Kematian Tragis Tokoh-tokoh Nazi yang Menjadi Teman Hitler (Bagian 1)

Kematian Tragis Tokoh-tokoh Nazi yang Menjadi Teman Hitler, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Sebuah lelucon antifasis beredar di Jerman era Nazi. Bunyinya: “Seorang Arya punya badan setinggi Goebbels, selangsing Göring, rambutnya sepirang Hitler, dan namanya se-Jerman Alfred Rosenberg.”

Tentu saja lelucon itu menyasar propaganda visual rezim fasis yang menggambarkan orang Jerman sebagai ras unggul dengan berbagai atributnya: bermata biru, berambut pirang, berotot, cerdik-cendekia, dan bukan Yahudi.

Ironisnya, ciri-ciri itu tak ditemukan pada diri dedengkot fasis dalam lelucon tersebut. Tubuh Goebbels terbilang pendek untuk orang Jerman (165 cm), Hermann Göring gendut, Hitler berambut gelap, dan nama Rosenberg lazim disandang orang Yahudi di Eropa dan Amerika.

Sehebat-hebatnya mereka menggambarkan ras Arya dalam pidato, koran, dan film dokumenter, sebagian besar gembong fasis ini binasa di tangan musuh—tepatnya di tiang gantungan Nuremberg—pada 1946.

Hitler mati dalam bunkernya di Berlin, setahun sebelumnya. Demikian pula Goebbels, menteri propaganda Reich Ketiga, yang mati bunuh diri bersama istri dan anak-anaknya dengan menenggak sianida.

Di tempat lain, diktator fasis Italia, Benito Mussolini, digantung terbalik oleh kaum Partisan. Josef Tiso, pentolan republik boneka Nazi di Hungaria, juga digantung setelah diadili oleh pengadilan pascaperang pada 1947.

Philippe Pétain, kepala pemerintahan Vichy di Perancis dan kolaborator Jerman, sedikit lebih beruntung. Veteran yang pernah dielu-elukan Perancis sebagai pahlawan Perang Dunia I ini dibui seumur hidup. Hukuman kurungan itu akhirnya diringankan menjadi tahanan rumah, karena Petain sakit-sakitan. Ia mati di kediaman pribadinya pada 1951.

Daftar kematian itu mungkin tak terbayangkan 20 tahun sebelumnya, ketika kaum fasis di sejumlah negara Eropa bangkit dan mulai berkuasa. Para sejarawan telah mengupas habis bagaimana kaum fasis Eropa mengambil alih pemerintahan.

Mereka memanfaatkan ketakutan akan pemberontakan komunis. Mereka mengipas-ngipasi ketakutan kaum borjuasi akan revolusi yang dimotori kaum buruh sejak 1917 di Rusia dan Jerman.

Kepada kaum pemodal dan konservatif, kaum fasis menawarkan jasa tukang pukul untuk menggebuk dan mengontrol gerakan-gerakan buruh. Kepada buruh-buruh pabrik, mereka bersumpah akan menyelamatkan bangsa dari bankir-bankir Yahudi.

Kepada seluruh rakyat Jerman, mereka menyebarkan fitnah bahwa Yahudi dan komunis adalah biang kerok krisis ekonomi, dan kekalahan Imperium Jerman dalam Perang Dunia I.

Kebrutalan fasis di Jerman, Italia, dan Eropa, secara umum tidak akan terjadi tanpa dukungan publik. Di situlah pentingnya peran propagandis.

Mereka adalah buzzer, influencer, dan spin doctor pada zamannya, yang berhasil memanipulasi kesadaran khalayak bahwa Yahudi dan komunis adalah sumber masalah, bahwa rakyat Jerman harus menolak gerakan buruh, bahwa privatisasi ekonomi besar-besaran penting adanya untuk memakmurkan "bangsa Arya”.

