Mikhail Gorbachev, Presiden Uni Soviet yang Membubarkan Negaranya (Bagian 1)

Mikhail Gorbachev, Presiden Uni Soviet yang Membubarkan Negaranya, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Mengunjungi Ronald Reagan di peternakan Rancho Del Cioelo, California. Itulah yang dilakukan Mikhail Gorbachev pada 1992, setahun setelah mengundurkan diri sebagai Presiden Uni Soviet.

Aneh? Tidak. Kunjungan itu justru mengingatkan publik pada persahabatan yang keduanya bangun sejak pertengahan 1980-an—masa ketika mereka sedang berupaya mengakhiri Perang Dingin.

Perlombaan senjata nuklir memang berhenti. Tapi harga yang harus dibayar adalah keruntuhan Uni Soviet sebagai negara dengan wilayah terluas di dunia. Dan sosok yang paling disalahkan atas tragedi itu adalah Gorbachev.

Latar belakang pria bernama lengkap Mikhail Sergeyevich Gorbachev ini tergolong proletariat. Lahir pada 2 Maret 1931, Gorbachev besar dalam keluarga petani miskin di Privolnoye, sepetak komune di ujung barat Soviet.

Gorbachev muda bekerja mengoperasikan mesin pemanen di sebuah pertanian kolektif, sebelum bergabung ke Partai Komunis Uni Soviet (CPSU). Kariernya mentereng, terutama di masa pemerintahan Nikita Khruschev yang terkenal karena menjalankan program destalinisasi. Pada 1978, ia pindah ke Moskow. Setahun setelahnya, ia bergabung ke Politbiro, selaku lembaga pembuat kebijakan tertinggi di Soviet.

Puncak kariernya terjadi pada 11 Maret 1985. Di tanggal itu, Gorbachev diangkat sebagai pemimpin CPSU. Posisi ini—sebagaimana umumnya berlaku di negara komunis lain—setara dengan pemimpin tertinggi negara.

Destalinisasi 

Sejarawan Dusko Doder dan Louise Branson mencatat dalam Gorbachev: Heretic in the Kremlin (1990) bahwa terdapat perbedaan gaya kepemimpinan Gorbachev dengan para pendahulunya.

Dalam konteks ideologi politik, misalnya, pria botak ini tidak menjelma sebagai penganut Marxisme-Leninisme garis keras, tapi condong ke sistem demokrasi sosial. Sikap tersebut makin terlihat pasca-Bencana Chernobyl tahun 1986. Di dalam negeri, ia mengurangi dosis otoritarianisme pemerintah dengan meluncurkan program Glasnost.

Glasnot berarti keterbukaan. Jika diterapkan pada lembaga negara, tujuannya untuk meningkatkan transparansi serta menekan korupsi. Dalam konteks pers dan kemasyarakatan, Glasnost adalah izin atas hak kebebasan berpendapat.

Media massa yang dulunya "pendiam" berubah menjadi lebih kritis. Barangkali mereka juga mencontoh Gorbachev yang, secara mengejutkan, cukup rajin mengkritik kinerja birokrasi.

Progam penting lain ialah Perestroika, yang berarti restrukturisasi. Sistem yang terlalu terpusat, dianggap sebagai penyebab tersendatnya pertumbuhan ekonomi Soviet. Ia bahkan khawatir Soviet akan tergelincir ke status negara dunia ketiga.

Melalui Perestrorika, Gorbachev berupaya menggerakkan desentralisasi ekonomi. Ia ingin menciptakan efisiensi, merelaksasi kontrol pemerintah atas harga barang, dan mendorong pengambilalihan bisnis oleh swasta di daerah-daerah.

Sementara itu, di saat yang bersamaan, kebijakan luar negeri Uni Soviet makin lunak. Uni Soviet tidak melakukan intervensi militer saat negara-negara Baltik memerdekakan diri, atau kala negara-negara satelit di Eropa timur makin antikomunis.

Ia rajin berdiplomasi dengan Reagan untuk mengakhiri perlombaan senjata nuklir, dan mendinginkan tensi politik dengan negara-negara Blok Barat. Sikapnya kepada pemimpin sosialis-revolusioner di negara dunia ketiga juga tidak semesra pemimpin Uni Soviet terdahulu.

Pemungkas sebuah era

Stalinis garis keras di tubuh pemerintahan lama-kelamaan merasa gerah. Mereka melihat Gorbachev selayaknya duri dalam daging, seperti pengkhianat cita-cita yang Soviet bangun sejak 1922.

Pemerintahan sosialis akan tercapai melalui penerapan sistem partai tunggal, begitu kata Stalin mengenai doktrin Marxisme-Leninisme. Sedangkan Gorbachev bertindak sebaliknya: pada 1987 ia meluncurkan slogan demokatizatsiya (demokratisasi) untuk mendorong terciptanya sistem multipartai.

Gorbachev pada dasarnya terjebak pada dua kudu: golongan konservatif yang ingin mempertahankan sistem lama, dan golongan liberal yang menghendaki kebijakan-kebijakan progresif.

Pada awal dekade 1990-an, Gorbachev makin condong ke golongan kedua. Misalnya dengan mengubah statusnya sebagai presiden melalui pemilihan tidak-langsung, lalu meloloskan undang-undang reformasi yang melemahkan sistem negara satu partai.

Baca lanjutannya: Mikhail Gorbachev, Presiden Uni Soviet yang Membubarkan Negaranya (Bagian 2)

Related

History 6658773112737973528

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item