Kisah Hoax Sains Terkait Meninggalnya Stephen Hawking


Naviri Magazine - Orang bisa punya beragam alasan untuk menciptakan hoax (atau hoaks), dari sekadar iseng, memutarbalikkan fakta, mencari perhatian, dan lain-lain. Meninggalnya seseorang—khususnya orang terkenal—bahkan bisa memicu lahirnya hoaks. Yang terbaru adalah hoaks yang muncul, terkait meninggalnya ilmuwan terkenal Stephen Hawking.

Meninggalnya Stephen Hawking beberapa waktu yang lalu memang menyisakan duka bagi dunia. Selain duka, banyak orang mempertanyakan, ke mana Hawking "pergi" setelah dia meninggal. Pertanyaan itu muncul, mengingat Hawking adalah seorang ateis murni. Hal itu pernah ditegaskannya saat diwawancarai The Guardian. 

"Saya menganggap otak sebagai komputer yang akan berhenti bekerja ketika komponennya gagal," kata Hawking, dikutip dari Washington Post. 

Dia juga menyebut, ketika manusia meninggal, pikiran akan pergi ke tempat yang sama dengan aplikasi Siri di iPhone yang jatuh ke bak mandi. 

Saking banyak orang yang tertarik dengan keimanan Hawking tersebut, muncul berbagai hoaks atau berita palsu. Dalam laman Facebook Catholics Online, misalnya, muncul berita bahwa Hawking telah mempercayai Tuhan sesaat sebelum kematiannya. 

"Sebelum dia meninggal, Stiph Hawkins (sic) yang tidak percaya pada Tuhan meminta untuk mengunjungi Vatikan," tulis postingan tersebut, sebagai keterangan sebuah foto yang menunjukkan Hawking bertemu dengan Paus Francis. 

"'Sekarang aku percaya' adalah satu-satunya pernyataan yang dia buat setelah Bapa Suci memberkatinya," lanjut keterangan itu.
 
Berita dan keterangan tersebut diunggah pada 14 Maret 2018, beberapa jam setelah Hawking dinyatakan meninggal. Sontak, berita tersebut mendapat perhatian masyarakat. Bahkan, hoaks ini telah dibagikan 15.000 kali selama minggu berikutnya, belum termasuk kicauan dan berita tiruan lainnya. 

Kebenarannya 

Mengonfirmasi kebenaran berita itu, sebuah situs pemeriksa fakta, Snopes, menjelaskan bahwa hal tersebut semuanya palsu, kecuali foto. Hawking memang sempat bertemu dengan Paus Francis. Tapi hal itu terjadi pada 2016 silam, dua tahun sebelum dia meninggal. 

Selain itu, fisikawan Inggris tersebut mengunjungi Vatikan bukan karena dia memintanya. Menurut Catholic Herald, kunjungan tersebut dia lakukan sebagai anggota komite ilmiah kepausan yang dilakukannya sejak 1960-an. 

Sebagai informasi, Hawking tidak pernah menyatakan diri percaya pada Tuhan, bahkan telah berulang kali mengatakan hal sebaliknya. Kunjungannya ke Vatikan waktu itu bertujuan untuk mempresentasikan gagasannya tentang asal-usul alam semesta. Misinya saat itu adalah "untuk menghormati sains murni di mana pun itu ditemukan". 

Meskipun tidak memiliki keimanan kuat tentang Tuhan, Hawking bukanlah orang yang sangat didaktik. Dia juga menghormati upaya gereja untuk "menikahkan" sains dan agama. 

"Saya percaya penjelasan paling sederhana, yaitu tidak ada Tuhan," ungkap Hawking. "Tidak ada yang menciptakan alam semesta, dan tidak ada yang mengarahkan nasib kita. Ini menuntun saya pada kesadaran yang mendalam bahwa mungkin tidak ada surga dan kehidupan setelah kematian." 

Pendapat Hawking tersebut mendapat tanggapan dari pendeta Robert Spitzer. Spitzer menyamakan gagasan Yesuit tentang Tuhan dengan logika dan empirisme Hawking. 

"Tuhan adalah alasan mengapa keberadaan itu ada," kata Spitzer, dikutip dari Catholic Herald. "Tuhan adalah alasan mengapa ruang dan waktu dan hukum-hukum alam dapat hadir untuk kekuatan yang Stephen Hawking bicarakan." 

Meski begitu, Hawking tidak mempermasalahkan tanggapan dari Spitzer tersebut. Dia tetap pada kepercayaannya bahwa ruang, waktu, dan alam semesta, tercipta setelah adanya Big Bang. 

Related

Science 3327138784198811815

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item