Kisah Para Ilmuwan dan Pemikir yang Melajang Seumur Hidup (Bagian 2)


Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Para Ilmuwan dan Pemikir yang Melajang Seumur Hidup - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Masalah Psikologis 

Sebagian pemikir yang tidak terkungkung dalam tradisi monastik memilih membujang dengan alasan-alasan berbeda. Trauma yang hebat, juga kegamangan menjalani hidup bersama orang lain, kadang menjadi penyebabnya. 

Blaise Pascal, matematikawan dan penemu kalkulator analog, barangkali tidak akan selibat seandainya tidak mengalami kecelakaan kereta kuda dan merasa mendapat wahyu dari Tuhan, lalu mengabdikan diri untuk paguyuban Jansenis, sekte gurem dalam Gereja Katolik yang dibubarkan Vatikan.
 
Contoh lain yang paling legendaris adalah Søren Kierkegaard. Pada 1840, filsuf Denmark itu sudah tunangan dengan Regina Olsen. Namun, karena tak yakin mampu menjadi suami yang baik, Kierkegaard memutuskan pertunangannya. Sang gadis pun kawin dengan orang lain. 

Tiga tahun setelah pertunangannya kandas, Kierkegaard menulis bak orang linglung: "Jika kau kawin, kau akan menyesal; kau tidak kawin, juga menyesal ... kau mempercayai seorang gadis, kau akan menyesal; kau tidak percaya, juga akan menyesal ... kau gantung diri, kau menyesal; tidak gantung diri juga menyesal ... kau gantung diri atau tidak gantung diri, kau akan menyesali keduanya. Inilah, tuan-tuan, puncak dari segala kearifan praktis." (Either/Or, 1843). 

Lain cerita dengan Nikola Tesla. Dia tidak menikah—dan mati sebagai perjaka—lantaran benci perempuan. Tesla sempat berujar, “Kujunjung perempuan tinggi-tinggi … Aku bersimpuh di hadapan mereka, dan layaknya tiap pemuja sejati, aku merasa diriku tak layak di hadapan obyek yang kupuja.” 

Namun, puja-puji Tesla diungkapkan sebelum perempuan Amerika Serikat mendapatkan hak pilih secara nasional pada 1920. Setelahnya, pandangan Tesla tentang perempuan mirip-mirip orang yang percaya bahwa kiamat sudah dekat karena perempuan menyerupai laki-laki dan sebaliknya. 

Ketika diwawancarai koran lokal Galveston Daily pada 1924, ia mengatakan: “Dunia ini sudah mengalami banyak tragedi, namun menurutku tragedi terbesar adalah kondisi ekonomi saat ini, dimana perempuan bersaing melawan laki-laki, dan pada banyak kasus benar-benar merampas kedudukan laki-laki dalam pekerjaan dan industri." 

Tak semua bujang-pemikir misoginis seperti Tesla, yang konon pemalu dan memilih mengumpani rombongan merpati di luar kamarnya ketimbang bersosialisasi dengan manusia. Kopernikus, yang mengembangkan teori heliosentris (bumi mengitari matahari), tidak menikah tapi punya beberapa pasangan. Begitu pula Galileo. 

Yang paling menarik adalah Voltaire, yang berjasa besar mewariskan cara menulis satir-satir fantastis. Voltaire tidak menikah, tapi punya banyak affair, termasuk dengan Madame du Chatelet, partner intelektual sekaligus keponakannya sendiri yang jarak usianya 14 tahun lebih muda. 

Karena sudah menikah dengan seorang bangsawan yang membayar Voltaire untuk mengajari Madame du Chatelet bahasa Inggris, mustahil bagi Voltaire untuk melamar sang pujaan hati. Namun kecerdasan perempuan yang gandrung aljabar dan fasih berbahasa Latin itu pun akhirnya membuat Voltaire mempertahankan hubungan gelap itu—sambil tetap membujang. 

Related

Science 8559278004864198225

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item