada 28 Februari. Riwayat perjalanan pasien 01 itu dari Iran, yang transit di Bandara Ngurah Rai. Ada sekitar dua jam pasien itu transit sebelum terbang ke Auckland, kota Metropolitan terbesar di Selandia Baru.

Begitu pula warga Australia, perempuan 30 tahun yang positif Corona setelah kembali dari Iran melalui Denpasar. Pemerintah Negara Bagian Victoria sedang mencari data seluruh penumpang pesawat Malindo Air nomor penerbangan OD 177 rute Denpasar-Melbourne pada 28 Februari 2020.

Kepala otoritas kesehatan Victoria, Dr Brett Sutton, mengatakan perempuan itu sudah merasakan gejala-gejala sakit ketika akan menaiki pesawat dari Denpasar. Ia meminta seluruh penumpang yang duduk satu-dua baris di kiri-kanan perempuan itu agar melakukan karantina di rumah masing-masing.

Sementara pada 24 Februari, Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, dengan percaya diri membantah warga Jepang yang datang ke Bali terjangkit COVID-19. Data ini berdasarkan komunikasi antara Kemenkes dengan otoritas kesehatan Jepang.

Setelah diperiksa, yang bersangkutan terjangkit virus Corona tipe II (SARS CoV-2). Padahal, menurut situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), kedua virus itu sama saja. SARS CoV-2 merupakan penyebutan untuk nama virus, sementara COVID-19 merujuk pada penyebutan penyakit.

Sehari kemudian, Yurianto meralat bahwa warga Jepang tersebut positif Corona. Namun, Kemenkes memiliki pandangan berbeda mengenai SARS CoV-2 dan Virus Corona yang menyebabkan infeksi COVID-19. Mereka meyakini SARS CoV-2 adalah bentuk mutasi virus corona penyebab COVID-19, atau yang sebelumnya disebut 2019-nCo.

Untuk kasus Wuhan, Kemenkes mengklaim warga Tiongkok bukan terjangkit COVID-19. Kemenkes mengklaim itu hanya flu biasa. Ia menyatakan pria Tiongkok itu masuk rumah sakit pada 4 Februari dan pulang pada 10 Februari.

Baca lanjutannya: Penanganan Kasus Corona di Indonesia yang Membingungkan (Bagian 2)

Related

News 7990400349414904528

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item