Kembali ke alam, makmur tanpa Yahudi

Lazimnya, orang Eropa akan mengenali Rosenberg sebagai nama khas Yahudi Ashkenazi. Tapi tak demikian bagi Alfred Rosenberg. Dalam The Devil’s Diary: Alfred Rosenberg and the Stolen Secrets of the Third Reich (2016), Robert K. Wittman dan David Kinney menyatakan keluarga Alfred berasal dari diaspora Jerman yang menetap di sekitar Lithuania, Estonia, dan Latvia.

Nama Rosenberg juga sering dipakai orang-orang Jerman yang bukan keturunan Yahudi di kawasan Baltik.

Kampung halaman Rosenberg memang bukan Jerman—sebagaimana Hitler berasal dari Braunau am Inn (bagian dari Austria saat ini). Lahir di Tallinn, Estonia, pada 1893, Rosenberg menjadi ideolog terkemuka yang memberikan pijakan pseudosains bagi rasisme Nazi melalui buku Der Mythus des zwanzigsten Jahrhunderts (Mitos Abad keduapuluh, 1930).

Bagi Rosenberg, orang Jerman adalah keturunan bangsa Nordik dari Skandinavia yang kemurnian budayanya dirusak oleh Yahudi, seni modern, dan kehidupan kota. Adalah Rosenberg yang mempopulerkan ilusi romantik tentang kehidupan Jerman yang sejahtera, makmur, dan tenteram, jika orang Yahudi dimusnahkan.

Tapi imajinasi tersebut bukan milik Rosenberg seorang. Dalam berbagai coraknya, ekspresi propaganda fasis abad ke-20 selalu mencatut unsur-unsur budaya setempat yang dianggap asli dan pribumi.

Charles Maurras, misalnya, menjadikan masyarakat agraris di pedesaan sebagai model kehidupan khas Perancis yang masih perawan yang belum tersentuh kapitalisme dan keriuhan dunia modern.

Maurras, pentolan kelompok fasis Action Française pada 1920-an, mempertentangkan kehidupan ideal itu dengan masyarakat kota yang baginya telah dikotori kapitalisme, komunis, riba, buruh asing, dan Yahudi.

"Hari ini," tulis Rosenberg dalam Der Mythus, "kita menyaksikan arus perpindahan orang dari desa ke kota, yang efeknya mematikan bagi Bangsa [Arya] … dan menghancurkan ikatan manusia dengan Alam; kehidupan kota mengundang kehadiran segala jenis petualang dan pencari laba sampai-sampai melahirkan kekacauan rasial."

Meski disambut oleh sebagian besar kader dan petinggi Nazi, karya-karya Rosenberg rupanya kurang berkenan bagi Hitler. Der Mythus dianggap terlalu mempromosikan paganisme, sehingga bertentangan dengan iman Kristen yang dianut mayoritas populasi Jerman—basis pendukung Nazi.

Namun demikian, sulit membayangkan pembantaian sistematis terhadap enam juta orang Yahudi bisa terjadi, tanpa imajinasi kolektif tentang bahaya Yahudi yang dipopulerkan Rosenberg.

Setelah 200-an sesi pengadilan, Pengadilan Militer Internasional di Nuremberg menyampaikan putusan penting pada 6 Oktober 1946: menghukum gantung 12 terdakwa berlatar belakang Nazi. Rosenberg termasuk di dalamnya.

Sebagai penulis produktif—paling produktif di antara kader Nazi lainnya—Rosenberg mampus digantung tanpa mengucap satu kata pun. Barangkali ia memang bukan orang yang bisa berhemat kata. Buzzer fasis ini menulis sekitar 20 buku sepanjang hayatnya. Isinya adalah sampah.

Bayangkan, Rosenberg menerbitkan puluhan buku hanya untuk menyumpahi Yahudi.

Baca lanjutannya: Kematian Tragis Tokoh-tokoh Nazi yang Menjadi Teman Hitler (Bagian 2)

Related

History 6717354659067312352

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item